Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font face=arial size=1 color=brown><B>Teroris</B></font><BR />Jaringan Baru tanpa Bom

Abdullah Sunata diduga membentuk kelompok baru. Mengutamakan penguatan ideologi.

5 Juli 2010 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETIAP kali keluar dari pesantren, Abdurrochim Baasyir merasa dibuntuti. Lelaki yang pernah memimpin Al-Ghuroba di Pakistan ini melihat orang-orang terus mengawasinya. Hal itu dirasakan terutama setelah penangkapan Mohammad Jibril di Pamulang, Banten, Agustus tahun lalu.

”Saya tidak takut karena tidak pernah melanggar hukum,” kata Abdurrochim, putra mantan Amir Majelis Mujahidin Indonesia, Abu Bakar Ba’asyir, Jumat pekan lalu. Ia menduga kegiatannya diawasi karena masa lalunya sebagai pemimpin Al-Ghuroba, perkumpulan mahasiswa di Pakistan yang dituduh berafiliasi dengan Al-Qaidah. Padahal, menurut dia, itu hanya kelompok belajar yang tidak kena-mengena dengan terorisme. Organisasi itu belakangan memang dibubarkan pemerintah Pakistan. Tapi, ”Alasan pembubarannya enggak jelas.”

Abdurrochim berkawan dekat dengan Mohammad Jibril, yang telah divonis lima tahun karena dituduh terlibat terorisme. Mereka bergabung di kelompok mahasiswa yang sama ketika kuliah di Pakistan. Meski begitu, ia mengatakan belum pernah menjenguk Jibril di tahanan. ”Pernah diajak kawan-kawan menjenguk, tapi belum ada waktu,” katanya.

Abdurrochim hanya memperoleh cerita dari para penjenguk Jibril. Antara lain, Jibril mengatakan sering ditanya polisi soal keterlibatan Abdurrochim dalam gerakan terorisme. ”Polisi sangat bernafsu merangkai cerita bahwa saya terlibat,” kata Abdurrochim, yang membantah tuduhan itu.

Ia menyatakan tidak sepakat dengan cara-cara pengeboman di Indonesia. Menurut dia, cara itu tak sesuai dengan buku pedoman jihad yang ditulis Mullah Omar, pemimpin Taliban di Afganistan.

Nama Abdurrochim disebut lagi setelah penangkapan kelompok Abdullah Sunata di Klaten, Jawa Tengah, Kamis dua pekan lalu. Menurut sumber Tempo, bersama Sonhadi, Bambang Sukirno, dan Abu Tholut, ia membantu pergerakan Sunata. ”Mereka mampu menjalin komunikasi langsung dengan gerakan di Timur Tengah dan Pakistan,” kata sumber itu. ”Mereka juga mengirimkan pemuda untuk mendapat beasiswa kuliah di negara-negara itu.”

Menurut sumber yang sama, jaringan baru ini tidak lagi menggunakan pendekatan melalui ceramah dan pengajian. Mereka pun tak mengutamakan pembuatan bom dan jihad fisik, tapi pendekatan yang memaksimalkan penguatan ideologi dan pemanfaatan teknologi. ”Salah satunya melalui Jamaah Anshoru Tauhid,” katanya.

Tapi kelompok ini, kata sumber tersebut, kurang mendapat tempat di hati kelompok radikal, yang menganggap jihad sebagai perang semata. Sebab, kelompok ini tidak mempunyai pengalaman tempur dan pendidikan militer, baik di Poso, Ambon, Mindanao, maupun Afganistan.

Berbeda dengan jaringan sebelumnya, yang memiliki keterkaitan dengan Noor Din M. Top, Doktor Azahari, dan Dulmatin, kelompok baru ini cenderung tidak berhubungan. ”Mereka malah memiliki jaringan langsung ke Al-Qaidah.”

Kepala Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian Inspektur Jenderal Edward Aritonang menyatakan bahwa polisi sudah menetapkan beberapa orang dalam daftar pencarian. Ia mengatakan, Abu Tholut masuk daftar, tapi tiga orang lainnya tidak.

Edward juga belum bisa memastikan bahwa penggerebekan di Klaten pada 23 Juni lalu terkait dengan Abu Tholut. ”Mungkin Detasemen Khusus sudah memiliki datanya, tapi belum bisa dipublikasikan,” katanya.

Cheta Nilawaty (Jakarta), Sohirin (Semarang), Ahmad Rafiq (Solo)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus