Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - KPU telah menetapkan partai politik yang telah memenuhi syarat untuk lolos dalam tahapan verifikasi faktual. Dari langkah tersebut, ada partai politik yang berhak menjadi peserta Pemilihan Umum atau Pemilu 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan penetapan KPU, terdapat 24 partai politik yang dinyatakan lolos sebagai peserta Pemilu 2024. Secara lebih rinci, sebanyak 24 partai peserta Pemilu 2024 tersebut terdiri dari 18 partai politik nasional dan 6 partai politik lokal Aceh. Sesuai keputusan KPU, nomor urut partai pun sudah ditentukan yang membuat Partai Golkar menduduki nomor urut 4, sebagaimana dilansir Tempo.co. Di masa orde baru, Golkar identik dengan nomor 2.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Profil Partai Golkar
Partai Golkar terbentuk dari penyatuan gagasan tentang integralistik-kolektivis tiga tokoh besar Indonesia, yaitu Soekarno, Soepomo, dan Ki Hadjar Dewantara sejak 1940. Kemudian, gagasan tiga tokoh ini berwujud dengan lahirnya Golongan Fungsional yang diubah dalam bahasa Sansekerta menjadi Golongan Karya pada 1959.
Pada era 1950-an, pembentukan Golkar difokuskan menjadi perwakilan dari golongan-golongan di tengah masyarakat. Perwakilan ini pun diharapkan dapat merepresentasikan keterwakilan kolektif sebagai bentuk demokrasi khas Indonesia. Wujud dari demokrasi ini sering di vokalkan oleh ketiga tokoh tersebut.
Berdasarkan partaigolkar.com, awalnya, Golkar bukan sebuah partai, melainkan perwakilan golongan dan dasar perwakilan lembaga-lembaga representatif. Lalu, pada 1957, Golkar berdiri sebagai sebuah organisasi dengan sistem multipartai yang mulai berkembang di Indonesia. Akibatnya, Golkar menjadi sebuah alternatif organisasi yang terdiri dari golongan-golongan fungsional.
Golkar memiliki tujuan untuk membangun organisasi masyarakat (ormas) yang menumbuhkan persatuan dan kerja sama setiap masyarakat dengan menumpas partai. Lalu, Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) berdiri pada masa-masa akhir pemerintahan Presiden Sukarno. Atas dasar tersebut, Bung Karno sebagai konseptor, Jenderal TNI (Purn), Abdul Haris Nasution sebagai penggerak, dan Angkatan Darat Indonesia mengubah Golkar menjadi sebuah partai politik untuk melawan PKI. Kala itu, PKI menjadi partai yang menentang sistem Pancasila.
Namun, sikap Golkar tersebut tidak sejalan dengan cita-cita awal mereka yang menolak konsep partai. Akhirnya, Golkar yang semula anti-partai berubah menjadi pantai. Secara resmi, Golkar berdiri menjadi sebuah partai pada 20 Oktober 1964 oleh Soeharto dan Suhardiman.
Golkar merupakan partai yang telah dirintis sejak zaman Orde Lama. Kehadirannya di masa Orde Baru dalam rangka pembaharuan politik di Indonesia berhasil mencuri massa yang banyak. Bahkan, sebagian besar petinggi DPR saat Orde Baru diisi oleh kader Golkar.
Saat ini, Partai Golkar membawa paradigma baru yang berisi pokok-pokok doktrin, visi, misi, dan platform politik. Di dalam perumusan paradigma baru ini, ada aspek pembaruan sekaligus kesinambungan. Aspek pembaruan ditunjukkan melalui perubahan struktur atau kelembagaan.
Sementara itu, aspek kesinambungan terlihat dalam kekukuhan Golkar berideologi Pancasila dan doktrin karya serta kekaryaan sesuai dinamika perkembangan zaman. Sejak 2017 sampai sekarang, Partai Golkar dipimpin oleh Airlangga Hartarto yang sekaligus menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia periode 2019-2024.