Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Solo - Seorang atlet lari yang akan berlaga di perhelatan Asian Para Games 2018 adalah Sapto Yogo Pratomo. Dia diunggulkan untuk menyabet medali emas karena telah bergelimang prestasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sapto Yogo Pratomo mewakili Jawa Tengah dalam Pekan Paralimpik Nasional XV/2016 Jawa Barat saat masih duduk di kelas 2 SMK. Di ajang itu, dia berhasil meraih lima medali emas dari lima nomor pertandingan yang diikutinya, yaitu lari 100 meter, lari 200 meter, lari estafet 4 x 100 meter, lari estafet 4 x 400 meter, dan lompat jauh.
Di Asian Para Games 2018 yang berlangsung Oktober mendatang, Sapto Yogo Pratomo akan mengikuti tiga nomor lari, yaitu 100 meter, 200 meter, dan 400 meter. “Saya ikut di kelas T 37, itu untuk atlet yang punya gangguan fungsional pada tangan dan kaki. (Disabilitas) Saya pada tangan dan kaki kanan,” kata Sapto Yogo Pratomo yang menyandang disabilitas cerebral palsy di Stadion Sriwedari Kota Solo, Senin, 24 September 2018.
Cerebral palsy adalah gangguan gerakan, otot, atau postur yang disebabkan oleh cedera atau perkembangan abnormal di otak. “Disabilitas ini bermula sejak saya berumur tiga bulan. Saat itu saya kena panas tinggi, step juga, akhirnya jadi begini,” kata Sapto sambil menunjukkan lengan dan jemari kanannya yang agak menekuk serta kaki kanannya yang timpang saat berjalan.
Sapto baru menyadari tubuhnya berbeda dengan teman-temannya setelah masuk sekolah dasar. Kemudian periode terberat sebagai penyandang disabilitas dia rasakan saat masuk SMP. “Di SMP saya mulai di-bully. Ada yang bilang saya tidak normal sebelah, dan lain-lain,” kata putra kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Tulusno dan Umiyati itu.
Tidak betah dengan bermacam perundungan secara verbal, Sapto Yogo Pratomo jadi sering membolos sekolah. “Guru sampai datang ke rumah. Orang tua juga terus menyemangati agar saya tetap mau bersekolah,” kata dia. Setelah lulus SMP, Sapto mulai merasa nyaman bersekolah di SMK 2 Ajibarang karena tidak dirundung oleh teman-temannya.
Di SMK, Sapto mulai mengasah bakatnya sebagai atlet, khususnya di nomor lari jarak pendek dan lompat jauh. “Awalnya karena guru olahraga, Bu Winda Prasepti, melihat saya punya bakat di atletik. Sejak itu, beliau mengajukan saya agar ikut tim atletik. Saya jadi atlet profesional sejak 2016,” kata Sapto Yogo Pratomo yang baru merayakan ulang tahun ke-20 pada 17 September lalu.
Sejak itu Sapto dirangkul National Paralympic Committee Indonesia atau NPCI untuk mengikuti Pelatnas untuk ASEAN Para Games IX Malaysia 2017. Meski baru sekali itu berlaga di kompetisi tingkat iternasional, Sapto langsung meraih dua medali emas dan satu medali perak.