MEMBACA TEMPO 8 Desember (Kesehatan), Suntikan itu ternyata
hampa, kami ingin menyampaikan pendapat:
1. Suntikan BCG telah diakui sebagai suatu usaha pencegahan yang
sangat bermanfaat, dan karenanya telah banyak digunakan di
berbagai negara dalam program pemberantasan TBC.
2. Bahwa ada satu penelitian di satu daerah yang menyimpulkan
BCG ternyata tidak bermanfaat, tidak dapat digeneralisir --
mengingat manfaat suntikan BCG tergantung dari beberapa hal,
antara lain:
1. Aspek-aspek teknis -- menyangkut pembuatan vaksin, teknik
penyimpanan, cara pemberian serta dosis vaksin yang diberikan.
2. Kelompok anak yang diberi, yaitu umur anak yang bersangkutan.
Semakin dewasa, makin besar kemungkinan tidak memberi kekebalan
-- mengingat kemungkinan besar si anak telah pernah memperoleh
infeksi kuman TBC dan kemudian sembuh sendiri sehingga telah
memperoleh kekebalan alamiah. Ini terjadi terutama di
negara-negara dengan tingkat infeksi tuberkulosis yang masih
tinggi, misalnya Indonesia. Karena itu pemberian BCG pada usia
semudah mungkin akan memberi manfaat lebih besar.
3. Faktor-faktor lingkungan, terutama derajat infeksi oleh
kuman-kuman yang dinamakan atypical mycobacterium tuberculosis.
Negara atau daerah di mana prevalensi infeksi oleh kuman
atypical mycobacterium tuberculosis tinggi, manfaat BCG menurun.
3. Perlu diketahui, lebih banyak penelitian yang menunjukkan
adanya manfaat BCG -- sehingga pada umumnya disimpulkan bahwa
BCG mampu memberi perlindungan sebesar 80%. Contoh yang paling
mudah: pelaksanaan BCG di Jepang dan Okinawa. Di Okinawa BCG
tidak diberikan dalam rangka pemberantasan TBC, sedang di
daratan Jepang lainnya ternyata digunakan. Hasilnya: di Okinawa,
penurunan angka TBC masih sering d iikuti kenaikan angka-angka
yang drastis (tidak stabil). Sedang di daratan Jepang lainnya
penurunan berlangsung kontinyu dan stabil.
4. Kepada masyarakat kami serukan untuk tetap mempercayai BCG
dan menyuntikkan anaknya pada umur yang semudah mungkin --
sebaiknya di bawah (satu) tahun.
5. Secara pribadi kami yakin, angka-angka tuberkulosis sudah
menurun berdasar beberapa penelitian di berbagai daerah.
Misalnya saja antara lain di Kayu Putih, Cengkareng, dan daerah
Malang. Sayang sekali survei secara nasional belum dapat
diadakan, mengingat biayanya yang mahal.
dr. H. SULASTOMO MPH
Slipi, Flat P/5 Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini