Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PUKUL tiga dinihari di Kampung Gorong-gorong, Timika, Papua, Rabu dua pekan lalu. Seseorang mengetuk pintu dan mengucapkan salam Amungme, bahasa di Kabupaten Mimika dan Puncak Jaya. Tanpa curiga, penghuni rumah membuka pintu. Sekitar lima belas orang bersenjata menyerbu masuk.
Polisi menggerebek rumah putih di Jalan Freeport Lama itu. Penghuni rumah, Kelly Kwalik, tewas dalam operasi dinihari itu. Ia dibawa ke Rumah Sakit Kuala Kencana, Timika. Setelah tes DNA, tokoh Organisasi Papua Merdeka ini dimakamkan di Timika Indah, diiringi tangis ratusan pendukungnya, Selasa pekan lalu.
Kelly Kwalik merupakan Panglima Organisasi Papua Merdeka yang menguasai daerah Mimika sampai lokasi pertambangan emas Freeport dan Pegunungan Tengah. Ia diduga melakukan rangkaian serangan ke PT Freeport sejak 1977 hingga Oktober lalu.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Papua Komisaris Besar Agus Rianto mengatakan polisi terpaksa menembak karena Kwalik, 54 tahun, berusaha melawan. ”Ia berusaha lari sambil menodongkan revolver,” kata Agus. Kwalik meninggal di Rumah Sakit Kuala Kencana.
Dalam penyergapan itu, polisi juga menangkap lima orang yang sedang berada di rumah. Mereka adalah Jeep Murib, 24 tahun, Noni Senawarme (35), Martinus Katagame (21), Yorni Murib (10), dan Yoseph Kwantik (60).
Jeep dan Martinus ditetapkan sebagai tersangka dengan tuduhan menyembunyikan buron. Tiga orang lainnya bebas. Jeep merupakan pemilik rumah dan pengawal pribadi Kwalik, Martinus adalah keponakan Kwalik.
Juru bicara Markas Besar Kepolisian, Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, mengatakan Kwalik melakukan teror di area pertambangan Freeport sejak 2002. Peran Kwalik diperkuat pengakuan Antonius Wamang, anggota Organisasi Papua Merdeka yang ditangkap pada 2004. ”Penembakan 2002 itu atas perintah Kelly,” kata Nanan.
Menurut dia, polisi menemukan dokumen yang menyatakan Kwalik sebagai pemimpin Organisasi Papua Merdeka. Di dalam rumah itu juga terdapat tiga peluru kaliber 5,56 milimeter dan 28 peluru revolver 0,38 serta pistol revolver Smith&Wesson. Polisi juga menemukan dua busur panah serta dua belas anak panah.
Nanan mengatakan operasi tim gabungan itu sudah sesuai dengan prosedur. Tim gabungan meliputi Detasemen Khusus 88 Antiteror, Brigade Mobil, serta Badan Intelijen dan Keamanan. Nanan mengatakan polisi sudah memberikan peringatan kepada penghuni rumah untuk menyerah, tapi tak dihiraukan.
Operasi dinihari itu memang tak mengundang perhatian banyak orang. Seorang tetangga bahkan mengatakan tak mendengar tembakan, meski masih melek. Tapi ada orang yang menyaksikan penggerebekan dan penembakan terhadap Kwalik. ”Tak ada perlawanan,” katanya. ”Penembakan dilakukan dalam jarak dekat.”
Sumber Tempo mengatakan Kwalik tewas di tempat sebelum dibawa ke klinik Kuala Kencana. Menurut dia, jasad Kwalik tiba di klinik dengan tiga luka tembak di dahi, perut, dan pinggang. ”Hanya butuh waktu beberapa menit sampai korban mengembuskan napas terakhir,” katanya.
KWALIK lahir di Lembah Jila pada 1955. Orang tuanya termasuk sadar pendidikan. Sang anak menempuh sekolah dasar di Agimuga, meneruskan pendidikan di sekolah menengah pertama di Kokonao, dan pada 1973 berlanjut ke sekolah guru, lalu memutuskan mengajar di Distrik Agimuga, Mimika.
Kwalik kemudian bergabung dengan Yakob Pray dan Zeth Rumkorem, yang mengupayakan Papua Merdeka. Ia mulai memimpin perlawanan secara terbuka terhadap militer dan PT Freeport pada 1977. Kwalik melakukan pemalangan dan pemotongan pipa yang mengalirkan tembaga milik Freeport.
Pada 1980, Kwalik diangkat menjadi Komandan Daerah Perang III, yang menguasai daerah Mimika dan Pegunungan Tengah. Ia didaulat sebagai Panglima Tentara Pembebasan Nasional Papua dan Organisasi Papua Merdeka pada 2007.
Pamor Kwalik sebagai simbol perjuangan Papua Merdeka melejit pada 1996. Ia memimpin penyanderaan sejumlah peneliti yang tergabung dalam Ekspedisi Lorentz. Komando Pasukan Khusus, di bawah pimpinan Brigadir Jenderal Prabowo Subianto, menggelar operasi penyelamatan Mapenduma. Dua dari sebelas sandera ditemukan tewas, sedangkan Kwalik lolos.
Pada 2002, terjadi penembakan terhadap dua guru warga Amerika di Mile 62-63. Tentara Indonesia menuduh Kwalik bertanggung jawab atas peristiwa itu. Polisi sempat mengira telah berhasil menangkap Kwalik pada Januari 2005. Namun orang yang disangka Kwalik ternyata anggota Organisasi Papua Merdeka yang menyaru sebagai pemimpinnya.
Kwalik menjadi tertuduh lagi ketika terjadi penembakan warga Australia di area konsesi Freeport pada Juli 2009. Ia membantah keterlibatannya dalam penembakan itu. Polisi juga mengatakan tak memiliki bukti kuat keterlibatan Kwalik. Kepala Polda Papua waktu itu, F.X. Bagus Ekodanto, mengatakan bertemu langsung dengan Kwalik di Timika sesaat setelah penembakan warga Australia. Bagus mengatakan Kwalik tak terlibat penembakan itu.
Insiden penembakan kembali terjadi pada 20 Oktober lalu. Bus yang mengangkut karyawan Freeport ditembaki orang tak dikenal. Panglima Daerah Militer Cenderawasih Mayor Jenderal Azmyn Yusri Nasution menyatakan Kwalik bertanggung jawab atas penembakan di area Freeport.
Kwalik terus diburu. Ia tinggal di hutan dan berpindah-pindah. Sekretaris Jenderal Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua Markus Haluk mengatakan penembakan Kwalik merupakan upaya penghilangan jejak pelaku penembakan sebenarnya di Freeport.
Markus mengatakan peristiwa penembakan 2002 dan 2009 berlangsung di area Freeport. Menurut dia, Kwalik dan anak buahnya tak bisa masuk begitu saja ke wilayah pertambangan itu, apalagi membawa senjata. Markus menambahkan, dua penembakan itu juga bukan karakter Kwalik dan anak buahnya, yang berani berhadapan. ”Kwalik adalah tokoh besar Papua,” katanya.
Anggota Dewan Adat Mimika, Thomas Wanmang, mengatakan Kwalik merupakan orang yang menjalankan amanat leluhur untuk menegakkan keadilan dan kedamaian di tanah Papua. Menurut dia, Kwalik tak pernah menciptakan permusuhan di antara orang Papua dan masyarakat pendatang.
Dalam acara misa arwah, Uskup Philip Saklil mengatakan Papua telah kehilangan tokoh besar. Dia menganggap Kwalik simbol perjuangan warga Papua. Kwalik, katanya, konsisten memperjuangkan keadilan serta memerangi kemiskinan dan perampasan hak warga Papua selama lebih dari 30 tahun. Ia dimakamkan di tanah lapang dekat Tugu Perdamaian, Timika.
Yandi M.R., Cornila Desyana (Jakarta), Tjahjono Ep (Papua)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo