Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bebas kondom di pariaman

Kondom tidak lagi dimasukkan dalam program KB di kab. padang pariaman. MUI padang pariaman sudah lama mencemaskan penyalahgunaan kondom. diduga para murid sekolah ikut mempergunakan.

1 Juli 1989 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KONDOM tidak lagi dimasukkan dalam program Keluarga Berencana (KB) di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Pernyataan itu dibacakan Sekwilda Padang Pariaman, Bakri Bakar, Sabtu 17 Juni 1989, di depan peserta rapat Koordinasi Program KB Kesehatan se-Padang Pariaman. Yang mengagetkan, Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) H. Haryono Suyono mendukungnya. "Ya, kalau itu sudah kesepakatan masyarakat dan pemerintah di sana," kata Haryono kepada TEMPO. Ia menilai, bila pelarangan itu untuk menghindari akibat negatif, "Ya, bagus." Ketua Majelis Ulama Padang Pariaman, Ustad Haji Zainuddin Madjid, 70 tahun, sudah lama mencemaskan penyalahgunaan kondom. Enam bulan lalu, sejumlah kondom bekas pakai berserakan di pantai Artha. Malam sebelumnya, puluhan anak SMA berkemah di situ. Lalu, kondom yang tampaknya baru selesai dikaryakan ditemukan di lokasi perkemahan pelajar di Lubuk Selasih, Kabupaten Solok, Sum-Bar. Sidi Normal, 56 tahun, mengakui bahwa toko obatnya di Kota Pariaman sering didatangi pelajar yang mau membeli kondom jualannya. "Saya usir mereka," katanya. Namun, Bakri Bakar mengatakan, pihaknya belum pernah menerima laporan tentang penyalahgunaan kondom tersebut. Menurut Bakri, di daerahnya memang agak sulit mengampanyekan kondom tersebut. Banyak masyarakat yang risi melihat penjelasan teknis penggunaan kondom dari petugas KB. "Petugas dituduh porno, lalu calon akseptor pergi meninggalkan ruangan penyuluhan," kata Bakri pada TEMPO. Padahal, penjelasan diberikan dengan bahasa kiasan. Dan alat itu sering bikin malu, karena anak-anak tak segan meniupnya jadi pengganti balon. Tapi bukan dengan alasan itu kondom diboikot di daerah tersebut. Menurut Kepala BKKBN Padang Pariaman, Indra Wirdhana, kondom masih dicurigai apakah memang benar hanya digunakan sang suami ketika berhubungan badan dengan bininya. "Sulit dikontrol," kata Indra. Kondom, menurut Indra, kurang efektif. Pada 1980 sampai 1985, ketika kondom masih mendominasi akseptor Padang Pariaman yang kini berjumlah 32.529, tingkat kelahiran 35,8 per mil. Indra kemudian mengurangi merajalelanya kondom dengan memasarkan alat kontrasepsi lain, hingga diramalkan untuk 1985-1990 angka kelahiran menjadi 29,9 per mil. Melihat hasil itu, Indra semakin bersemangat mengenyahkan kondom. Mulai 1987, dia mengurangi kampanye kondom hingga akseptor pemakai kondom tinggal 991 orang (1988) dari 1.400 orang pada tahun sebelumnya. Dan sejak Januari lalu, kondom tak lagi dicantumkan di dalam program KB di daerah tersebut. Menurut Indra, pil KB juga akan dibuang dari program KB-nya. Pada 1987, tercatat 18 ribu pemakai pil KB di sana. Berangsur-angsur akan jadi nol. "Kebanyakan mereka lupa memakannya sebelum tidur," kata Indra. Maka, peranan kondom, dan juga nanti pil KB, akan digantikan dengan alat kontrasepsi efektif yang disebut dengan metode kontrasepsi efektif (MKE). Metode ini akan menekankan penggunaan spiral (IUD), susuk (Implan), dan medis operasi (MO). Alat-alat itu hanya dapat digunakan dengan pertolongan dokter atau petugas medis. Tidak boleh oleh akseptor sendiri. "Ini lebih mudah mengawasinya," kata Indra. Bakri mengatakan, pihaknya bukan hendak merintangi program KB. Malah sebaliknya. "Larangan itu bukan hambatan bagi kami," kata Haryono. "Kalau tanpa kondom program KB bisa mulus, tak ada salahnya ide BKKBN Padang Pariaman itu," kata Ustad Haji Zainuddin Madjid. Bukan berarti kondom sudah tamat dari bumi Padang Pariaman. Alat itu, seperti "Kondom 25" yang gencar dikampanyekan Haryono Suyono, masih mendapat tempat di sana. Kondom jenis itu merupakan hadiah ikutan pada obat-obat lain yang dijual di toko obat dan apotek. "Kami tidak melarang kondom itu dijual," kata Bakri. Tapi, mulai pekan ini, penjualan kondom tersebut sangat dibatasi untuk mereka yang berkartu KB saja.MS, Fachrul Rasyid (Padang), dan Muchsin Lubis (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum