Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Ayat bintang vs ayat beringin

Untuk menarik massa, terutama di daerah santri, penggunaan ayat quran dalam kampanye pemilu dinilai sangat efektif. dalam kampanye pemilu 1982, "perang ayat" antar kontestan memang cukup seru. (nas)

7 Februari 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"PERANG ayat" dalam kampanve pemilu mendatang, diduga, masih akan terjadi. Di Jawa Timur, paling tidak. Di sini, sejak awal PPP sudah menyatakan bahwa ayat-ayat Quran tak mungkin ditinggalkan dalam kampanye "Lha kampanye KB saja memakai ayat, masa kampanye pemilu tidak?" kata Mardji'in Sjam, 58, ketua pengarah komite penataran juru kampanye PPP Jawa Timur, sembari tertawa. Untuk menarik massa, terutama di daerah santri, penggunaan ayat Quran rupanya dinilai sangat efektif. Siapa mau membantah firman Tuhan? Yang menjadi soal, tentu, apakah ayat yang disitir itu sesuai dengan yang dimaksudkan atau tidak. Tapi, bagi PPP Jawa Timur, ada beberapa ayat yang dianggap cocok. Yaitu ayat-ayat yang menyinggung soal bintang. Nah, Anda tahu, bintang itu lambang PPP, bukan? Dalam Surat Al In-fithar (terbelah), misalnya, ada ayat yang terjemahannya kira-kira berbunyi, "Apabila langit terbelah dan jika bintang-bintang jatuh berserakan, ...." Di situ dilukiskan keadaan saat hari kiamat sudah mendekat. Lalu, di Al-Buruj (gugusan bintang) ada ayat berbunyi, "Demi langit yang mempunyai gugusan bintang, ...." Inilah sumpah buat mereka yang menentang Nabi Muhammad saw. Ada lagi ayat yang berbunyi, "Tahukah kamu apakah yang datang pada malam hari Itulah bintang yang cahayanya menembus ...." Yang tak kalah ampuh adalah hadis yang berbunyi, "Para sababatku adalah ibarat bintang-bintang. Jika kamu ikuti mereka, maka kamu akan mendapat petunjuk." Cocok, 'kan? Nabi saja menganjurkan supaya umat mengikuti bintang. "Kalam-kalam Tuhan itu seharusnya dihormati dan dipergunakan sesuai dengan proporsinya," kata M. Said, Ketua DPD Golkar Jawa Timur. Ia menilai, penggunaan ayat bisa menyulut emosi kontestan lain.Itu sebabnya Golkar hanya akan mengutip ayat bila dalam acara berdoa. Atau saat pembukaan pidato. Dalam kampanye tahun 1982, "perang ayat" antar kontestan memang cukup seru. PPP, misalnya, mengutip ayat 150 Surat Al--Baqarah, yang intinya menyatakan bahwa di mana pun umat Islam berada, hendaknya memalingkan wajah ke Masjidil Haram bila bersembahyang. Tapi, oleh sementara pembicara, hal itu diartikan seolah harus mencoblos Kabah. Dan juru kampanye Golkar senang mengutip ayat 18 Surat Al-Fath (kemenangan), "Sungguh Allah telah amat berkenan kepada para mukmin, ketika mereka berbai'at kepadamu di bawah pohon itu ...." Pohon itu, tak bisa tidak, adalah pohon beringin dan berdaun rindang. Kontestan lain juga banyak yang risi ketika Golkar mencetak, dan membagikan dengan gratis, Surat Yassin yang huruf Arabnya pada sampul sengaja dibentuk seperti pohon beringin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus