SEKITAR 15 kali pengeroyokan oleh pelajar terhadap pelajar di
Jakarta belakangan ini. Yang dilakukan polisi apa saja? Sayang
perwira-perwira Komdak Metro Jaya yang tahu banyak seluk-beluk
perkelahian itu susah diminta keterangannya tanpa restu dari
Kadapol. Namun pencegahan dan penindakan sudah dilakukan oleh
Komwil-Komwil setempat. Komwil 71 Jakarta Pusat yang sering jadi
arena perkelahian terpaksa rajin mendatangi sekolah pada waktu
apel. Supaya bisa titip pesan agar pelajar tidak saling
berkelahi.
Komwil 72 Jakarta Utara kurang senang terhadap cara tadi. Cara
itu tidak dilakukan. "Supaya tidak kelihatan serem sebab
sekolah yang sering didatangi polisi menimbulkan kesan kurang
enak", ujar Kepala Bagian Pembinaan Masyarakat Komwil 72, Mayor
Polisi N. Noerdin, Komwil 72 membina pelajar dan remaja
bukan-pelajar secara pelan, kontinyu dan tidak musiman. Guru dan
siswa sering dikumpulkan untuk suatu dialog. Polisi dan pelajar
bertanggungjawab. Cara ini cukup efektif dan, ujar Noerdin lagi,
anak-anak di asrama polisi juga dibina. Begitu pula siswa-siswa
sekolah yang diawasi Yayasan Bhayangkari. Perkelahian pelajar di
luar Jakarta Utara selalu dijadikan pelajaran agar tidak terjadi
di daerah itu. Komandan-komandan kesatuan diperintahkan
mengambil tindakan pencegahan. Dengan cara kerja begitu, situasi
bisa dikendalikan. Walaupun sebenarnya Jakarta Utara cukup
rawan, lantaran ada kompleks pelacuran dan pelabuhan yang
diliputi suasana sibuk dan kasar.
Jakarta Barat agak jarang jadi arena keributan pelajar kecuali
waktu STM Dwikora menyerang SMA XVIII di Jembatan Batu. Maka
tidak banyak yang dilakukan Komwil 73, seperti dikatakan
komandannya Letnan Kolonel Polisi RGB Soetrisno. Yang dilakukan
hanya memeriksa 9 siswa STM Dwikora, kemudian mengancam mereka
sebagai jaminan bila terjadi perkelahian lagi. Lalu Komwil 74
Jakarta Selatan mempertemukan STM Penerbangan dan SMA IX setelah
terjadi serangan STM kepada SMA. Di hadapan polisi kedua sekolah
tadi membikin ikrar bersama untuk tidak bermusuhan. Dan bila
terjadi kerusuhan mereka bersedia ditindak sebagai "subversi".
Letnan Kolonel Polisi Juara Nainggolan, Komandan Komwil 75
Jakarta Timur, dan anak buahnya sering dibikin sibuk oleh
perkelahian antar sekolah. Terakhir serangan STM III Kebon
Sereh, Jatinegara terhadap SMEA VI. Maka Nainggolan mengundang
pendidik dan pelajar di wilayahnya. Itu untuk mengurangi
perkelahian. Sebab diakui bahwa salah satu sebab perkelahian
adalah karena pihak-pihak yang bersangkutan kurang kenal,
kurang dekat. Terhadap serangkaian perkelahian ini Nainggolan
baru bisa bilang prihatin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini