Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Editorial

Aroma Politik Kenaikan Anggaran Subsidi Pupuk

Rencana penambahan anggaran subsidi pupuk sarat kepentingan politik 2024. Terbukti tak mendongkrak produksi padi.

5 Januari 2024 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi: Tempo/Imam Yunni

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SULIT untuk tidak mengaitkan rencana pemerintahan Presiden Joko Widodo menambah dana subsidi pupuk pada awal Januari 2024 ini dengan kepentingan politik. Rencana ini bertolak belakang dengan kebijakan pemerintah dalam lima tahun terakhir yang memangkas anggaran subsidi pupuk hingga mencapai Rp 10 triliun. Dalam beberapa kesempatan, Jokowi juga mengatakan mekanisme subsidi pupuk tidak memberikan manfaat sebanding dengan produksi pangan di Indonesia.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pernyataan ihwal rencana kenaikan subsidi ini disampaikan Jokowi di depan para petani ketika meninjau kegiatan penanaman padi di Kecamatan Kalibagor, Banyumas, Jawa Tengah, Rabu, 3 Januari 2024. Jokowi menyatakan sudah memerintahkan Menteri Keuangan Sri Mulyani mengalokasikan tambahan dana subsidi pupuk sebesar Rp 14 triliun. Dengan penambahan tersebut, anggaran subsidi pupuk tahun ini mencapai Rp 40,68 triliun dari alokasi semula Rp 26,68 triliun atau naik 70 persen dari tahun sebelumnya. Target Jokowi dengan kenaikan ini adalah mendongkrak produksi padi pada 2023 yang hanya mencapai 30,89 juta ton atau turun dari tahun sebelumnya. Jokowi beralasan kenaikan anggaran ini diperlukan karena petani sudah mulai menanam lantaran musim hujan sudah datang.

Langkah serupa pernah dilakukan Jokowi pada 2019 ketika dia maju kembali sebagai calon presiden untuk periode kedua berpasangan dengan Ma'ruf Amin. Ketika itu, anggaran subsidi pupuk naik menjadi Rp 34,4 triliun. Padahal, sebelumnya, Badan Pusat Statistik melaporkan, selama 2015-2018 pada periode pertama pemerintahan Jokowi, rata-rata produksi padi per tahun turun 4,18 persen. Adapun selama periode itu, anggaran subsidi pupuk mengalami kenaikan rata-rata setiap tahun mencapai 12,48 persen. Musababnya, antara lain, subsidi tidak tepat sasaran dan terjadi penyelewengan dalam penyalurannya.

Dengan fakta itu, Jokowi tak lantas menurunkan subsidi pupuk, tapi justru menaikkannya pada 2019, tahun politik ketika dia kembali berkontestasi sebagai calon presiden. Baru setelah menang, pada tahun berikutnya hingga 2023, Jokowi menurunkan anggaran subsidi pupuk karena dianggap tak efektif mendongkrak produksi padi.

Kebijakan populis seperti menaikkan anggaran subsidi pupuk pada 2024 akan memberi dampak pada tingkat kepuasan atas kinerja Jokowi. Menurut sejumlah hasil sigi lembaga survei seperti Lembaga Survei Indonesia, Litbang Kompas, dan Indikator Politik Indonesia, dalam tiga bulan terakhir tingkat kepuasan atas kinerja Presiden Joko Widodo tinggi di atas 73 persen. Pemberian bantuan dan kenaikan subsidi untuk kebutuhan masyarakat menurut sejumlah hasil survei tersebut memberi peran penting bagi tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi.

Tingkat kepuasan publik terhadap Jokowi ini akan menguntungkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka dalam pemilihan calon presiden dan wakil presiden 2024. Gibran adalah putra sulung Jokowi. Sejumlah hasil survei dalam beberapa bulan terakhir, salah satunya Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), menyebutkan naiknya tingkat kepuasan atas Jokowi akan mendongkrak elektabilitas Prabowo-Gibran. Penyebabnya adalah responden menganggap Jokowi mendukung Prabowo. Hasil survei lain menyebutkan mereka yang puas atas kinerja Jokowi mayoritas memilih Prabowo-Gibran.

Karena itu, aroma politik atas rencana kenaikan subsidi pupuk memang lebih kental ketimbang niat untuk meningkatkan produksi padi. Dengan melihat fakta tersebut, rencana kenaikan subsidi pupuk sebaiknya dibatalkan saja. Skema subsidi pupuk terbukti hanya dinikmati kalangan industri. Skema pemberian subsidi pupuk saat ini, yang diberikan dalam bentuk subsidi gas ke produsen, tidak tepat. Penyaluran subsidi langsung ke petani melalui bantuan modal produksi akan lebih efektif dan bermanfaat.

Pemerintah juga seharusnya bisa melihat permasalahan produksi pangan secara menyeluruh. Di luar pupuk, masalah yang membelit pertanian antara lain benih, kredit usaha tani, air, lahan yang kian menciut, serta iklim dan cuaca yang sulit diprediksi seperti fenomena El Nino belakangan ini. Solusi soal pupuk juga semestinya bukan hanya soal anggaran.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus