Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bandara Yogyakarta Rawan Tsunami, Aktivis Protes ke Jokowi

Warga Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, penolak pembangunan proyek Bandara Yogyakarta Internasional Airport mengirim surat protes ke Jokowi.

30 Juli 2019 | 13.41 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Bandara New Yogyakarta International Airport atau NYIA di Kulon Progo, Yogyakarta. Sumber: Angkasa Pura I

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Warga Kecamatan Temon, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta penolak pembangunan proyek Bandara Yogyakarta Internasional Airport mengirim surat protes kepada Presiden Joko Widodo atau Jokowi. Bersama para aktivis penolak bandara, mereka menyatakan Jokowi mengabaikan penelitian ahli tentang pesisir selatan yang rawan tsunami.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Surat ini untuk membalas cuitan Jokowi lewat akun media sosialnya pada 24 Juli 2019 pukul 08.05 WIB. Dalam cuitannya, Jokowi menyebut Indonesia berada di kawasan cincin api rawan bencana.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Jadi kalau di satu lokasi di daerah rawan gempa atau banjir, ya harus tegas disampaikan: jangan dibangun bandara, bendungan, perumahan. Lalu pendidikan kebencanaan harus disampaikan secara masif kepada masyarakat," kata Jokowi.

Cuitan Jokowi tersebut juga muncul dalam pernyataannya dalam Rakor Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) di Istana Negara 23 Juli 2019. “Bagi kami ucapan Presiden Jokowi tak sesuai perbuatan. Presiden tidak memikirkan bahayanya proyek bandara itu,” kata penolak proyek bandara dari Paguyuban Warga Penolak Penggusuran Kulon Progo, Sofyan di kantor Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Senin, 29 Juli 2019.

Sofyan menyebutkan 10 kepala keluarga tetap menolak proyek pembangunan Bandara Kulon Progo. Setelah menjadi korban penggusuran, penolak bandara tinggal di rumah-rumah saudara mereka. Sebagian warga juga terpaksa mengontrak rumah.

Paguyuban Warga Penolak Penggusuran Kulon Progo mendapat dukungan dari Walhi, Lembaga Bantuan Hukum Yogyakarta, Perhimpunan Bantuan Hukum dan HAM Indonesia, dan Teman Temon. Direktur LBH Yogyakarta, Yogi Zul Fadhli mengatakan proyek bandara tersebut mengabaikan aspek mitigasi bencana karena banyak kajian yang menjelaskan bahwa Bandara tersebut berada pada zona rawan gempa dan tsunami.

Tapi, Presiden Jokowi mengabaikan kajian itu dan bahkan menerbitkan Peraturan Presiden Percepatan Pembangunan Bandara NYIA nomor 98 tahun 2017. Pembangunan bandara mulai berlangsung pada Januari 2017. “Kebijakan yang Presiden Jokowi keluarkan mengabaikan zona merah, merampas hak dan ruang hidup warga secara tidak manusiawi,” kata Yogi.

Peneliti tsunami dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Widjo Kongko seringkali mengingatkan bandara baru Kulon Progo berpotensi terancam tsunami setinggi 10-15 meter di bibir pantai. Widjo telah memodelkan tinggi tsunami 10-15 meter. Ada tumbukan dua lempeng besar (Megathrust) di selatan Jawa yang berpotensi menimbulkan gempa bumi dan tsunami.

Menurut dia, kajian terbaru dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menunjukkan gempa berpotensi di angka magnitudo 9. Setiap daerah subduksi berpotensi menimbulkan gempa dan tsunami pada skala katastropik dengan magnitudo 9. Potensi itu satu rangkaian daerah subduksi Sumatera, Sunda, Jawa bagian selatan hingga ke timur.

“Topografi bawah laut mengindikasikan ada palung yang dalam di daerah subduksi sehingga ada potensi gempa bumi yang dahsyat,” kata Widjo.

Menurut Widjo, LIPI telah mengkaji jejak tsunami purba dan ancamannya sangat nyata. Panjang tsunami purba bisa lebih dari 1.000 km yang mengindikasikan dahulu ada peristiwa katastropik yang besar.

Para ahli dari LIPI menemukan deposit tsunami mulai dari Lebak hingga Bali yang berumur tua. Sumber gempa lebih dari 8,5 skala Richter, yakni sekitar 9 skala Richter. Dari sisi sebarannya, peneliti menemukan sedimen itu lebih dari 1,5 kilometer.

Kajian LIPI teranyar menguatkan dan mengkonfimasi potensi gempa dan tsunami besar. “Runway Bandara NYIA cuma 300 meter dari bibir pantai. Secara scientific pasti terendam,” kata Widjo.

Berdasarkan buku peta sumber gempa 2017, terdapat lima megathrust, yakni Enggano, Selat Sunda, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sunda. Panjangnya sekitar lebih dari 2.000 kilometer. “Megathrust yang paling dekat adalah megathrust Jawa Barat dan Jawa Timur.

Widjo sudah membuat pemodelan potensi gempa dan tsunami Bandara Yogyakarta sejak 2013. Potensi gempa dan tsunami bisa saja menyamai tsunami Tohoku atau Sendai di Jepang pada 11 Maret 2011. Kejadian itu tercatat menjadi tsunami paling mematikan abad ke-21. Gelombang tsunami setinggi 10 meter dengan kecepatan hingga 800 km/jam melanda Fukushima. Sedikitnya 18.000 orang meninggal dan 2.500 orang dinyatakan hilang.

Jepang punya catatan sejarah panjang terkait bencana tsunami yang menelan korban jiwa sangat banyak. Jepang juga menjadi salah satu negara yang paling maju dalam riset gempa bumi dan penanggulangan tsunami.

Widjo mengingatkan pemerintah supaya menyiapkan mitigasi untuk potensi gempa dan tsunami itu. Seharusnya kalau sudah mengetahui potensi itu, kata Widjo, bisa menjadi masukan penting untuk kajian berbagai pembangunan infrastruktur, termasuk bandara.

Shinta Maharani

Shinta Maharani

Kontributor Tempo di Yogyakarta

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus