Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Susanto Pudjomartono
BUKAN saja masyarakat dunia, banyak warga Rusia sendiri kaget tatkala pada akhir Desember lalu Stalin terpilih sebagai ”Tokoh Rusia” nomor tiga terpopuler dalam sejarah Rusia. Bagaimana mungkin orang yang telah membinasakan berjuta-juta jiwa itu terpilih sebagai tokoh terpopuler?
Stalin dikenal sebagai diktator yang brutal dan kejam. Ia bahkan pernah dijuluki ”sang penjagal gila”. Diperkirakan, selama hampir 30 tahun menjadi penguasa Uni Soviet (1924-1953), 10 sampai 20 juta orang Rusia tewas atau dihukum mati atas perintahnya, sekitar 6 juta di antaranya mati karena kelaparan, juga akibat kebijakannya.
Apa yang terjadi pada cara berpikir orang Rusia? Mengapa mereka mengagumi Stalin? Apakah setelah kurun waktu tertentu orang akan melupakan kejahatan seorang pemimpin dan hanya akan mengenang sisi positifnya?
Kompetisi mencari ”Tokoh Rusia Sepanjang Masa” diadakan oleh perusahaan televisi milik pemerintah, Rossiya, untuk mencari tokoh sejarah Rusia sejak zaman Tsar sampai periode Soviet sebagai bagian untuk membangun semangat patriotisme. Pemilihan dilakukan sejak Juni 2008 dan sekitar 50 juta warga Rusia memilih lewat telepon, SMS, atau Internet.
Ñama Stalin sudah mendominasi pilihan sejak awal. Baru pada saat-saat terakhir Pangeran Alexander Nevsky, yang hidup pada abad ke-13, menempati posisi pertama. Di tempat kedua, Pyotr Stolypin, yang menjabat perdana menteri sebelum zaman Bolshevik dan terkenal karena melakukan reformasi agraria. Keduanya mengalahkan Stalin hanya dengan perbedaan suara 5.000-an. Adapun penyair Alexander Pushkin dan Tsar Peter yang Agung terpilih di tempat keempat dan kelima.
Stalin terlahir di Georgia dengan nama Joseph Vissarionovich Djugasvili pada 1878 dari sebuah keluarga miskin. Sejak usia muda ia sudah terpesona oleh Marxisme, dan setelah putus sekolah seminari ia bergerak di bawah tanah dan beberapa kali dipenjara oleh rezim Tsar. Ia kemudian kenal dengan Lenin. Waktu revolusi Bolshevik pada 1917, ia sudah masuk lingkaran dalam pimpinan revolusi.
Sewaktu Lenin sebagai pemimpin Uni Soviet mulai sakit-sakitan, Stalin bersaing ketat dengan Trotsky yang sebetulnya sudah ditunjuk sebagai ahli waris Lenin. Setelah Lenin meninggal pada 1924, Stalin menyingkirkan Trotsky dan menjadikan dirinya pemimpin Rusia. Rezim Stalin melancarkan kebijakan ekonomi baru yang mengubah Uni Soviet menjadi negara industri maju. Tapi, kebijakan agraria gagal. Akibatnya, sekitar enam juta orang mati kelaparan.
Pada akhir 1930-an Stalin memulai pembersihan besar-besaran terhadap mereka yang disebut sebagai musuh revolusi. Jutaan orang dikirim ke kamp pengasingan (Gulag) dan jutaan, termasuk wanita dan anak-anak, dipekerjakan sebagai buruh kerja paksa di pabrik. Setidaknya delapan juta orang tewas akibat kerja paksa dan kelaparan di kamp-kamp tersebut.
Stalin juga membangun kultus individu yang membuat mayoritas rakyat Rusia menganggapnya pahlawan. Sewaktu pecah Perang Dunia II, Uni Soviet di bawah Stalin menjadi penentu kekalahan Jerman. Ditaksir sekitar 20 juta orang Rusia meninggal akibat perang dan satu juta orang dihukum mati sebagai desertir.
Stalin meninggal pada 1953 dan mewariskan sebuah Uni Soviet sebagai negara adidaya yang bertahan selama hampir empat dasawarsa, sampai ambruk pada 1991.
Kultus individu terhadap Stalin ditiadakan oleh Perdana Menteri Nikita Khrushchev, dan atas perintahnya jenazah Stalin yang dibalsem dan ditempatkan di sam-ping mausoleum Lenin dikeluarkan, dikremasi dan dimakamkan di deretan pahlawan Rusia.
Nama Stalin kembali populer terutama berkat ”promosi” Vladimir Putin sewaktu ia menjadi Presiden (2000-2008). Dalam buku pelajaran sekolah yang terbit pada 2007, kebijakan Stalin yang kejam digambarkan sebagai ”tindakan yang (memang) diperlukan”. Tapi, akibat tindakan pembersihan Stalin, ”telah tumbuh kelas manajer baru yang bisa menangani modernisasi pada saat terjadi kekurangan sumber daya manusia. Mereka setia pada penguasa tertinggi dan berdisiplin tinggi”, begitu tertulis dalam buku teks sekolah tersebut.
Putin sendiri pernah mengakui teror Stalin pada 1937 memang menakutkan dalam sejarah Rusia. Tapi Stalinisme, menurut dia, sebetulnya tak terlalu jahat. Pengeboman Amerika di Hiroshima dan Vietnam jauh lebih jahat. Di bawah Putin, perayaan ”Hari Kemenangan”, saat Uni Soviet di bawah Stalin mengalahkan Nazi, dipulihkan menjadi perayaan nasional terbesar.
Sejumlah pengamat menilai naiknya popularitas Stalin dilandasi dambaan masyarakat Rusia untuk menjadikan kembali menjadi negara nomor satu. Acara-acara televisi yang mengagung-agungkannya, serta mulai dilupakannya masa kelam zaman Stalin juga mengangkat kembali popularitas sang diktator. Secara tradisional masyarakat Rusia terbiasa dan menghormati pemimpin yang kuat. Mereka kurang peduli pada hak asasi manusia atau demokrasi, dan menganggap kesejahteraan lebih penting.
Putin dianggap pemimpin yang mampu merealisasikan mimpi bersama itu, maka dukungan terhadap Putin selalu kuat. Dalam jajak pendapat pada pertengahan Januari silam dukungan terhadap Putin tercatat 83 persen, sama seperti Oktober tahun lalu. Namun editorial harian Izvestia yang mengomentari terpilihnya Stalin perlu dicatat. Harian ini mengingatkan pada puluhan juta orang yang meninggal selama 30 tahun pemerintahan Stalin.
”Bila masyarakat memilih orang yang paling bertanggung jawab atas kekejaman sebagai tokoh terpopuler, itu merupakan gejala yang tidak benar dan bukan sesuatu yang membanggakan.” Tajuk rencana itu menyimpulkan, ”Ada kejahatan yang tidak akan bisa dilupakan, dan di sini kita tidak bicara mengenai kejahatan biasa, tetapi suatu genosida terhadap rakyat sendiri.”
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo