Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

politik

Indikasi Kekerasan Berujung Kematian Prajurit

Pihak Komando Operasi Udara III Biak awalnya menginformasikan bahwa Prajurit Dua Muhammad Indra Wijaya meninggal akibat dehidrasi. Luka lebam pada jenazah menjadi bukti adanya kekerasan terhadap Indra.

24 November 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA – Rika Wijaya awalnya mendapat informasi dari pihak Komando Operasi Udara (Koopsud) III TNI Angkatan Udara Biak, Papua, bahwa Prajurit Dua Muhammad Indra Wijaya, adik Rika, meninggal karena dehidrasi berat setelah berolahraga futsal pada Jumat malam pekan lalu. Namun Rika dan keluarga tak percaya begitu saja ketika jenazah Indra sampai di rumah duka, kawasan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, Banten, Sabtu lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Mereka mendapati peti jenazah sudah digembok. Setelah membuka paksa peti jenazah, keluarga melihat darah pada wajah Indra. Ada juga luka lebam di bagian dada dan perut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Di atas dada, saya melihat ada luka seperti goresan atau sayatan berbentuk L," kata Rika, Rabu, 23 November 2022.

Melihat kondisi jenazah penuh luka, keluarga bertanya kepada Mayor Adm Triyanto dari Satuan Polisi Militer Koopsud III Biak yang ikut mengantar jenazah Indra dari Papua hingga Tangerang. Namun Triyanto tak bisa menjelaskan penyebab luka di tubuh Indra.

Keluarga lantas meminta jenazah Indra diautopsi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tangerang pada Ahad, 20 November lalu. Setelah diautopsi, jenazah dikembalikan ke rumah duka, lalu disalatkan di Masjid Al-Hikmah. Selanjutnya jenazah dimakamkan secara militer di Tempat Pemakaman Umum Gurubug, Bojong Nangka, Tangerang.

Pemakaman Prada TNI AU Muhammad Indra Wijaya di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bojong Nangka, Tangerang, Banten. Dokumentasi Keluarga.

Menurut Rika, kabar kematian Indra pertama kali disampaikan Asisten Personalia Kepala Staf Koopsud III, Kolonel Adm Veradiyanto, sekitar pukul 02.00 WIB, Sabtu, 19 November, melalui pesan di aplikasi WhatsApp. Veradiyanto menyampaikan bahwa Indra meninggal pada pukul 02.55 WIT, Sabtu lalu.

Setelah mendapat kabar tersebut, keluarga langsung menghubungi Veradiyanto dan meminta melakukan video call untuk memastikan kebenaran berita tersebut. Dalam video call itu, Veradiyanto memperlihatkan bagian mata, hidung, dan mulut Indra yang sudah ditutup dengan kapas.

Kepada keluarga, Veradiyanto menyampaikan bahwa pihak TNI Angkatan Udara akan segera membawa jenazah Indra ke rumah duka setelah diformalin dan dimandikan. Dokter di Biak yang saat itu menangani jenazah Indra, Niko, juga mengatakan Indra meninggal akibat dehidrasi berat setelah berolahraga futsal sejak pukul 20.00 sampai 23.00 WIT, Jumat pekan lalu.

Sekitar pukul 11.40 WIT atau 09.40 WIB pada Sabtu lalu, jenazah Indra dibawa dari Rumah Sakit Lapangan Udara Manua, Biak, menuju Bandar Udara Soekarno-Hatta. Jenazah tiba di rumah duka pukul 20.00 WIB dengan didampingi Triyanto. Saat tiba di rumah duka, Triyanto awalnya juga menjelaskan bahwa Indra meninggal karena dehidrasi.

Setelah menemukan berbagai kejanggalan kematian Indra, pihak TNI Angkatan Udara melakukan penyidikan dan pendalaman terhadap dugaan kekerasan yang mengakibatkan Indra meninggal. Belakangan terungkap bahwa Indra diduga meninggal akibat kekerasan di mes Tamtama Tiger Markas Komando Operasi Angkatan Udara III Biak, Papua, pada Sabtu malam, 19 November.

Selasa lalu, TNI AU mengumumkan telah menahan empat prajurit yang diduga terlibat dalam aksi kekerasan terhadap Indra. Keempat prajurit tersebut merupakan senior Indra.

"Masih pendalaman, tapi memang alasan penahanan itu ada indikasi kuat ada tindak kekerasan," kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU, Marsekal Pertama Indan Gilang Buldansyah, Rabu kemarin.     

Indan menekankan bahwa tidak ada upaya TNI untuk menutupi kejadian tersebut. "Enggak ada sama sekali. Tapi memang ada anak-anak mes itu, enggak bicara langsung terus terang. Setelah diungkap (penyidik), baru diketahui ada indikasi tindak kekerasan," katanya.

Ia juga menjelaskan keterangan keluarga Indra. Menurut Indan, kabar yang disampaikan Triyanto kepada keluarga Indra merupakan informasi awal sebelum penyidikan, yaitu bahwa terjadi henti jantung pada Indra akibat dehidrasi. Adapun mengenai peti jenazah yang digembok, Indan berdalih itu merupakan prosedur pengantaran jenazah yang diharuskan pihak maskapai penerbangan.

Indan mengatakan, ketika Triyanto mengantar jenazah ke keluarga, Polisi Militer Komando Operasi Udara III di Biak juga mendalami penyebab kematian Indra. "Kemudian barulah terungkap di tanggal 20 siang bahwa ada indikasi tindak kekerasan oleh seniornya di mes," kata dia.

Ia memastikan akan ada sanksi berat bagi para pelaku yang terbukti bersalah dan tidak akan menutupi kesalahan tersebut. "Ini menjadi evaluasi buat kami, TNI AU, bagaimana melakukan proses pembinaan terhadap prajurit," ujar Indan.

HENDARTYO HANGGI
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus