Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Anak-anak dan seks

Majalah ayahbunda & femina mengadakan ceramah tentang "penerangan seks dalam keluarga". penerangan yang keliru kepada anak sering mengakibatkan terjadi penyimpangan tingkah laku seksnya setelah dewasa. (pdk)

17 November 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKS ternyata mencemaskan. Paling tidak kalau menyangkut anak-anak. Pertanyaan seorang anak, (4 tahun) yang termashur, "Bu, dari mana datangnya adik?," membuat si ibu dihadapkan pada dua pilihan. berbohong atau bagaimana. Masalah bagaimana itulah yang mendorong majalah Ayahbunda dan Femina menyelenggarakan ceramah tentang "Penerangan Seks dalam Keluarga," Jumat pekan lalu di Jakarta. Gagasan ini memang sudah lama ada. Ayahbunda memiliki semacam kelompok studi beranggotakan hampir seratus ibu di Jakarta, sudah enam kali mengadakan pertemuan, dan "masalah pendidikan seks itu yang sering dipersoalkan," kata Ny. Yus Kayam, redaktur Ayahbunda. Enam penceramah dari berbagai bidang diundang -- ada dokter, psikolog, konsultan perkawinan. Dr. Singgih Gunarsa, sarjana psikologi, mengakui perlunya pendidikan seks buat anak. "Tetapi itu hanya di kota besar macam Jakarta ini. Soalnya masalah seks menyangkut perubahan nilai-nilai dan itu yang terjadi di kota-kota besar," tuturnya. Di kota besar ada tv, film, majalah atau buku yang sedikit atau banyak menyinggung seks dan mudah dilihat dan merangsang siapa saja, termasuk anakanak. Rangsangan pada anak -- yang memang belum paham seluk-beluk seks-menimbulkan masalah sendiri, yang harus mendapat pemecahan sewajarnya. Dr Harlina Martono, Sarjana Kesehatan Masyarakat, menutip buku Masalah Pendidikan Seks karya S. Pribadi, merumuskan tujuan pendidikan seks: untuk mendidik anak tumbuh dewasa dalam kehidupan seksnya. Artinya, mampu mengadakan hubungan heteroseksual (hubungan yang bukan sekedar badaniah, tapi meliputi semua aspek kepribadian manusia) secara wajar dan bertanggung jawab. Minum Dot Bagaimana kalau "tak wajar"? Kejahatan seks di masyarakat? Apakah kejahatan itu menunjukkan tidanya, atau salahnya, pendidikan seks anak-anak, disangkal oleh Singgih Gunarsa. "Tak ada hubungan langsung antara pendidikan seks dan masalah seks dalam masyarakat," katanya kepada TEMPO. Mungkin, karena yang terjadi dalam masyarakat disebabkan banyak hal merupakan masalah kompleks. Drs. Mahmudin Sudin, dosen Problematika Perkawinan dan Kehidupan Keluarga, Universitas Islam Jakarta, menunjuk pada "tidak adanya kesatuan nilai dalam lembaga keluarga, pendidikan dan masyarakat" sebagai sebab munculnya kejahatan seks. Karena itu Mahmudin lebih menekankan diberikannya "latihan religius" kepada anak-anak untuk membekalinya dengan sikap hidup dan nilai-nilai mutlak. "Menghadapi perubahan nilai-nilai sosial-budaya, tak ada pegangan lain yang baik kecuali kepada nilai mutlak," katanya. Diberikannya contoh, bagaimana paling sedikit lima kali sehari agama Islam menyuruh orang menjatuhkan pilihan sholat atau melakukan hal lain. Latihan ini, menurutnya, akan membentuk kebiasaan memihak kepada "nilai-nilai ajaran Sang Pencipta." Tetapi hadirin, sebagian besar ibu-ibu, agaknya tidak tertarik kepada masalah pendidikan seks dalam skala lebih luas seperti itu. Praktis pertanyaan yang diajukan berkisar kepada masalah satu saja: bagaimana seharusnya menjawab pertanyaan anak-anak tentang seks. Misalnya apa yang harus dilakukan seorang ibu, kalau anaknya yang berumur dua tahun bila minum dot selalu memegangi alat vitalnya bagaimana memberikdn penjelasan kepada seorang anak yang merasa menyesal karena pada pernikahan ayah-ibu kandungnya dia tidak bisa hadir sejak kapan anak-anak boleh diberi penjelasan tentang seks dengan istilah sebenarnya. Menurut Singgih Gunarsa masalah tersebut bukan hal baru, "sudah sejak dulu masalahnya itu-itu juga," katanya. Dan menurut Wakil Dekan Fak. Psikologi UI ini, yang paling dipersoalkan para ibu ialah soal masturbasi pada anak-anak. "Sebaiknya ibu-ibu banyak membaca masalah seks sehingga bisa memberikan penerangan yang benar kepada anak. Atau paling tidak, menanyakannya kepada yang ahli," sarannya. Yang masih jadi problem di kalangan orang, bacaan belum memadai dan bagaimana mereka tahu apa yang disebut "ahli"? Bagaimana pula para ahli agama? Tapi nampaknya sama-sama dipahami bahwa pendidikan seks tak terlepas dari pendidikan secara keseluruhan. Melepaskannya dari pendidikan keseluruhannya, menurut dr Harlina, hanya menjadikan remaja pintar seluk beluk seks -- pencegahan kehamilan, menghindarkan penyakit kelamin dan lain-lain. Tujuan sesungguhnya -- memperslapkan manusia dewasa berpribadi dan bertanggung jawab -- bisa tak tercapai.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus