Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada 22 Mei 2010 silam, Hasri Ainun Habibie meninggal dunia. Ainun mangkat di usianya yang ke-72 tahun setelah mengidap penyakit bronkitis dan lemah jantung. Istri mendiang BJ Habibie itu dirawat di rumah sakit di Jerman sejak 24 Maret 2010.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasri Ainun Habibie atau lebih dikenal dengan nama Ainun Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara. Namanya, yang diambil dari Bahasa Arab, memiliki arti seorang anak dengan mata yang indah. Ainun lahir di Semarang, Jawa Tengah pada 11 Agustus 1937. Ainun lahir di keluarga yang mencintai pendidikan. Dia menyelesaikan pendidikan sekolah dasar, serta sekolah lanjutan di Bandung.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Semasa SLTP, sekolahan Ainun bersebelahan dengan sekolahan BJ Habibie. Bahkan saat SLTA, keduanya bersekolah di tempat yang sama. Kala itu Habibie menjadi kakak kelas Ainun. Setamat Ainun dari SLTA, dia hijrah ke Jakarta untuk mengenyam pendidikan sarjana.
Wanita yang digambarkan Habibie sebagai sosok yang tenang ini mengambil Fakultas Kedokteran di Universitas Indonesia. Kemudian setelah lulus dari UI, berbekal ijazah dari FK UI, Ainun diterima bekerja di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo di Jakarta. Ainun dipercaya bekerja di bagian perawatan anak-anak.
Sementara Ainun mengenyam pendidikan di UI, Habibie melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Bandung. Namun tak sempat selesai. Habibie kemudian dikirim orang tuanya ke Jerman Barat untuk melanjutkan pendidikan. Habibie masuk ke Universitas Technische Hochscheule di kota Achen, Jerman Barat. Rudy Habibie, sapaannya, mengambil studi teknik penerbangan, spesialisasi konstruksi pesawat terbang. Dia menerima gelar diplom ingineur pada 1960.
Setelah beberapa tahun di Jerman, Habibie berkesempatan untuk pulang ke Tanah Air. Kesempatan itu ia gunakan untuk menziarahi makam ayahnya di Ujung Pandang. Menjelang Lebaran, Habibie melancong ke Bandung dan bertamu ke rumah tetangganya yang lama, keluarga Ainun. Kala itu, Ainun secara kebetulan sedang mengambil cuti dari tempat kerjanya di RSCM dan pulang ke Bandung. “Kok cantik kamu, ya, (dari) gula Jawa menjadi gula pasir,” kata Habibie kala itu.
Pernikahan Ainun dan BJ Habibie
Ainun menikah dengan BJ Habibie pada 12 Mei 1962 di Rangga Malela, Bandung. Usai menikah, Ainun diboyong Habibie ke Jerman. Di sana mereka terpaksa hidup sederhana bermodal beasiswa Habibie. Kendati begitu Ainun tetap sabar dan mendamaikan Habibie. Habibie mendapat gelar doktor ingineur pada 1965 dengan predikat summa cum laude.
Selain terkenal karena kisah cinta sejatinya, Ainun juga dikenal sebagai sosok yang peduli dengan kegiatan sosial. Ainun merupakan mendirikan dan terlibat dalam beberapa yayasan, seperti Bank Mata untuk penyantun mata tunanetra. Ainun bahkan masih menjadi Ketua Perkumpulan Penyantun Mata Tunanetra Indonesia (PPMTI) ketika Habibie tak lagi menjadi Pejabat.
Ainun pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Pendiri Yayasan SDM Iptek dalam usahanya memperkenalkan dan meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat Indonesia. Istri Habibie ini turut mendirikan Yayasan Beasiswa Orbit, yaitu sebuah Yayasan amal abadi-orang tua bimbingan terpadu. Yayasan Beasiswa Orbit sendiri memiliki cabang di seluruh Indonesia.
Selain itu, Ainun turut serta memperjuangkan hak tunanetra. Dia mengupayakan fatwa halal donasi mata dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) guna membantu tunanetra. Berkat jasa dan dedikasinya itu, nama Ainun diabadikan menjadi nama sebuah rumah sakit di daerah Limboto, Kabupaten Gorontalo. Ada pula sejumlah fasilitas kesehatan yang menggunakan namanya. Satu di antaranya Klinik Mata dr. Hasri Ainun Habibie di Bogor, Jawa Barat.
Ainun Habibie, mantan Ibu Negara ini juga menyandang beberapa bintang mahaputera. Itu adalah penghargaan tertinggi dari pemerintah kepada warga yang dipandang memiliki peran besar terhadap negara. Berkat penghargaan tersebut, Ainun dimakamkan di Taman Makam Pahlawan atau TMP Kalibata, Jakarta Selatan.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.