SPANDUK biru bertuliskan "Dirgahayu ABRI" terbentang setelah dua prajurit marinir memperagakan keterampilan latihan halang-rintang. Itulah puncak demonstrasi senam balok yang dipertunjukkan oleh tim senam balok Batalyon IV Marinir pada upacara Hari ABRI di Lapangan Parkir Timur Senayan, Jakarta, Senin siang pekan ini. Presiden Soeharto, yang didampingi Pangab Jenderal L.B. Moerdani, KSAD Jenderal Try Sutrisno, KSAL Laksamana Kasenda, KSAU Marsekal Oetomo, dan Kapolri Jenderal Sanusi, di panggung kehormatan tampak tersenyum puas melihat peragaan prajurit-prajurit marinir itu. Peringatan HUT ABRI ke-42 memang dilaksanakan secara sederhana. "Tahun ini bukan tahun wah," kata Ketua Panitia Letjen Eddy Sudradjat. Karena itu, kali ini tak ada demonstrasi terbang secara meriah, peragaan senjata-senjata mutakhir, maupun defile seperti tahun lalu. Yang ada cuma terbang lintas oleh selusin pesawat tempur dan empat pesawat angkut, lalu defile pasukan peserta upacara di depan panggung kehormatan, dan pertunjukan senam balok. Sejumlah tank dan meriam memang terlihat di tempat upacara, tapi tidak didefilekan. Kendati demikian, ABRI tetap terkesan andal. "Jika kekuatan ABRI yang relatif kecil dapat memelihara suasana aman di wilayah tanah air kita yang luas ini, di tengah-tengah masyarakat yang mengalami proses dinamika dengan sangat cepat, hal ini membuktikan tepatnya pelaksanaan sistem pertahanan keamanan kita," puji Presiden Soeharto dalam sambutannya. Selama dua dekade terakhir, keamanan di dalam negeri memang terjaga betul. "Hingga kita dapat memusatkan perhatian kita pada pembangunan," tambah Kepala Negara. Sikap mendahulukan pembangunan nasional daripada kepentingan ABRI memang sering diucapkan Pangab Jenderal L.B. Moerdani. "ABRI itu bukan money-making business," katanya. "Tentara tak boleh seperti itu. Hendaknya kita lebih rasional." Ia memang sudah mencanangkan penghematan tak lama setelah dilantik sebagai Pangab pada 1983. Terakhir, prestasi ABRI yang menonjol adalah dalam mengamankan pelaksanaan Pemilu 1987 -- yang pada pemilu-pemilu sebelumnya selalu diwarnai "bentrokan". Prestasi ini sekaligus pertanda reorganisasi yang dilaksanakan ABRI sejak 1985 berjalan mulus. Penciutan organisasi dan personel ternyata tak membawa dampak negatif, bahkan meningkatkan efektivitas ABRI. Yang juga terlihat mengesankan adalah semakin tingginya kadar nilai juang yang dikandung ABRI. Dengan nilai juang, "Seorang prajurit dapat menangani suatu gejolak tanpa menembak. Dia bisa menangani pertengkaran tanpa menimbulkan gejolak. Dia bisa membawakan diri hingga kepentingan dia menjadi nomor dua dibandingkan kepentingan yang lebih besar," kata Moerdani. Tahun depan adalah tahun yang juga menuntut nilai juang dan profesionalisme yang tinggi pada ABRI. Selain tanggung jawab atas pengamanan Sidang Umum MPR, tahun depan merupakan tahun yang penting bagi ABRI. Kabarnya, saat ini sedang digodok Rancangan Undang-Undang Keprajuritan, dan akan segera diajukan ke DPR. Bila RUU Keprajuritan ini disahkan, salah satu dampaknya adalah berubahnya usia pensiun perwira tinggi dari 55 menjadi 60 tahun. Putut Tri Husodo, Yusroni Henridewanto, Bambang harymurti (Jakarta)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini