Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DI Horapa Seafood, restoran Thailand di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Joko Widodo mengumpulkan pendukungnya yang tergabung dalam Sekretariat Nasional Jaringan Organisasi Komunitas dan Warga Indonesia atau Seknas Jokowi pada Rabu malam pekan lalu. Gubernur Jakarta ini memberi petuah tentang apa yang harus dilakukan relawan dalam menyokongnya menjadi calon presiden dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Ada 25 pentolan Sekretariat Nasional yang hadir pada makan malam itu. Menurut KetuaPresidium Muhammad Yamin, Jokowi menekankan pentingnya menggarap pemilih pemula yang jumlahnya mencapai 30 persen dari total pemilih yang sudah terdaftar sebanyak 186 juta. "Caranya dengan kampanye melalui Internet dan media sosial," kata Yamin pekan lalu.
Menurut Yamin, Jokowi tertarik berkampanye melalui media sosial karena penggunanya sangat besar. Data Kementerian Komunikasi dan Informatika menunjukkan pada 2013 terdapat 63 juta orang Indonesia terhubung dengan layanan Internet, dan 95 persen dari jumlah itu mengakses media sosial. Jokowi sudah merasakannya dalam pemilihan Gubernur Jakarta pada pertengahan 2012.
Berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama, Jokowi mengalahkan gubernur dan politikus Jakarta yang menjadi rivalnya sejak putaran pertama. Wali Kota Solo ini pengguna pasif Twitter dengan akun @jokowi_do2. Kepada Tempo suatu kali, ia mengatakan selalu mengecek akunnya itu secara rutin meski tak mencuit atau membuat tulisan. "Di mobil, waktu nunggu pesawat, atau di mana pun saat senggang," katanya. "Saya baca semua mention yang masuk."
Sadar dengan besarnya peran media sosial dalam mendukung kampanye, Jokowi menghubungi Dyah Kartika Rini Djoemadi, pemilik perusahaan lobi PT Spindoctors Indonesia, yang juga tetangganya di Solo. Waktu itu pemilihan gubernur menjelang putaran kedua. Jokowi diisukan tak beragama Islam dan ibunya seorang Katolik. "Saya dihubungi Pak Jokowi karena kampanye calon gubernur lain sudah masuk isu SARA," kata Kartika.
Menurut Kartika, Jokowi memintanya menyatukan relawan-relawan dunia maya yang mendukungnya di putaran pertama bergabung untuk menyampaikan fakta tentang dirinya. Kartika lalu menggandeng Sony Subrata, agen media sosial pemilik Arwuda Communications. Maka, pada 12 Agustus 2012, lahir Jokowi Ahok Media Social Volunteers atawa Jasmev. Ahok adalah nama panggilan Basuki.
"Perang" isu dan saling serang antarpendukung Jokowi dan Fauzi Bowo di media sosial semakin ramai setelah kemunculan Jasmev. Kartika membuka pendaftaran relawan pendukung Jokowi di dunia maya dengan cara mengajukan diri di web. Syaratnya tak memakai nama dan akun samaran. "Baru sepekan dibuka, sudah ada 1.000 orang yang mendaftar," katanya. Menjelang pemilihan gubernur putaran kedua dua bulan kemudian, jumlah itu membengkak menjadi 10 ribu orang.
Oleh tim dari Arwuda, para relawan ini dilatih menggunakan media sosial untuk mengkampanyekan Jokowi secara santun dan elegan. Sony bolak-balik Jakarta dan Solo memberi pelatihan tiga kali sepekan. Ia mengantongi data bahwa anak-anak muda lebih percaya pada percakapan di media sosial ketimbang baliho atau iklan partai dan politikus.
Waktu itu strategi yang dibuat Sony adalah mengkampanyekan Jokowi sebagai tokoh yang layak memimpin Indonesia. Jokowi, menurut Sony, sempat menolak cara ini. "Saya bilang, jika Bapak layak menjadi presiden, tentu lebih layak lagi menjadi Gubernur Jakarta," kata Sony. Maka, tak mengherankan, meski Jokowi kemudian menang dalam pemilihan Gubernur Jakarta, pesan berantai yang menyuarakannya menjadi presiden tak pernah turun.
Sejak menjabat gubernur hingga pertengahan 2013, Jokowi menjadi bahan berita media massa konvensional 200 per hari. Semua media sosial, seperti Facebook, Twitter, YouTube, dan LinkedIn, selalu menayangkan gerak-geriknya. Karena itu, tak ada calon presiden lain yang bisa menyalip popularitasnya dalam pelbagai survei dengan rasio keterpilihan 30 persen.
Jasmev dibubarkan begitu Jokowi menang dalam pemilihan gubernur. Kini, setelah PDI Perjuangan resmi menjadikan Jokowi calon presiden, Jasmev dihidupkan lagi dengan perubahan nama menjadi Jokowi Advanced Media Social Volunteers. Di akun Twitter @Jasmev2014, perhimpunan ini tak hanya menyokong Jokowi menjadi presiden, tapi juga mendorong PDI Perjuangan menang dalam pemilihan legislatif.
Menurut Sony, selain #JKW4P yang dicetuskan agen media sosial yang direkrut PDI Perjuangan, relawan Jasmev akan mengusung slogan "Jokowi4Me". Alasannya, kata Sony, problem yang dihadapi Jokowi berbeda dibanding saat pemilihan gubernur. Kini Jokowi bukan lagi media darling karena pemilik media massa juga menjadi rivalnya. "Jokowi akan menjadi musuh bersama," ujar Sony. "Maka strateginya mengkampanyekan 'Terserah elo mau omong apa tentang Jokowi, dia tetap pilihan gue'."
Slogan ini akan secara masif dikampanyekan oleh para buzzer media sosial jaringan Arwuda, yang memiliki banyak pengikut. Menurut Sony, setidaknya ada lima agen strategi digital yang kini membantu atau disewa Jokowi dan PDI Perjuangan dalam pemilihan legislatif dan presiden. "Saya probono karena ingin tahu seberapa jauh perilaku digital berpengaruh pada pilihan politik," katanya.
Kartika menyanggah punya ikatan dengan tim sukses dari partai ataupun relawan lain dan mendapat sokongan anggaran. Menurut dia, komunikasi dan koordinasi dengan relawan dilakukan secara virtual. Jasmev juga tak punya markas untuk berkumpul. "Saya cuma membiayai membuat web dan mengongkosi makan jika kami bertemu langsung," katanya.
Sebagai koordinator Jasmev, Kartika berkoordinasi dengan relawan pendukung Jokowi lain di dunia nyata, seperti Seknas Jokowi atau ProJokowi. "Biasanya mereka meminta Jasmev meneruskan secara masif informasi tentang Jokowi di web atau blog mereka," katanya. Dengan cara ini, popularitas Jokowi tak turun hingga pemilihan presiden pada 9 Juli nanti.
Menurut Jokowi, seperti dikutip Muhammad Yamin, strategi awal menggarap media sosial adalah menggerakkan pemilih pemula dan pemilih kelas menengah datang ke bilik suara pada hari pencoblosan. "Juga untuk menjaring apa yang diinginkan mereka dari seorang calon presiden," ujarnya.
Relawan Sekretariat Nasional, kata Yamin, akan mendata semua aspirasi itu untuk dijadikan bahan kampanye Jokowi kelak. Jokowi meminta Sekretariat lebih aktif mengkampanyekannya melalui dunia maya. "Karena sudah ada Jasmev di media sosial, kami akan berfokus ke web dan kampanye lapangan saja," ucap calon anggota legislatif PDI Perjuangan ini. Baju kotak-kotak dan putih akan kembali menjadi seragam relawan.
Pada akhir pertemuan di Horapa, Jokowi berpesan agar segala kampanye yang melibatkan relawan tetap santun dan tak menyakiti relawan dari calon presiden lain. Dua hari kemudian ia menuliskan pesan-pesannya itu melalui secarik kertas berjudul "Pesan Gotong-Royong". Dalam salah satu poinnya, Jokowi mengimbau agar para relawan, "Bekerja dengan santun, tetap rendah hati, jangan sakiti yang lain, dan jaga TPS dari kecurangan."
Bagja Hidayat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo