Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Timor timur: tutup dahulu dari pers asing

Pemerintah pusat dan daerah agar melakukan pembenahan di Timor Timur dengan jalan menutup sementara dari pers asing dan parlemen asing sampai benar-benar siap dikunjungi dan bermanfaat.

11 Januari 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Saya cukup terperangah membaca hasil penelitian tim UGM yang diketuai Prof. Mubyarto di Timor Timur (TEMPO, 23 November 1991, Laporan Utama). Dari hasil penelitian itu, terlihat jelas bahwa percepatan pembangunan fisik di Timor Timur tidak diimbangi dengan percepatan pembangunan mental, persepsi, dan skill masyarakat. Dengan kata lain, masyarakat Timor Timur membiarkan dirinya menjadi obyek pembangunan, tanpa pernah berusaha menjadi subyek. Kalau pernah, selalu mengharapkan uluran tangan pemerintah. Ketika uluran itu tak sampai kepada mereka, terutama yang sudah mengenyam pendidikan tinggi, mereka dengan mudah termakan bujukan pihak-pihak yang ingin memperkeruh suasana untuk ramai-ramai meneriakkan "antiintegrasi". Ibarat seorang bocah, masyarakat Tim-Tim, terutama kaum mudanya, terlalu biasa "digendong " sehingga terlambat untuk bisa berjalan sendiri. Akibatnya, timbul gejala culture shock dan perasaan jealous terhadap pendatang, yang notabene lebih ulet dan lebih sukses dari mereka. Kalau pendantang bisa, kenapa mereka tidak? Padahal, sudah puluhan bahkan ratusan mahasiswa asal Tim-Tim ditempa di beberapa perguruan tinggi ternama, baik di Jawa maupun Bali. Pada kerusuhan di kuburan Santa Cruz Dili, saya juga ingin mempertanyakan posisi pihak gereja. Menurut saya, pihak gereja masih bersikap ambivalen antara pro dan antiintegrasi dalam tragedi itu. Memang bisa dimaklumi bahwa keuskupan Dili langsung bernaung di bawah Vatikan. Selain itu, gereja dituntut berdiri di atas semua golongan dan ideologi. Tetapi, apa pun alasannya, seharusnya gereja sadar bahwa sikap gereja menjadi anutan sebagian besar warga Tim-Tim. Saya pikir sudah saatnya kembali menutup Tim-Tim dari kunjungan pers asing, parlemen asing, utusan asing, atau apa pun namanya, guna memberi kesempatan pada pemerintah pusat dan daerah melakukan pembenahan di Timor Timur. Pembenahan itu diharapkan memakai metode pendekatan yang berbeda dengan sebelumnya, agar Timor Timur benar-benar siap luar dalam, untuk dikunjungi pihak-pihak asing yang sudah pasti membawa kepentingan mereka sendiri. D. TARUNA WANTANA Jalan Kusuma Bangsa 17 Banyuwangi Jawa Timur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus