Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekjen Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Aboe Bakar Al-Habsyi telah menyebut nama-nama yang masuk dalam bursa bakal cawapres Anies Baswedan yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Nama-nama tersebut menurutnya merupakan sosok yang sangat potensial. Namun, Aboe dan pihaknya tidak ingin terburu-buru menyampaikan nama bacawapres tersebut sebagai salah satu strategi memenangkan Anies dalam Pemilihan Presiden atau Pilpres 2024.
Lebih lanjut, Aboe memilih untuk mengumumkan bacawapres usai kepulangan Anies dari ibadah haji. Namun, ia belum menjelaskan secara detail kapan tanggal kepulangan Anies dari Mekkah, Saudi Arabia dan kapan rencana pengumuman bacawapres dari KPP.
"Kita tunggu (saja) tanggal datangnya ya. Begitu (datang) kita atur waktunya lebih kurang plus minus kami umumkan," kata Aboe pada 1 Juli 2023.
Sambil menunggu pengumuman bacawapres, lebih baik melihat dahulu kisah Anies ketika menjadi aktivis mahasiswa di kampus Universitas Gadjah Mada (UGM). Saat menempuh masa kuliah, ia aktif berorganisasi dengan mengikuti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan menjadi salah satu Majelis Penyelamat Organisasi Himpunan Mahasiswa Islam UGM.
Semasa kuliah, ia pernah sebagai Ketua Senat Mahasiswa di fakultasnya dan ikut membidani kelahiran kembali Senat Mahasiswa setelah dibekukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Ia pun terpilih menjadi Ketua Senat Universitas melalui kongres pada 1992 dan membuat beberapa terobosan dalam lembaga kemahasiswaan. Anies membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) sebagai lembaga eksekutif dan memposisikan senat sebagai lembaga legislatif yang disahkan oleh kongres pada 1993.
Menurut alumnus Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM pada 1995 ini, ketika masih menyandang predikat mahasiswa, aktivitasnya kala itu monoton. Aktivisme dahulu berbeda dengan gerakan mahasiswa masa kini yang kreatif. Dahulu, mahasiswa melakukan demo secara serius. Bahkan, sebagian ada yang kurang tidur dan sebagian lainnya tidak mandi.
Menurut Anies, muka-muka mahasiswa demo zaman dahulu sangat serius, jika diterapkan pada masa sekarang, tidak akan viral dan menjadi perbincangan publik di media sosial.
Lebih lanjut, Anies menjelaskan bahwa kunci gerakan mahasiswa sekarang dapat dilakukan hanya dengan satu pesan di media sosial. Cara ini tentu berbeda dengan gerakan mahasiswa yang diterapkan pada zaman dahulu. Sebab, zaman dahulu, gerakan mahasiswa untuk melakukan demo terlalu memakan banyak waktu, tidak efisien.
“Gerakan mahasiswa sekarang itu hanya dengan satu pesan di WhatsApp semuanya bisa berkumpul. Selain itu, tema demo juga beragam, seperti lingkungan hidup. Jika zaman dahulu, tema demo hanya sekadar permasalahan politik,” kata Anies pada 21 Februari 2020, sebagaimana dilansir dalam kagama.co.
Sampai sekarang, Anies Baswedan masih kerap menjadi narasumber dan pembicara dalam berbagai kegiatan di UGM, seperti seminar, diskusi panel, dan kuliah umum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini