Ini bukan jalur ulat sutra, perjalanan klasik yang pernah dipakai orang Cina ke Eropa dan seantero negeri lain untuk berdagang dan menyebarkan agama. Tapi ini, sungguh, sebuah rute yang terpaksa ditempuh untuk sebuah ketakutan menghadapi risiko berat: ancaman kerusuhan di masa kampanye hingga pencoblosan pemilu. Sasarannya?begitu rumor yang bertiup kencang di Ibu Kota?terutama kaum keturunan Cina yang tinggal disejumlah kota besar.
Apalagi trauma masa lalu masih terbayang hebat. Sejarah Republik pada medio Mei tahun lalu menorehkan tinta hitam pekat: entah berapa puluh ribu rumah dan toko dijarah, mobil diberangus (termasuk milik "pribumi"), dan perempuan diperkosa. Maka, sangatlah manusiawi jika kemudian berbondong-bondong orang mengungsi, menyelamatkan diri, hengkang, kabur, eksodus?atau apalah istilahnya untuk sekadar keluar (sejenak) dari impitan risiko ancaman fisik, juga mental, di Tanah Air.
Dan mereka pun, boleh jadi, pekan-pekan ini mulai menghuni pelbagai kawasan aman itu di negeri orang. Banyak jalan yang bisa ditempuh, lewat darat, laut, bahkan udara. Statistik berbicara: trend perjalanan, sebagaimana dicatat di sejumlah pintu gerbang keluar, menunjukkan peningkatan. "Jelas ini kami lakukan karena merasa tak aman," kata seorang dara amoi yang masih ingat ketika sederetan rumah toko (ruko)-nya di Cengkareng hangus. Ia sendiri, tahun lalu, saat amarah membakar lautan manusia, pernah mengungsi ke lokasi yang salah?pusat keriuhan amuk massa.
Tapi cerita Tionghoa bukanlah sederet kecemasan, kepicikan, dan ketakutan. "Ibu saya tetap di Jakarta, sudah bebal dan tahan banting dengan segala keadaan," kata seorang mahasiswa keturunan yang mendapat beasiswa belajar di Singapura. Dan cerita ihwal bebal dan keberanian begini agaknya masih melekat di nurani banyak orang, termasuk dari etnis Cina, di Jakarta dan di sudut-sudut kota lain di Republik?dari yang berkantong tebal sampai yang cekak. Getah berdiam di Tanah Air lebih nikmat ketimbang di negeri orang.
Keberangkatan WNI Lewat Lima Gerbang |
Polonia (Medan) | 12.587 | 9.357 | 6.483 | 7.483 |
Hang Nadim (Batam) | 39.549 | 39.327 | 40.563 | 37.255 |
Soekarno-Hatta (Jakarta) | 103.914 | 66.992 | 86.406 | 73.412 |
Juanda (Surabaya) | 3.374 | 12.819 | 13.347 | 11.533 |
Ngurah Rai (Denpasar) | 4.392 | 4.611 | 4.568 | 3.522 |
KEMANA MEREKA PERGI | Bali | ongkos murah, dekat, akses mudah (tanpa visa), dan relatif aman. |
Australia | visa relatif sulit dan ongkos hidup cukup tinggi, tapi sangat aman. |
Singapura dan Malaysia | kedekatan etnis, akses mudah, ongkos hidup relatif murah, dan aman. |
Hong Kong | ada kedekatan kultur dan etnis, akses mudah. |
Eropa dan Amerika | visa relatif gampang, tapi biaya hidup tinggi.
|
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini