Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Benarkah dokter anda lulus ?

Sejumlah mahasiswa kedokteran pts diduga mendapat bocoran soal. tarif soal per paket rp 3 juta. penye lenggara ujian masih menyangsikannya. kasus tsb diserahkan ke inspektorat jenderal dep. p & k.

8 Desember 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SEJUMLAH mahasiswa fakultas kedokteran perguruan tinggi swasta harap-harap cemas menunggu hasil ujian yang akan diumumkan pertengahan bulan ini. Sebab, menurut sumber TEMPO, 80 persen peserta ujian negara yang diselenggarakan di Senayan September lalu itu disebut-sebut telah mendapatkan bocoran soal. "Mereka terang-terangan mendapat tawaran soal-soal itu di kantin," kata seorang peserta ujian pada TEMPO. Menurut sumber TEMPO yang enggan disebut namanya, kebocoran ujian negara untuk fakultas kedokteran swasta itu bukan rahasia baru. Sudah lama soal-soal diperjual-belikan menjelang ujian. Kini lebih gila, karena soal-soal itu diperdagangkan secara bebas. Rupanya, banyak pula mahasiswa yang malu dan risi melihat rekannya -- para calon dokter -- yang sebentar lagi akan lulus dengan soal bocoran. Tanpa menyebut namanya, mereka menulis surat pembaca di beberapa media, terbanyak di harian Kompas. "... Bagaimana bapak-bapak, apakah masalah ujian bocor itu masih dibiarkan berlarut-larut ...," begitu salah satu bunyi surat mereka. Pihak penyelenggara ujian, yang diwakili Sukarna Syarif, Kepala Humas Departemen P dan K, masih menyangsikan bahwa ujian itu bocor. Karena pelaksanaan ujian dirasakannya sudah sangat ketat. Yang terjadi, katanya, sekadar ada beberapa soal yang sama dengan yang diujikan tahun sebelumnya. Namun, alasan itu tak sepenuhnya benar. Menurut para mahasiswa yang melihat dan ditawari, bocoran soal ujian yang dimaksud bukan diduga-duga. Bahkan bukan sekadar soal-soal yang mirip tahun sebelumnya. Pemerintah, menurut para mahasiswa, justru belum mencium adanya sindikat yang mengatur perdagangan soal-soal ujian negara bagi para calon dokter itu. Mafia penjual soal-soal ujian itu beroperasi licin seperti belut. Inilah kisah ringkas seorang yang ikut membeli soal itu. Biasanya, katanya kepada TEMPO, anggota sindikat memburu calon konsumen, yakni mahasiswa, beberapa hari sebelumnya. Bila mahasiswa sepakat dan setuju dengan tarif Rp 3 juta untuk dua soal ujian, tiga hari sebelumnya mereka dimasukkan ke karantina. Ada yang di Puncak, ada yang menyewa hotel di Jakarta, atau di rumah-rumah kos. Mahasiswa itu, selama masuk "masa tenang", dilarang berhubungan dengan pihak luar. Di karantina itulah para mahasiswa mendapatkan soal ujian sekaligus mengerjakannya bersama. Ketika di karantina, para mahasiswa baru dipungut biaya 10%. Hanya mahasiswa yang sudah beberapa kali berlangganan masuk karantina dibebaskan dari uang muka. Pagi-pagi, menjelang ujian, mereka pun diantar ke Senayan. Dengan lancar, mahasiswa eks karantina menyabet semua soal yang disodorkan. Benar-benar hebat. Apa yang dikerjakan di karantina persis sama dengan yang dibagikan di Senayan. Artinya, mereka harus segera melunasi harga bocoran ujian itu sebesar Rp 3 juta. Ini sesuai dengan kesepakatan pengedar, biaya bocoran harus dilunasi 100% setelah ujian hari pertama sama seperti soal yang dibagikan di karantina. Suasana di Senayan pun menjadi hiruk-pikuk. Terjadi transaksi ratusan juta rupiah untuk melunasi bocoran soal. Setelah itu dilunasi, mereka pun lantas mendapatkan soal ujian hari kedua. Bila mau kunci jawaban, tambah saja Rp 150.000 per buah. Ujian negara bagi para calon dokter diselenggarakan dua kali setahun, yakni Maret dan Agustus. Tahun ini, kebetulan diundur September. Ujian diselenggarakan serentak di enam kota seluruh Indonesia, yakni Jakarta, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, dan Yogyakarta. Ilmu kedokteran akan menyangkut keselamatan jiwa manusia. Maka, penyelenggaraan ujian pun tak bisa sembarangan. Itulah yang membuat perguruan tinggi swasta hingga kini belum boleh menyelenggarakan ujian sendiri. Mulai dari pembuatan soal, pengadaan ujian, sampai koreksi diserahkan pada Consorsium of Health Science (CHS) yang beranggotakan para dokter yang diangkat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Untuk bisa mengantungi predikat dokter, setiap mahasiswa PTS harus menempuh ujian negara teori sebanyak lima tahap. Di setiap ujian, tersedia 300 soal berbentuk pilihan berganda (multiple choice). Ujian hari pertama terdiri dari 200 soal dan hari berikutnya 100 soal. Yang paling dianggap gawat adalah ujian pada tahap kedua ( E2), karena ada mata ujian anatomi. Kecuali sulit, ujian ini punya bobot paling tinggi. Bila mahasiswa gagal menembus ujian ini sampai tiga kali, maka dia harus angkat kaki dari fakultas kedokteran. Untuk bisa lolos, maka bisnis soal ujian tahap E-2 ini pun kelihatan paling laris dan mahal. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Trisaksi, Prof. Moerdanton Moertedjo, mengakui mendengar tentang kebocoran soal ujian itu dari mahasiswanya. "Sayangnya, para mahasiswa itu tak ada yang mengaku membeli. Kalau toh membeli, paling mereka juga tak akan mengaku," kata Ketua Federasi Fakultas Kedokteran Perguruan Tinggi Swasta se-Indonesia itu pada TEMPO. Ia punya usul untuk mengikis bisnis bocoran ujian. Caranya, percepatan akreditasi fakultas kedokteran PTS. Artinya, setiap PTS harus bertanggung jawab kepada mutu dokter yang diluluskan. Bila benar ujian negara bagi mahasiswa PTS itu bocor, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Dr. Azrul Azwar, menyebutnya sebagai masalah serius. "Dulu memang masih bisa dimaafkan, karena kita butuh banyak tenaga dokter. Tapi, ketika sekarang ini tuntutan masyarakat akan mutu dokter makin meningkat, maka tindakan mereka jelas tak ada ampun lagi," katanya. Pihak CHS ketika diminta tanggapannya tak banyak memberikan komentar. Malah mereka menyerahkan persoalan itu pada Inspektorat Jenderal Departemen P dan K. Diakui Irjen Soedjoko, hingga kini ia belum punya cukup bahan untuk membongkar sindikat itu. "Bahan yang kami dapat tak ada apa-apanya," kata bekas Kapolda Metro Jaya itu dengan nada kesal. Gatot Triyanto dan Dwi S. Irawanto (Jakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus