Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

<font face=arial size=1 color=#FF9900>Perombakan Kabinet</font><br />Maaf, Tak Semua Masuk

Perombakan kabinet akan diikuti penggantian sejumlah pejabat di lembaga pemerintahan dan BUMN. Presiden minta dimaklumi.

26 September 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEKA-TEKI itu terjawab sudah. Berpidato dalam pembukaan Musyawarah Nasional Tarbiyah Islamiyah di Jambi, Kamis malam pekan lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatakan kocok ulang jajaran pembantunya pada periode kedua pemerintahannya ini akan beres 20 Oktober mendatang, saat Kabinet Indonesia Bersatu II berusia dua tahun.

"Sekarang saat yang tepat melakukan penataan kembali atas kabinet yang saya pimpin, karena saya ingin tiga tahun mendatang memiliki kinerja yang baik," kata Presiden. "Beberapa menteri mungkin sudah cukup. Saat ini diperlukan pejabat baru sesuai dengan tantangan tiga tahun mendatang."

Soal siapa saja yang akan tergusur dan dipanggil bergabung, Presiden belum membukanya. Juru bicara kepresidenan Julian Aldrin Pasha mengatakan Presiden hanya berdiskusi soal ini dengan Wakil Presiden Boediono dan seorang menteri koordinator. "Saya tidak sebut menko-nya siapa," ujarnya.

Belakangan, Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa mengaku diajak berbicara, tapi bukan dalam kapasitas sebagai Ketua Umum Partai Amanat Nasional. "Kalau menko kan selalu diajak berbicara Presiden," katanya.

Meski terkesan serba rahasia, keriuhan sudah terjadi dalam beberapa pekan ini. Kasak-kusuk dan bocoran informasi juga datang dari sumber-sumber di sekitar Presiden, sambil meminta agar identitasnya tak disebutkan. Dari mereka inilah nama-nama itu gencar beredar.

Salah satu orang dekat Presiden ini mengatakan perombakan yang akan terjadi cukup besar. "Ada 11 menteri diganti dan empat lainnya bergeser tempat," katanya. Beberapa pemimpin lembaga negara dan pemerintah, juga anggota direksi sejumlah badan usaha milik negara, tak luput dari gelombang pergantian kali ini.

Menurut sumber ini, setidaknya ada beberapa pertimbangan untuk menentukan seorang menteri digusur atau dipertahankan. Yang pertama berkaitan dengan kinerja. Kedua berhubungan dengan desakan publik, termasuk yang terlihat dari hasil survei dan pemberitaan media. Selanjutnya berkaitan dengan karakter personal si pejabat. Pada poin terakhir ini, kata dia, terdapat "hal yang menjadi atensi Ibu Negara". Salah satunya menyangkut urusan rumah tangga dan terungkapnya perselingkuhan.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Darwin Zahedy Saleh, Menteri Perhubungan Freddy Numberi, Menteri Keuangan Agus Martowardojo, serta Menteri Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa masuk kategori yang dianggap kurang maksimal di posisinya saat ini. Direktur Utama Pertamina masih ditimbang untuk menempati pos Darwin Zahedy, sedangkan kursi Freddy akan ditempati mantan Kepala Staf Angkatan Darat George Toisutta atau Kepala Badan Intelijen Negara Sutanto.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan disebut akan menggantikan Agus Marto, yang mungkin digeser menggantikan Menteri BUMN Mustafa Abubakar, yang kini sakit. Tapi sumber yang juga petinggi partai ini mengatakan masih ada nama mantan Deputi Menteri BUMN Muhayat dan Direktur Utama BRI Sofyan Basir yang juga diperhitungkan.

Yang masuk daftar terancam karena desakan publik adalah Menteri Agama Suryadharma Ali, yang dikatakan kurang mendapat dukungan dari Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah. Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar, serta Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Patrialis Akbar juga disebut. "Andi Mallarangeng mungkin bergeser menggantikan Tifatul. Idrus Marham (Sekretaris Jenderal Partai Golkar) menempati posisi Andi," ujar sumber ini.

Yudhoyono menyadari kocok ulang kabinet bakal bikin kisruh. "Saya tahu banyak yang ingin jadi menteri. Banyak yang menyampaikan minatnya kepada saya, baik langsung maupun tidak langsung," katanya. "Tapi," ia melanjutkan, "tempat di kabinet ada batasnya. Saya mohon pengertian."

Y. Tomi Aryanto, Wahyu Muryadi, Eko Ari

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus