Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DIHANTAM embargo Amerika Serikat sejak tahun 1999, peralatan tempur TNI benar-benar runyam. Gara-gara suku cadang seret, sejumlah pesawat terpaksa nongkrong di landasan. Pesawat angkut andalan C-130 Hercules juga kena getahnya. Padahal Hercules dinilai paling tepat untuk menerjunkan pasukan dalam jumlah besar di daerah konflik.
Darurat militer yang diumumkan di Aceh sejak 19 Mei 2003 membuat kebutuhan pesawat angkut lebih mendesak lagi. Karena tak bisa lagi mengandalkan Amerika Serikat, TNI pun berpaling ke Rusia. "Kita harus mencari alternatif ke negara non-Barat," kata Asisten Logistik Kepala Staf Angkatan Darat, Mayjen Cornel Simbolon.
Helikopter multiguna Mi-17 adalah salah satu pesawat yang ditaksir TNI Angkatan Darat. Maklumlah, heli buatan pabrik Kazan Helicopter Production Association ini sangat kuat dan tangguh serta terbukti kemampuannya di 50 negara.
Untuk urusan angkut pasukan, jika dibandingkan dengan berbagai heli yang telah dimiliki Indonesia, Mi-17 jelas lebih unggul. Helikopter jenis Bell hanya mampu menampung maksimum 8 orang, Super Puma 18 orang, sedangkan Mi-17 mampu mengangkut 30 pasukan terjun lengkap dengan peralatannya. "Daya angkutnya hebat. Dia bisa membawa pasukan satu peleton," kata mantan Asisten Perencanaan Umum Panglima TNI, Letjen (Purn.) Agus Widjojo.
Heli rancangan desainer kondang Uni Soviet, Mikhail Leontyevich Mil, ini juga dilengkapi penunjuk arah udara, perlengkapan perang elektronik, peringatan awal satuan lintas udara, serta pencari sinyal darurat. Mi-17 juga mampu membawa barang baik dalam kabin maupun di luar kabin dengan kekuatan maksimum 13 ton. Untuk versi heli serbu, Mi-17 juga bisa menenteng senjata berat semacam roket, misil, dan senapan mesin. "Daya angkat heli ini sangat besar," kata Kepala Dinas Penerangan Pasukan Mabes TNI, Kolonel Penerbang Adrian.
Hebatnya lagi, Mi-17 mampu terbang hanya dengan satu mesin jika salah satunya mati. "Kemampuannya seperti heli Chinook buatan Amerika Serikat," kata Simbolon.
Soal harga pun sangat kompetitif. Harga per unit dan biaya pengoperasian Mi-17 ini relatif lebih murah ketimbang heli dari jenis Bell dan Panther. Harga kosong heli jenis Panther keluaran Prancis, misalnya, ditawarkan US$ 10 juta. Adapun jenis Bell US$ 7 juta. Sedangkan harga Mi-17 dipatok produsennya US$ 4 juta.
Karena harganya yang relatif lebih murah itu pulalah TNI-AD berencana membangun empat skuadron heli angkut Mi-17. "Target kami satu skuadron heli angkut Mi-17 itu adalah 24 unit," kata Simbolon. Tapi, karena keterbatasan anggaran, TNI hanya bisa mengupayakan satu skuadron dulu. Itu pun dalam tiga tahap. Tahun 2003 sebanyak 4 unit, tahun 2004 ada 6 unit, dan tahun 2005 akan datang 6 unit.
Pengamat militer Kusnanto Anggoro mengakui, Indonesia memang membutuhkan helikopter jenis ini. "Kalau soal butuh enggaknya, kita jelas butuh," ujarnya. Tapi ia justru menyoroti prosedur pengadaan heli yang tidak jelas. Soalnya, pemerintah sebenarnya tidak pernah merencanakan pembelian heli ini. Ia pun mempersoalkan siapa yang berwenang membeli. "Seharusnya Departemen Pertahanan, bukan TNI-AD," ujarnya.
Pembelian empat heli Mi-17 ini dilakukan dengan fasilitas kredit ekspor tahun anggaran 2002. Jika satu skuadron Mi-17 yang diinginkan, anggaran TNI-AD tahun-tahun berikutnya boleh jadi akan banyak tersedot ke Rusia. Ini bukan persoalan yang gampang dipecahkan, mengingat anggaran TNI 2003 mencapai Rp 13,9 triliun dan sudah dipatok untuk pengeluaran rutin dan pembangunan.
Masih perlu perjuangan untuk mewujudkan empat skuadron Mi-17 itu.
Hanibal W.Y. Wijayanta, Yura Syahrul, dan Svet Zakharov (Kazan)
Heli Multiguna Karya Sang Legenda
MAMA "Mil" yang melekat di depan helikopter Mil Mi-17 adalah nama desainer pesawat top Rusia: Mikhail Leontyevich Mil. Ia adalah pendiri Moscow Helicopter Plant, pabrik pemasok 95 persen helikopter untuk Uni Soviet dan sekutunya. Mikhail, yang lahir tahun 1909, menjadi pemimpin pabrik itu sejak 1947 sampai 1970 (tahun terakhir ini Mil tutup usia). Dari tangannya, lahir desain helikopter angkut dari generasi "Mi". Pada mulanya, generasi Mi diciptakan hanya untuk mengangkut pasukan tempur. Tapi dalam pengembangannya Mi diarahkan sebagai heli serbaguna yang mampu mengangkut logistik perang. Bahkan Mi-6 dikenal sebagai heavy-transport dan Mi-10 dikenal sebagai flying crane—merujuk pada kemampuan angkut heli itu. Mi-17 (jenis yang akan dibeli TNI-AD) mampu mengangkut beban empat ton. Generasi Mi-14 sudah beralih dari pengangkut menjadi heli yang khusus didesain untuk melabrak kapal selam. Sedangkan Mi-24 dikenal sebagai heli tempur domestik Uni Soviet yang pertama.
Mi-17, yang dibuat di zaman Mark V. Vainberg memimpin pabrik, selain mampu terbang hingga ketinggian enam kilometer, adalah heli multiguna yang biasa dipakai mengirim satuan infanteri guna menyusup ke lokasi musuh. Pesawat ini punya mesin turbin langsing kembar yang hebat, dengan kekuatan take-off sebesar 1.900 tenaga kuda. Hebatnya, Mi-17 mampu terbang hanya dengan satu mesin jika salah satu mesinnya mati.
Spesifikasi:
Negara asal: Rusia
Tanggal peluncuran: 1981
Panjang rotor: 25,4 meter
Panjang badan: 18,4 meter
Tinggi: 5,7 m
Lebar: 2,5 m
Diameter baling-baling: utama 21,3 m, ekor 3,9 m
Berat: maksimal kotor 13.000 kg
Baling-baling: utama 5 buah, di ekor 3 buah
Mesin: 2 x 1.950 daya kuda Isotov TV3-117MT turbo-shaft
Bahan bakar:
- internal: 445 liter, tambahan 915 liter
- eksternal: tangki port 745 liter, tangki starboard 680 liter
Kecepatan:
- maksimum 250 km per jam
- kecepatan jelajah 240 km per jam
Daya jelajah:
- 495 km (dengan berat normal)
- 1.065 km (dengan bahan bakar cadangan)
Ketinggian:
- maks layanan 5.000-5.700 m
- Laju pendakian vertikal: 9 meter per detik
Persenjataan:
- MG 2 x 7,62 mm atau 1 x 12.7 mm
- 4-6 x ATGM AT-3 atau AT-2C
- 4-6 x pod roket 57 mm masing-masing 16
- 2 pod roket 80 mm masing-masing 20
- 4 bom 250 kg
- 2 bom 500 kg
- 1 pod MG 12.7 mm
- 2 pod senjata Twin 23 mm
- 1.830 liter tangki bahan bakar tambahan
- Bisa membawa mitraliur 2 x 7.62 mm atau 2 x 23 mm GSh-23 di kabin, roket 57 mm, dan AT3/SAGGER ATGMs
- Personel dapat menembak lewat jendela kabin
Standard Payload
Avionik: dilengkapi instrumen avionik, radar Doppler, autopilot, dan pemantau kondisi meteorologi
Kru 3 awak (2 pilot dan 1 mekanik)
Negara pengguna 22 negara
Sumber: MIL DESIGN BUREAU
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo