Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Banyak Jalan Menuju Aman

10 Mei 1999 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ini bukan jalur ulat sutra, perjalanan klasik yang pernah dipakai orang Cina ke Eropa dan seantero negeri lain untuk berdagang dan menyebarkan agama. Tapi ini, sungguh, sebuah rute yang terpaksa ditempuh untuk sebuah ketakutan menghadapi risiko berat: ancaman kerusuhan di masa kampanye hingga pencoblosan pemilu. Sasarannya?begitu rumor yang bertiup kencang di Ibu Kota?terutama kaum keturunan Cina yang tinggal disejumlah kota besar. Apalagi trauma masa lalu masih terbayang hebat. Sejarah Republik pada medio Mei tahun lalu menorehkan tinta hitam pekat: entah berapa puluh ribu rumah dan toko dijarah, mobil diberangus (termasuk milik "pribumi"), dan perempuan diperkosa. Maka, sangatlah manusiawi jika kemudian berbondong-bondong orang mengungsi, menyelamatkan diri, hengkang, kabur, eksodus?atau apalah istilahnya untuk sekadar keluar (sejenak) dari impitan risiko ancaman fisik, juga mental, di Tanah Air. Dan mereka pun, boleh jadi, pekan-pekan ini mulai menghuni pelbagai kawasan aman itu di negeri orang. Banyak jalan yang bisa ditempuh, lewat darat, laut, bahkan udara. Statistik berbicara: trend perjalanan, sebagaimana dicatat di sejumlah pintu gerbang keluar, menunjukkan peningkatan. "Jelas ini kami lakukan karena merasa tak aman," kata seorang dara amoi yang masih ingat ketika sederetan rumah toko (ruko)-nya di Cengkareng hangus. Ia sendiri, tahun lalu, saat amarah membakar lautan manusia, pernah mengungsi ke lokasi yang salah?pusat keriuhan amuk massa. Tapi cerita Tionghoa bukanlah sederet kecemasan, kepicikan, dan ketakutan. "Ibu saya tetap di Jakarta, sudah bebal dan tahan banting dengan segala keadaan," kata seorang mahasiswa keturunan yang mendapat beasiswa belajar di Singapura. Dan cerita ihwal bebal dan keberanian begini agaknya masih melekat di nurani banyak orang, termasuk dari etnis Cina, di Jakarta dan di sudut-sudut kota lain di Republik?dari yang berkantong tebal sampai yang cekak. Getah berdiam di Tanah Air lebih nikmat ketimbang di negeri orang.

Keberangkatan WNI Lewat Lima Gerbang
Polonia (Medan)12.5879.3576.4837.483
Hang Nadim (Batam)39.54939.32740.56337.255
Soekarno-Hatta (Jakarta)103.91466.99286.40673.412
Juanda (Surabaya)3.37412.81913.34711.533
Ngurah Rai (Denpasar)4.3924.6114.5683.522

KEMANA MEREKA PERGI
Baliongkos murah, dekat, akses mudah (tanpa visa), dan relatif aman.
Australiavisa relatif sulit dan ongkos hidup cukup tinggi, tapi sangat aman.
Singapura dan Malaysiakedekatan etnis, akses mudah, ongkos hidup relatif murah, dan aman.
Hong Kongada kedekatan kultur dan etnis, akses mudah.
Eropa dan Amerikavisa relatif gampang, tapi biaya hidup tinggi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus