Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Amnesty International Indonesia Menilai Demokrasi Indonesia Makin Merosot

Amnesty International Indonesia menilai kualitas demokrasi Indonesia semakin merosot. Ada tiga faktor yang mendorong jatuhnya demokrasi di Tanah Air.

20 Mei 2022 | 18.10 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid (tengah) bersama Pegawai KPK yang tak lolos TWK, seusai melakukan aksi damai, di Kantor Darurat KPK, Jakarta, Rabu, 29 September 2021. Surat berisi permintaan pembatalan TWK akan disampaikan kepada Presiden RI Joko Widodo. TEMPO/Imam Sukamto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Amnesty International Indonesia menilai demokrasi Indonesia semakin merosot dalam 14 tahun terakhir. Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan, walau begitu Indonesia tidak mundur seperti era Orde Baru.

“Kualitas demokrasinya mengalami kemerosotan. Bahkan dalam 14 tahun terakhir memang kualitas demokrasi Indonesia dianggap berada pada titik yang paling rendah,” kata Usman Hamid dalam diskusi virtual melalui kanal YouTube Public Virtue Research Institute, Jumat, 20 Mei 2022.

Dia mengutip dari ukuran-ukuran lembaga indeks demokrasi seperti dari The Economist Intelligence Unit dan Freedom House. Ada dua hal yang melemah, pertama dari sorotan tekait hak kebebasan sipil untuk berpendapat dan berekspresi.

Kedua, dari partisipasi masyarakat dalam kelembagaan elektoral dan partisipasi politik. Sebab kemerosotan dari semua itu disebut ada tiga faktor.

“Pertama, menguatnya semangat nasionalisme yang berlebihan dari negara. Kedua adalah menguatnya politik moralitas, ini termasuk dari negara dan dari akar rumput. Ketiga adalah memang lemahnya gerakan sosial,” ujarnya.

Sentralisasi kewenangan pada pusat juga disoroti sebagai penyebab menurunnya demokrasi di Indonesia. Itu karena menguatnya kembali kewenangan pusat untuk mengatur daerah yang tidak sesuai dengan semangat otonomi daerah.

Kemudian juga bisa dilihat dari merosotnya kepercayaan dari lembaga penegakan hukum. Usman juga menilai lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak lagi kuat seperti era kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Konglomerasi media terhadap kelompok politik tertentu juga tidak terelakkan. Sebab terasa sekali adanya kecenderungan polarisasi di kalangan media dalam momentum politik.

“Pada momen-momen tertentu dalam kontestasi elektoral terasa sekali polarisasi di dalam media. Pengkutuban di kalangan media yang ditentukan oleh pilihan sikap-sikap politik dari para pemiliknya yang ditentukan oleh pilihan afiliasi politik dari para pemiliknya,” katanya.

Sementara itu, Senior Fellow Center for Strategic and International Studies (CSIS) Philips J. Vermonte mengatakan demokrasi di Indonesia sedang dalam keadaan rentan. Menurutnya, posisi demokrasi juga tidak berjalan mundur, namun dikatakan relatif lebih goyah.

“Jadi ada hal-hal di mana demokrasi kita berjalan tetapi itu mungkin relatif agak shaky, jadi bisa saja nanti tiba-tiba collapse atau tetap jalan terus walaupun jalan pelan. Jadi saya menyebutnya sebagai vulnerable. Rentan,” katanya dalam kesempatan yang sama.

Phillips menuturkan, ada tiga hal yang menyebabkan kerentanan dan tidak terlepas dari masa lalu. Pertama, ada faktor institusional; kedua, faktor ekonomi; dan ketiga, faktor behavioral.

Sebelumnya, Direktur Lembaga Bantuan Hukum Jakarta Ahmad Maulana berpendapat, kondisi yang dipotret pemantauan Koalisi Seni menunjukkan fakta situasi demokrasi dan pemajuan hak asasi manusia (HAM) di Indonesia dalam kondisi suram. Dia mengatakan, The Economist Intelligence Unit dan Freedom Institute merilis indeks demokrasi dunia, skor indeks Indonesia dalam lima tahun terakhir terjun bebas.

“Kita bisa dikatakan ada dalam demokrasi yang rusak (flawed democracy). Salah satu indikator kunci yang mengakibatkan buruknya penilaian terhadap demokrasi di Indonesia adalah kebebasan berpendapat dan berekspresi, termasuk kebebasan berkesenian, yang merupakan hak sipil politik esensial dalam demokrasi justru semakin terancam. Temuan Koalisi Seni mengkonfirmasi hal tersebut,” katanya,” tuturnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

FAIZ ZAKI | MARVELA

Baca Juga: Aliansi Masyarakat Paparkan Alasan Demokrasi di Indonesia Turun

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

M. Faiz Zaki

M. Faiz Zaki

Menjadi wartawan di Tempo sejak 2022. Lulus dari Program Studi Antropologi Universitas Airlangga Surabaya. Biasa meliput isu hukum dan kriminal.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus