Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

AHY Sebut Bisa Hancur Lebur Jika Masih Bersama Koalisi Perubahan, Begini Peristiwa Hengkangnya

Ketua Umum Partai Demokrat AHY bersyukur memilih hengkang dari Koaliasi Perubahan yang mengusung Anies Bawedan, pindah ke koalisi Prabowo-Gibran.

26 Maret 2024 | 11.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY mengaku bersyukur memilih hengkang dari Koaliasi Perubahan yang mengusung Anies Bawedan sebagai calon presiden 2024 dan bergabung dengan Koalisi Indonesia Maju Prabowo-Gibran.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut AHY, perpindahan Partai Demokrat ke Koalisi Indonesia Maju merupakan jalan terbaik. Bahkan, dia menyebut, jika partai yang dipimpinnya itu masih di Koalisi Perubahan, kemungkinan sudah hancur lebur. “Banyak sekali hikmahnya. Sekali lagi kita bayangkan coba kita masih di tempat yang lama, hancur lebur, betul?” kata AHY di depan para kadernya pada Sabtu, 23 Maret 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

AHY menyampaikan hal tersebut dalam sambutannya di acara Buka Bersama Partai Demokrat di Hotel Four Season, Jakarta yang juga dihadiri Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat yang juga Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono atau SBY. Menyusul pengumuman hasil rekapitulasi oleh KPU pada Rabu, 20 Maret 2024 yang menetapkan pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka yang diusung Koalisi Indonesia Maju sebagai pemenang Pilpres 2024.

AHY menyinggung soal kondisi Koalisi Perubahan yang nampak tidak solid, padahal Pemilu masih belum selesai. Dia menyoroti partai di Koalisi Perubahan yang sudah melakukan manuver politik. Meski demikian, di tak secara gamblang menjelaskan partai yang dimaksud.

“Kita tahu, (Pemilu) belum selesai semua, sudah ke sana ke mari, kalau kita di sana (Koalisi Perubahan) kemarin kita ditiggalkan sendiri, yang lain sudah ke sana ke mari karena kita tidak mudah menyatakan begitu-begitu, betul kan,” kata dia.

Selain itu, kemenangan Prabowo-Gibran, kata AHY, bisa mengobati kekecewaan Demokrat pada Pemilihan Legislatif 2024. Sebab, suara Partai Demokrat turun dari pemilu sebelumnya.

“Kita mungkin merasa kecewa dengan perolehan kursi kita di dalam Pileg, tapi kita menang dalam upaya kembali ke pemerintahan nasional dan ikut berkontribusi untuk memperjuangkan harapan rakyat,” katanya.

Berdasarkan hasil rekapitulasi suara, Partai Demokrat memeroleh 11.283 suara sah. Dengan perolehan suara itu Partai Demokrat diprediksi bakal mengalami penurunan jumlah kursi dari 54 pada Pemilu 2019, menjai 44 pada Pemilu 2024.

AHY mengklaim bahwa bergabung ke pemerintahan adalah upaya yang harus dilakukan untuk memperjuangan kepentingan masyarakat. Dia mengaku, selama ini gagasan atau usulan yang Demokrat ajukan sulit diwujudkan karena berada di luar pemerintahan. “Semua itu bisa kembali kalo kita kembali ke pemerintahan. Aspirasi rakyat diperjuangkan,” kata dia.

Tentang Hengkangnya Demokrat dari Koalisi Perubahan

Sebelumnya Partai Demokrat bersama Partai NasDem dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) bergabung di Koalisi Perubahan mengusung Anies Baswean sebagai calon presiden.

Namun, kolisi itu retak hingga Partai Demokrat kemudian hengkang lantaran Anies dan NasDem memilih Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar sebagai calon wakil presiden. Partai Demokrat kecewa karena merasa tidak dilibatkan dalam penentuan cawapres untuk Anies. 

Sekjen Partai Demokrat Teuku Riefky Harsya mengungkapkan dalam proses pemilihan calon wakil presiden Koalisi Perubahan, mulanya ia telah mendengar desas desus Muhaimin Iskandar akan mendampingi bacapres Anis Baswedan dari Tim 8 Koalisi Perubahan. Partai Demokrat kemudian melakukan konfirmasi berita tersebut kepada Anies Baswedan.

“Ia mengonfirmasi bahwa berita tersebut adalah benar. Demokrat ‘dipaksa’ menerima keputusan itu (fait accompli),” kata Teuku Riefky.

Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh kemudian buka suara perihal kabar Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar atau Cak Imim yang akan menjadi bakal calon wakil presiden Anies Baswedan. 

Sebelumnya, menurut Riefky, Anies sebenarnya sudah menyatakan memilih AHY atau Agus Harimurti Yudhoyono sebagai calon wakil presiden yang akan mendampinginya secara langsung pada 12 Juni 2023. Saat itu, menurut Riefky tidak ada penolakan dari ketiga pimpinan partai terhadap AHY. Namun beberapa kali rencana deklarasi batal. Demokrat menduga hal itu terjadi karena faktor Surya Paloh.

Atas keputusan tersebut, Demokrat menyebut Anies Baswedan telah melakukan penghianatan terhadap Koalisi Perubahan dan mandat yang telah diberikan kepadanya. 

Sebagai peryataan sikap setelah memutuskan meninggalkan Koalisi Perubahan, Partai Demokrat kemudian menurunkan baliho dan spanduk bergambar Anies Baswedan dan Ketua Umum Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono yang tersebar di seputaran Jakarta.

Sementara itu PKS menyatakan tetap mendukung Bacapres KoalisiPerubahan. Di sisi lain, PKB pamit dari Koalisi Indonesia Maju. Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid. Ia menyebut PKB pamit kepada Partai Gerindra untuk keluar dari Koalisi Indonesia Maju, sebagi respon dari duet Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.

NI KADEK TRISNA CINTYA DEWI I  FITRA MOERAT RAMADHAN I  YOHANES MAHARSO JOHARSOYO

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus