Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BINTANG yang dinanti malam itu tak juga hadir. Enam puluhan pengusaha telah berkumpul di kantor pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Kamis malam dua pekan lalu. Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, yang memimpin acara, tak cukup memuaskan para pebisnis itu. Mereka ingin bertemu dengan Joko Widodo, Gubernur DKI Jakarta, yang besoknya diumumkan sebagai calon presiden dari partai itu.
"Magnet acara itu sebenarnya Jokowi, bukan Ibu Megawati," kata seorang pengusaha yang hadir kepada Tempo, Jumat pekan lalu.
Menurut dia, para pengusaha antusias karena sejak awal Jokowi disebutkan bakal hadir. Dalam undangan acara bertajuk "Malam Ramah-tamah Bersama Tokoh Nasional" pun tertulis susunan acara yang mencantumkan sambutan Jokowi setelah pidato Ketua Umum Megawati. Pengusaha itu menuturkan, sebagian besar hadirin telah menyiapkan cek yang hendak mereka serahkan langsung kepada Jokowi sebagai wujud dukungan. Imbalannya, mereka berharap, jika terpilih, Jokowi ramah terhadap dunia bisnis.
Keinginan para pengusaha bertemu menipis ketika hingga pukul 21.00 Jokowi tak kunjung tiba. Sejumlah elite partai sempat meminta para pengusaha bersabar menunggu mantan Wali Kota Solo itu. "Kami tahu Jokowi ternyata ke Kota Tua, jadi kami pulang," ujar pengusaha yang lain.
Malam itu, Jokowi diundang ke peresmian revitalisasi Kota Tua di Museum Fatahillah, Jakarta Barat. Proyek ini digarap PT Pembangunan Kota Tua Jakarta dan Kelompok Pelestarian Budaya Kota Tua Jakarta. Menurut sejumlah politikus, Jokowi meminta saran para penasihat politiknya: datang ke Kota Tua atau ke Lenteng Agung untuk bertemu dengan pengusaha. Ia akhirnya memilih yang pertama.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo membantah kabar bahwa Jokowi dijadwalkan datang menemui pengusaha. "Pak Jokowi punya acara sendiri," katanya seusai pertemuan tertutup malam itu. Jurnalis yang meliput di markas partai itu hanya diberi akses di kejauhan.
Adapun Wakil Bendahara Umum PDIP Juliari Pieter Batubara menuturkan, rencananya Jokowi hadir. Tapi dia urung datang setelah mengetahui banyak wartawan di kantor PDIP. Apalagi jarak Lenteng Agung dan Kota Tua cukup jauh.
Menurut Tjahjo, para pengusaha yang hadir adalah pemilik jaringan kelontong dan pengusaha elektronik. "Sekelas pengusaha Glodok-lah," ucapnya. Wakil Bendahara Umum Rudianto Tjen menyatakan, "Tak ada yang konglomerat. Pengusaha muda semua." Keduanya menutup rapat nama pengusaha yang datang.
Berdasarkan pengamatan Tempo, sebagian dari mereka adalah petinggi perusahaan pengembang kakap dan kelapa sawit. Tak sedikit pengusaha berusia paruh baya. Ada beberapa taipan yang moncer pada masa Orde Baru. Salah satunya kong-lomerat pemain tekstil berusia 83 tahun. Pria ini berjalan ditopang tongkat dan dituntun anaknya.
Terlihat pula pengusaha kayu bos Barito Pacific, Prajogo Pangestu. "Prajogo datang ketika Bu Mega sudah selesai berpidato," kata salah seorang yang hadir. Namun juru bicara Prajogo, Yazirwan Uyun, membantah informasi itu. Ia justru mengatakan hadir pada pertemuan itu mewakili Prajogo, yang tidak bisa datang karena mengikuti rapat lain. "Undangannya mendadak, sehari sebelum acara," ujarnya.
Seorang pengusaha yang mengetahui perencanaan acara menceritakan, awalnya, Bendahara Umum PDIP Olly Dondokambey menyampaikan niat mengumpulkan dana kampanye dari para pengusaha simpatisan partai. "Dia ingin mengumpulkan dana terang, yang tak melanggar aturan," katanya. Para pengusaha lantas mengusulkan sekalian saja digelar acara makan malam pengumpulan dana di hotel mewah.
Usul disetujui. Sekitar dua pekan sebelum tanggal yang ditentukan, Olly memberikan deretan nama pengusaha yang akan diundang kepada Megawati. Tiga nama dicoret dari daftar. Mega juga tak setuju acara diadakan di hotel dan memutuskan pertemuan itu digelar di kantor partai. Tiga hari menjelang acara, baru diperoleh kepastian bahwa ada sekitar 70 pengusaha yang diundang. Walhasil, surat undangan baru disebar sehari sebelum perhelatan.
Juliari mengungkapkan, pengusaha yang diundang adalah mereka yang bersedia menyumbang secara terbuka sesuai dengan aturan. Berdasarkan Pasal 131 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2012 tentang pemilu legislatif, sumbangan dari perorangan maksimal Rp 1 miliar, dan Rp 7,5 miliar bagi kelompok, perusahaan, atau badan usaha milik negara.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Sofjan Wanandi mengaku tak diundang. "Yang diundang pengusaha menengah," ujarnya. Bahkan, menurut dia, semua pengusaha di bawah Asosiasi juga tak diminta datang.
Bos Grup Berca, Murdaya Widyawimarta Poo, yang menjadi anggota Fraksi PDIP Dewan Perwakilan Rakyat periode 2004-2009, juga tak tertera dalam daftar final. Namun ia menyatakan diundang. "Saya enggak datang karena ada bisnis di luar kota," katanya.
Megawati tiba di kantor partainya pukul 19.37 menumpang Toyota Alphard B-2301-MT berwarna hitam. Mobil berhenti di pintu samping. Mengenakan busana hitam bermotif kembang cerah, ia bergegas menuju ruang pertemuan di lantai dua. Rini Soewandi, Menteri Perindustrian dan Perdagangan semasa Mega menjabat presiden, berjalan mendampingi. Mega terlambat sekitar satu jam dari jadwal. Di dalam ruangan sudah menunggu para pengusaha dan petinggi partai.
Para petinggi partai duduk menghadap meja panjang di depan panggung. Ada Mega, Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Sidarto Danusubroto, dan Rini di sana. Meja itu dikitari meja-meja bundar tempat pengusaha dan pengurus pusat partai. "Pada setiap meja ada sepuluh orang," kata seorang pengusaha yang menghadiri acara itu.
Petinggi partai yang hadir antara lain Tjahjo serta Wakil Sekretaris Jenderal Eriko Sotarduga dan Hasto Kristianto. Para ketua PDIP, yaitu Djarot Saiful Hidajat, Effendi Simbolon, dan Yanti Sukamdani Hardjo-prakoso, pun hadir. Begitu pula Olly beserta wakilnya, Rudianto dan Juliari.
Selama sekitar 40 menit Mega berpidato. Isinya lebih banyak tentang nasionalisme dan target PDIP meraih kemenangan dalam pemilihan umum legislatif dan presiden. "Bagi saya, tak ada pribumi dan nonpribumi. Yang ada adalah bangsa Indonesia," ujarnya, disambut tepuk tangan panjang para pengusaha.
Mega juga menuturkan tak pernah dan tak mau menodong pengusaha untuk minta bantuan. Tapi ia mempersilakan pengusaha yang mau membantu perjuangan partainya. "Asalkan sesuai dengan aturan dan undang-undang," ujarnya seperti ditirukan seorang peserta.
Turun dari podium di atas panggung, Mega mengajak tetamu makan malam bersama. Menjelang pukul 21.00, ia menyalami- semua pengusaha, lalu meninggalkan ruangan. Tjahjo giliran naik ke panggung.
Setelah menjelaskan sedikit pencapaian PDIP dalam pemilihan kepala daerah, Tjahjo mempersilakan para pengusaha menyumbang sesuai dengan ketentuan. Panitia lalu membagikan map merah berisi formulir isian sumbangan. "Terakhir sumbangan masuk partai sepekan sebelum pemilu 9 April," kata Juliari.
PDIP memang membutuhkan banyak uang untuk membiayai pemenangan pemilu. Menurut Rudianto, partainya memerlukan Rp 400 miliar untuk pemilu legislatif. PDIP telah melaporkan dana kampanye yang sudah terkumpul ke Komisi Pemilihan Umum, sebesar Rp 220 miliar, yang sebagian besar dari sumbangan kader. "Sekarang ada tambahan belasan miliar rupiah," ujarnya. Rudianto berharap penggalangan dana dari pengusaha bisa menutupi kebutuhan. Penggalangan dana serupa bakal digelar lagi menjelang pemilihan presiden.
Setelah 45 menit menunggu Jokowi, para pengusaha tak sabar lagi. Acara pun ber-ak-hir tanpa kehadiran bintang yang dinanti.
Jobpie Sugiharto, Rizki Puspita Sari, Sundari
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo