Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Cerita Petani Jeruk Muara Enim Beralih ke Pupuk Organik, Panen Melonjak Dua Kali Lipat

Khairul Anam, petani jeruk asal Desa Air Talas, Sumatera Selatan, mengembangkan pupuk alami dari campuran limbah pasar. Panen melonjak dalam setahun.

26 Mei 2024 | 17.29 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Khairil Anam (kiri), petani jeruk siam di desa Air Talas, Rambang Niru, Muara Enim dan petugas dari Pertamina Hulu Rokan Zona 4 menunjukkan pupuk organik cair yang digunakan untuk tanaman jeruk. TEMPO/Parliza Hendrawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Muara Enim - Khairul Anam, 42 tahun, akhirnya lepas dari ketergantungan terhadap pupuk kimia setelah mengembangkan metode budidaya jeruk secara organik. Salah satu petani jeruk di Desa Air Talas, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, itu mengembangkan pupuk dari fermentasi bonggol dan batang pisang. Selebihnya, dia hanya perlu menambahkan sedikit gula merah dan EM4—sejenis cairan pupuk—pertanian

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ide itu berawal dari pemakaian pupuk kimia yang tak efekti di Muara Enim. Padahal, wilayah tersebut, terutama di Kecamatan Rambang Niru, dikenal sebagai salah satu penghasil jeruk siam terbesar. Pupuk kimia ditengarai mendongrak kadar PH tanah, sehingga bisa merusak lingkungan dalam jangka panjang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tanaman jeruknya rusak karena penggunaan pupuk kimia yang berlebih," kata Khairil kepada awak media, pada 24 Mei 2024.

Dimulai sejak 2013, Anam menginisiasi budaya pertanian lebih hijau dan alami di lingkungannya. Dia mencoba meramu pupuk dari sampah pasar, limbah kebun, dan limbah dapur. Langkah itu masih dianggap aneh lantaran tak lazim.

"Di pasar, kami seperti orang gila yang mengambil sampah-sampah dari pedagang. Banyak yang menertawakan saya waktu itu," kata dia.

Setahun kemudian, bersama petani lainnya di kampung, Anam menggarap 28 hektare lahan untuk kebun jeruk. Sebagian besar tanaman itu hanya bertahan 3-5 tahun sebelum mati karena paparan pupuk kimia. Namun, masih ada sebagian tanaman jeruk yang bertahan berkat pupuk organik.

 

Komposisi Racikan Pupuk Organik

Khairil Anam kini piawai meracik pupuk NPK—sebutan untuk pupuk nitrogen, fosfor, dan kalium—versi organik. Kepada para wartawan, dia menyebut masa panen yang awalnya hanya 2 kali dalam setahun, bisa menjadi 4 kali, berkat pemakaian pupuk tersebut.

Soal racikan, dia mencampurkan berbagai limbah dapur, mulai air cucian beras, kulit bawang, nasi basi, sayur basi, ke dalam satu wadah tong berkapasitas 200 liter. Anam menambahkan daun-daun kering yang mengalami dekomposer ke dalam “ramuan” pupuk itu.  

Mikroba dari daun kering, kata dia, dipakai untuk menguraikan pupuk organik. Ramuan pupuk yang sudah mengandung NPK lengkap itu dilengkapi dengan sejumlah dedak, rebung bambu, kulit dan jantung pisang serta kulit telur. Hasil akhirnya bisa dipakai saat penanaman benih.  

“Inilah yang kita sebut sebagai pupuk lindi,” tutur Anam.

 

Berikutnya, Tiga Kandungan Beda Fungsi  

Pupuk organik NPK buatan Anam bisa dipecah lagi sesuai fungsi yang diinginkan. Pupuk nitrogen bisa diproduksi secara khusus dari daun-daunan, seperti ubi, gamal, lamtoro, kelor, dan daun pepaya. Campuran itu ditumbuk untuk diambil cairannya, kemudian difermentasikan. Bentuk akhirnya adalah urea cair organik.

Ada juga pupuk fosfor yang dipakai ketika tanaman mulai mengelurkan kembang. Pupuk itu dibuat dari bonggol pisang, buah-buah busukl, yang kemudian difermentasikan. Pupuk ini katanya setara dengan Phonska, pupuk untuk budidaya tanaman.  

Pada pupuk khusus kalium, Anam menggunakan bahan baku dari sabut kelapa. Sabut direndam dalam drum berkapasitas 200 liter, kemudian diberi 10 butir ragi tapai. Ragi berfugsi untuk menghilangkan tanin, agar tidak tumbuh dan merusak sabut.

“Kami sudah menguji berapa PPM (ukuran kepekatan larutan) pupuk yang kita buat. Jadi, minimal pupuk ini 3000-4000 PPM," katanya.

Anam kini ditunjuk sebagai local hero oleh PT Pertamina Hulu Rokan Zona 4. Ilmu soal pupuk organik dia tularkan kepada petani lain, termasuk yang berasal dari luar Desa Air Talas. Kebun milik Anam juga sering dijadikan untuk lokasi wisata petik, sekaligus ranah edukasi untuk mempelajari tips sederhana pembuatan pupuk.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus