Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEJUMLAH rekan membisikinya, ”Kawal suara sampai akhir.” Tapi Balkan Kaplale tak menghiraukan bisikan itu. Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Komisi Pendidikan ini tetap mengikuti perjalanan dinas di Lampung, Riau, dan Sulawesi Selatan.
Calon dari Partai Demokrat itu optimistis lolos lagi ke Senayan mewakili Tuban dan Bojonegoro, Jawa Timur. ”Saya juga tak tahu arti mengawal itu,” katanya pekan lalu.
Selama perjalanan dinas itulah Komisi Pemilihan Umum menggodok nama calon legislatif terpilih, dan mengumumkannya pada 24 Mei lalu. Ternyata Demokrat hanya meraih satu kursi di Jawa Timur IX. Nama Balkan tak tercantum. Di sinilah Balkan sadar pentingnya ”mengawal” suara itu.
Balkan meraih 26 ribu suara, peringkat kedua di bawah Ida Ria. Demokrat memperoleh 163.761 suara dengan bilangan pembagi pemilih 140.239. Jadi, sisa suara Demokrat setelah meloloskan Ida tinggal 23.522. Tuban-Bojonegoro baru meloloskan lima dari enam jatah kursi, sehingga Balkan masih memiliki peluang di tahap ketiga.
Berdasarkan Peraturan Komisi Pemilihan, tahap ketiga dilakukan dengan menghitung gabungan suara partai seprovinsi di daerah pemilihan yang memiliki sisa kursi. Kursi diberikan kepada partai politik dengan suara terbanyak di daerah pemilihannya, dibandingkan dengan partai dan daerah lain.
Dengan ketentuan itu, Demokrat di Tuban-Bojonegoro mendapat dua kursi. Balkan dan timnya bersorak. ”Banyak yang kaget karena ternyata menjadi satu kursi,” kata Balkan.
Balkan awalnya pasrah begitu mengetahui daerah pemilihannya hanya mendapat satu kursi. Ia baru bersemangat mempertanyakan nasibnya setelah lembaga pemantau pemilu, Centre for Electoral Reform (Cetro), mengeluarkan hitungan lebih rinci.
Dalam hitungan Cetro, Demokrat mendapat satu kursi lagi di Tuban-Bojonegoro. Sedangkan di daerah pemilihan II (Pasuruan-Probolinggo), Demokrat tak mendapat kursi dari sisa suara. Posisi Demokrat ini tertukar dengan Partai Hanura.
Dalam analisis Cetro, Hanura seharusnya mendapat kursi tambahan di Pasuruan, bukan di Tuban. Dalam pleno Komisi Pemilihan, 24 Mei lalu, calon terpilih di Tuban-Bojonegoro adalah Muhammad A.S. Hikam dari Partai Hanura.
Balkan lalu mendatangi Komisi Pemilihan Umum dengan membawa data Cetro. Ia mengecek data yang diolah Kelompok Kerja Rekapitulasi Hasil Penghitungan Suara. Ternyata ada kesalahan di daerah Pasuruan.
Dalam data yang ditayangkan Komisi Pemilihan, Pasuruan-Probolinggo meraih 49.083 suara. Sedangkan dalam hitungan Kelompok Kerja Rekapitulasi, daerah ini hanya meraih 40.083 suara.
Kelompok Kerja Rekapitulasi mengakui kesalahan itu dengan menerbitkan nota dinas yang ditujukan ke Komisi Pemilihan, pada 27 Mei. Nota itu menyatakan, ada kesalahan tak disengaja dengan menekan angka nol, yang seharusnya sembilan. ”Tak ada unsur kesengajaan atau kepentingan apa pun,” kata Sigit Joyowardono, Wakil Kepala Biro Hukum Komisi Pemilihan, yang menandatangani nota.
Direktur eksekutif Cetro, Hadar Nafis Gumay, mengatakan kesalahan penempatan itu tak mempengaruhi jumlah suara partai. Hanya komposisi calon terpilih yang berubah. Ia mengatakan, perubahan angka nol menjadi sembilan itu bisa menjadi indikasi adanya ”perdagangan” kursi.
Hadar mengatakan, indikasi perdagangan kursi terlihat dari tertutupnya rapat penentuan calon terpilih. Menurut dia, Komisi Pemilihan juga sering memfasilitasi pertemuan informal dengan saksi atau pihak lain yang berkepentingan, sehingga membuka peluang kongkalikong.
Anggota Komisi Pemilihan, I Gusti Putu Artha, membantah ”perdagangan kursi” itu. Pertemuan tertutup dengan saksi partai politik itu, katanya, hanya membicarakan tata cara menentukan alokasi kursi dan calon terpilih.
Hingga Jumat pekan lalu, Komisi Pemilihan belum mengumumkan perubahan calon terpilih di Jawa Timur itu. Calon terpilih dari Tuban-Bojonegoro, A.S. Hikam, mengatakan akan menyerahkan sepenuhnya kasus ini kepada partai. Mantan Menteri Negara Riset dan Teknologi itu juga mempertanyakan adanya tuduhan perdagangan kursi. ”Saya juga korban,” katanya.
Yandi M.R., Pramono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo