Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ada dua macam surprise...

Wawancara tempo dengan marsilam simanjuntak tentang kemungkinan demokratisasi di indonesia, soal gradualis dan bukan gradualis.

2 Januari 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MARSILAM Simanjuntak, dulu aktivis gerakan mahasiswa tahun 1966, kini salah satu tokoh Forum Demokrasi, adalah pembicara pertama pada konperensi tentang demokrasi Indonesia di Monash University pekan lalu. Ia berbicara tentang kemungkinan demokratisasi Indonesia di masa depan, dan memperkenalkan pengertian ''gradualis'' bagi mereka yang berpandangan bahwa perubahan bisa terjadi secara bertahap. Berikut ini wawancara Agus Basri dan Dewi Anggraeni dengan Marsillam di Melbourne, Australia: Anda menyebut soal gradualis dan yang bukan gradualis, bagaimana sebenarnya? Ada kendala-kendala di mana apa yang tampaknya bertahap pada akhirnya harus berhadapan dengan hal-hal yang dasar. Sehingga akhirnya apa yang terlihat sebagai kemajuan akan terhenti pada satu titik. Sehingga pengertian gradual juga jadi tidak ada artinya. Karena dia hanya bertingkat-tingkat sampai suatu tahap tertentu. Melewati tahap tersebut, tak ada tingkat berikutnya. Jadi, tidak gradual akhirnya. Lebih jelasnya bagaimana? Tahap itu adalah di mana kemudian kebebasan diminta sebagai dasar. Artinya, tidak ada kekangan dalam mencari kebenaran atau yang dianggap baik, tanpa harus dihalangi atau dicampuri oleh urusan yang masuk dalam bidang keamanan. Sebagai contoh adalah adanya kehendak untuk mengembalikan prinsip-prinsip DPR yang bebas, DPR yang sesuai dengan UUD 45, yaitu DPR yang merupakan hasil pemilihan umum dan tidak ada yang diangkat dari anggota angkatan bersenjata. Yang terjadi, usul untuk mengurangi jumlah anggota ABRI yang diangkat, tidak bisa sampai pada usul untuk menghapuskannya. Mestinya bagaimana, dan apa yang perlu dilakukan? Kalau apa yang akan dilakukan, saya tidak tahu. Tapi hanya memperingatkan bahwa kehendak untuk melakukan secara pelan-pelan, itu adalah sesuatu yang secara nyata yang sama saja hasilnya. Sebaliknya, pengalaman-pengalaman perubahan di Indonesia menunjukkan memang perubahan yang terjadi itu sangat prinsipil, sangat mengubah seluruhnya, membongkar seluruhnya. Baik sistemnya maupun pimpinannya. Ada pendapat, perubahan bisa dilakukan dengan cara, misalnya, partai politik lebih mandiri dan ABRI akan duduk di MPR saja mewakili golongan? Bagaimana parpol bisa mandiri kalau dananya dari Pemerintah, izin-izinnya dari Pemerintah. Misalnya, kalau ada konflik di dalam tubuh parpol, kemudian parpol datang ke Menteri Dalam Negeri atau Menko Polkam. Apa tidak mungkin akan ada konsensus baru? Ya, silakan menyusun, bagaimana caranya konsensus baru itu harus dibuat. Itu kan bararti ada tawar-menawar. Nah, kalau ada tawar-menawar, kemudian terjadi suatu perubahan imbangan kekuatan. Tapi dari mana imbangan kekuatan itu? Dari partai politik? Ya, kalau memang ada perubahan imbangan kekuatan, kenapa tidak diubah seluruhnya saja. Ya, kan pelan-pelan. Menurut seorang ahli ilmu politik tentang Indonesia, Dr. William Liddle, ABRI yang pensiun masuk dan aktif ke parpol. Apabila mereka punya dasar kuat di bawah, merekalah yang akan menggelindingkan proses demokratisasi selanjutnya? Sayangnya, Liddle bukan orang Indonesia. Kalau dia orang Indonesia, angan-angan itu pun harus dituangkan dalam bentuk program, agar bisa terwujud. Nah, lalu program tersebut akan dibicarakan bersama-sama dengan siapa? Sebab, ketika dikerjakan bersama-sama, itu telah menimbulkan kekuatan, dan kekuatan itu merupakan saingan, dan persaingan akan segera di .... Kecuali dalam pertandingan kemudian jadi menang. Bisa saja. Saya harap begitu. Jadi, bukan berarti saya tidak setuju perubahan gradual. Tapi kalau bisa ditunjukkan bahwa itu mungkin, saya kan mengatakan, oh baik, bagus lah, begitu. Kalau tidak mungkin, hanya mendoa pun mau. Saya doakan. Tapi, seperti saya katakan, politik di Indonesia selalu mengandung surprise, kejutan. Maksudnya? Ya, surprise itu dua macam dari mata uang yang sama. Surprise yang satu adalah apabila nanti betul-betul dalam dasawarsa ini ada suatu kejadian yang berlawanan dengan segala macam yang pernah kita ketahui mengenai perubahan di bawah kepemimpinan otoriter, yaitu perubahan gradual, perubahan yang bertingkat, perubahan watak dari suatu kekuasaan di bawah si penguasa sendiri. Jadi, si penguasa berubah sikap, lalu mengubah watak seluruh sistem pemerintahan, dan dia bermurah hati berkorban. Itu jarang terjadi. Tapi, ya, siapa tahu. Yang kedua, surprise tahun 90-an ini adalah entah apa. Namanya juga surprise. Itu yang sudah diajarkan oleh surprise-surprise lain dulu. Telah saya sebutkan, saya bertitik tolak bahwa jenis kekuasaan yang sekarang adalah sama seperti demokrasi terpimpin. Harap diingat, demokrasi terpimpin dulu juga berubah. Tapi setelah pimpinannya diubah. Nah, sekarang kan maunya bukan begitu, ya silakan. Kira-kira proses demokratisasi lima tahun mendatang bagaimana? Saya tidak tahu. Seorang yang gradualis harus mau menyerahkan hal ini kepada Presiden Soeharto, sepenuhnya. Mereka yang gradualis percaya bahwa Presiden Soeharto akan memberi keleluasaan, bahkan akan membimbing perubahan tersebut ke arah demokratisasi. Kalau tidak bergantung pada Presiden Soeharto, ya, bukan gradual. Tapi tentu saja dalam keadaan yang sangat sentralistis tidak ada soal sedikit-sedikit itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus