Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HUTOMO Mandala Putra, 47 tahun, dan Yuddy Chrisnandi, 41 tahun, tampak khusyuk mendaraskan kalimat-kalimat toyibah, memuji kebesaran Allah SWT. Ahad malam lalu, keduanya larut dalam peringatan Nuzulul Quran yang digelar Majelis Dzikir Rasulullah pimpinan Habib Munzir bin Fuad al- Musawa di Masjid At-Tin, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
Dibungkus seremoni keagamaan, ini untuk pertama kalinya kedua tokoh itu muncul bersama di muka publik. Forum tersebut adalah pemanasan bagi Tommy sebelum mendeklarasikan diri bertarung dengan Aburizal Bakrie dan Surya Paloh dalam berebut kursi Ketua Umum Partai Golkar di Pekanbaru, Riau, Oktober mendatang.
Putra kinasih Soeharto ini jadi buah bibir sejak pertengahan Agustus lalu menyatakan masuk bursa pemilihan Ketua Umum Partai Golkar. ”Sekarang saat yang tepat bagi saya untuk kembali ke politik,” kata Tommy.
Santer beredar, untuk tujuan tersebut, dia menggandeng Yuddy, yang telah lebih dulu mendeklarasikan diri. Keduanya, kata sumber Tempo, sudah bersepakat saling dukung.
Yuddy bersilat lidah. ”Tak ada pembicaraan politik di At-Tin. Kami diundang untuk ibadah,” katanya. ”Tapi,” ia melanjutkan, ”mungkin pertemuan ini menunjukkan bahwa rumor kami berkomunikasi itu benar adanya.”
Menurut sumber Tempo, Jumat pekan lalu, Tommy melakukan pertemuan tertutup dengan tim sukses Yuddy di kediaman Tommy di Jalan Yusuf Adiwinoto, Menteng, Jakarta Pusat. Di sana mereka menggodok skenario bagi-bagi posisi Tommy-Yuddy. Dalam pertemuan itu hadir antara lain Tommy, Yuddy, Ketua Tim Zainal Bintang, Emil Tanri Abeng, Christina Aryani, dan Harlan Sumarsono.
Skenarionya dibuat Tommy diplot sebagai calon Ketua Dewan Pembina atau Dewan Penasihat Golkar, sedangkan Yuddy menjadi calon ketua. ”Ini kalau muncul resistensi terhadap Tommy,” kata sumber itu.
Skenario kedua, Tommy dipasang sebagai calon ketua umum dan Yuddy sebagai calon sekretaris jenderal. ”Ini kalkulasi call tinggi Tommy Soeharto.” Skenario ketiga, mereka jalan sendiri-sendiri sebagai calon ketua.
Skenario kedua hanya berhasil jika pengurus daerah menyambut rencana Tommy mengubah anggaran dasar partai. Tommy sulit maju karena AD/ART partai menutup pintu terhadap kandidat yang belum pernah menjadi pengurus.
Indra Bambang Utoyo, yang dekat dengan Keluarga Cendana, meragukan Tommy-Yuddy bakal menjadi pesaing kuat Aburizal Bakrie ataupun Surya Paloh. ”Yang lain sudah konsolidasi setahun lebih, dia tinggal sebulan baru masuk. Tidak rasional,” kata Indra. Ketua Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia itu menyarankan Tommy bergabung dengan Ical atau Surya. Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia, kata Indra, sudah menyatakan dukungan kepada Ical.
Ketua Tim Sukses Yuddy, Zainal Bintang, yakin konstelasi akan berubah kalau Tommy mendeklarasikan diri. Apalagi kalau Tommy bersama Yuddy membuat langkah-langkah spektakuler. Ia meragukan klaim kubu Ical ataupun Surya Paloh yang telah didukung 400 lebih pengurus daerah. ”Sekarang kan calon-calon itu cuma mengumbar klaim,” ujarnya.
Yuddy menyatakan energinya masih banyak meski dia terlambat bergerak. ”Yang lain mulai lelah, saya mulai bergerak.”
Ia membenarkan berkolaborasi dengan Tommy. Menurut dia, visi dan persepsi mereka tentang Golkar telah cocok. Mereka sama-sama gundah dengan Golkar yang makin pragmatis, tidak tanggap, dan lamban. ”Cita-cita kami untuk bangun Golkar,” kata Yuddy. ”Atas dasar itu, kami berdua bisa bersinergi.”
Masalahnya adalah egoisme. Kata Yuddy, dia lebih berpengalaman mengurusi partai, lebih dulu membentuk tim sukses, dan telah pula mendeklarasikan diri. Ia ogah jadi orang nomor dua. Majunya Tommy tak akan menyurutkan niatnya, meski dianggap underdog. ”Kalau bisa bersinergi, ya, alhamdulillah. Minimal pada program dan platform,” kata Ketua Golkar Bidang Organisasi Kepemudaan itu.
Yuddy mengungkapkan, ketika bertemu di kantor Tommy di Gedung Granadi, Kuningan, Jakarta Selatan, 19 Agustus lalu, Tommy bertanya apa yang akan dilakukan Yuddy kalau gagal jadi ketua umum. ”Saya siap mendukung yang menang. Tapi, kalau Mas Tommy yang kalah, tentu akan saya siapkan posisi yang comfortable untuknya,” kata Yuddy.
Sementara itu, Wakil Bendahara Umum Partai Golkar Poempida Hidayatullah menilai kecil peluang Tommy. ”Secara administratif dia sudah terganjal anggaran dasar partai soal syarat pernah jadi pengurus,” kata menantu Ketua Golkar Fahmi Idris itu. ”Revisi anggaran dasar tidak gampang.”
Tommy juga dianggap tak pernah mendatangi daerah. ”Dia masih berharap orang yang mendekati dia seperti era Orde Baru,” kata Poempida.
Belakangan, sumber Tempo mengungkapkan negosiasi Tommy dan Yuddy membentur tembok. Pertemuan di kediaman Tommy di Jalan Yusuf Adiwinoto, Menteng, Selasa malam lalu itu tak membuahkan hasil. Masing-masing ngotot jadi ketua. Tommy menolak tawaran Yuddy sebagai ketua dewan penasihat ataupun posisi lain karena tak mau power-nya berkurang.
Adapun Yuddy akan tetap jalan walaupun hanya satu pengurus provinsi yang mendukung. ”Tidak bisa ketemu, ya, sudah pecah kita,” kata sumber Tempo. Yuddy menegaskan sekalipun Tommy maju sendiri, dirinya tak akan mundur. ”Kalau bersaing duit, pasti saya kalah. Jadi gagal atau berhasil saya terima,” ujar Yuddy.
Juru bicara Tommy, Waly Y.Sr., membantah jika dikatakan Tommy menjalin koalisi dengan kandidat lain. Ia juga membantah jika disebutkan Tommy melakukan serangkaian pertemuan dengan Yuddy atau timnya. ”Semua isu itu tidak benar. Tommy jalan sendiri,” kata Waly, Rabu lalu.
Tommy, kata dia, ingin membuktikan apakah rakyat masih menginginkannya mengabdi. ”Kalau gagal, tidak apa-apa. Dia siap dukung yang menang,” kata Waly. Soal syarat pernah jadi pengurus bukanlah halangan. Revisi anggaran dasar diharapkan bisa dilakukan seketika. Jadi tidak harus masuk pengurus dulu kan.”
Menurut Waly, partai politik bukan perseroan yang bisa mengangkat dan memecat orang semaunya. ”Di partai semua orang punya hak, bukan hanya pengurus.”
Kamis malam dua pekan lalu, sepulang umrah, Yuddy Chrisnandi sowan ke Cendana. Seusai tarawih di sana, ia diterima Siti Hardijanti Rukmana. Kepada putri sulung Soeharto itu, Yuddy menyampaikan niat maju sebagai Ketua Umum Golkar. ”Sekaligus saya meminta maaf, karena tidak tahu Mas Tommy juga maju,” kata Yuddy.
Ia mengaku sempat menanyakan kepada Tutut apakah akan ikut mencalonkan diri. Yuddy mengatakan akan mundur dari pencalonan kalau Tutut mengajukan diri. ”Alhamdulillah beliau merestui dan memberikan dukungan moril kepada saya,” ucap Yuddy.
Sumber Tempo mengungkapkan, dalam pertemuan itu Tutut meminta Yuddy melakukan koordinasi dengan Tommy Soeharto. ”Kalau kamu serius, kamu koordinasi dengan Tommy,” kata sumber Tempo menirukan Tutut.
Setelah pertemuan di Cendana, Yuddy semakin rajin bertemu dengan Tommy. Setidaknya sudah lima kali ia bertemu, berdiskusi menyamakan konsep dan strategi dengan Tommy. ”Masing-masing tim kami sudah solid dan bisa bertemu kapan saja,” kata Yuddy.
Tommy sendiri beberapa pekan terakhir mulai intens bergerilya mencari dukungan. Ia juga makin lincah melakukan pendekatan ke sejumlah pengurus daerah. Kamis pekan lalu, misalnya, ia bertemu dengan pengurus Golkar Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, dan Kepulauan Seribu. Senin lalu ia bertemu dengan pengurus Depok, Jember, dan Bondowoso.
Menurut Waly Y.Sr., hingga saat ini Tommy telah mengantongi dukungan 84 pengurus daerah. ”Sudah lebih dari persyaratan 60 dukungan untuk mencalonkan diri,” kata Waly.
Agus Supriyanto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo