Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Apa Yang Dilakukan Polisi

Komwil-komwil di lima wilayah jakarta melakukan pengamanan yang berbeda di wilayah masing-masing, antara lain rajin mendatangi sekolah, mengadakan dialog dengan siswa dan guru, membina pelajar. (pdk)

8 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEKITAR 15 kali pengeroyokan oleh pelajar terhadap pelajar di Jakarta belakangan ini. Yang dilakukan polisi apa saja? Sayang perwira-perwira Komdak Metro Jaya yang tahu banyak seluk-beluk perkelahian itu susah diminta keterangannya tanpa restu dari Kadapol. Namun pencegahan dan penindakan sudah dilakukan oleh Komwil-Komwil setempat. Komwil 71 Jakarta Pusat yang sering jadi arena perkelahian terpaksa rajin mendatangi sekolah pada waktu apel. Supaya bisa titip pesan agar pelajar tidak saling berkelahi. Komwil 72 Jakarta Utara kurang senang terhadap cara tadi. Cara itu tidak dilakukan. "Supaya tidak kelihatan serem sebab sekolah yang sering didatangi polisi menimbulkan kesan kurang enak", ujar Kepala Bagian Pembinaan Masyarakat Komwil 72, Mayor Polisi N. Noerdin, Komwil 72 membina pelajar dan remaja bukan-pelajar secara pelan, kontinyu dan tidak musiman. Guru dan siswa sering dikumpulkan untuk suatu dialog. Polisi dan pelajar bertanggungjawab. Cara ini cukup efektif dan, ujar Noerdin lagi, anak-anak di asrama polisi juga dibina. Begitu pula siswa-siswa sekolah yang diawasi Yayasan Bhayangkari. Perkelahian pelajar di luar Jakarta Utara selalu dijadikan pelajaran agar tidak terjadi di daerah itu. Komandan-komandan kesatuan diperintahkan mengambil tindakan pencegahan. Dengan cara kerja begitu, situasi bisa dikendalikan. Walaupun sebenarnya Jakarta Utara cukup rawan, lantaran ada kompleks pelacuran dan pelabuhan yang diliputi suasana sibuk dan kasar. Jakarta Barat agak jarang jadi arena keributan pelajar kecuali waktu STM Dwikora menyerang SMA XVIII di Jembatan Batu. Maka tidak banyak yang dilakukan Komwil 73, seperti dikatakan komandannya Letnan Kolonel Polisi RGB Soetrisno. Yang dilakukan hanya memeriksa 9 siswa STM Dwikora, kemudian mengancam mereka sebagai jaminan bila terjadi perkelahian lagi. Lalu Komwil 74 Jakarta Selatan mempertemukan STM Penerbangan dan SMA IX setelah terjadi serangan STM kepada SMA. Di hadapan polisi kedua sekolah tadi membikin ikrar bersama untuk tidak bermusuhan. Dan bila terjadi kerusuhan mereka bersedia ditindak sebagai "subversi". Letnan Kolonel Polisi Juara Nainggolan, Komandan Komwil 75 Jakarta Timur, dan anak buahnya sering dibikin sibuk oleh perkelahian antar sekolah. Terakhir serangan STM III Kebon Sereh, Jatinegara terhadap SMEA VI. Maka Nainggolan mengundang pendidik dan pelajar di wilayahnya. Itu untuk mengurangi perkelahian. Sebab diakui bahwa salah satu sebab perkelahian adalah karena pihak-pihak yang bersangkutan kurang kenal, kurang dekat. Terhadap serangkaian perkelahian ini Nainggolan baru bisa bilang prihatin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus