Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Bertiup ke Teras Beringin

Tokoh muda Partai Golkar terseret perkara Wa Ode Nurhayati. Dinilai dekat dengan Priyo Budi Santoso.

5 Maret 2012 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PANGGILAN telepon itu masuk ketika Fahd A. Rafiq hendak diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi pada Januari lalu. Suara di seberang berkata kepada kader muda Partai Golkar itu, "Tolong nama saya jangan dibawa-bawa."

Menurut sumber Tempo, penelepon adalah petinggi Partai Beringin. Ia khawatir karena bola perkara suap yang melibatkan anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Wa Ode Nurhayati, itu bergulir ke arah partainya. Komisi Pemberantasan Korupsi telah menetapkan Fahd sebagai tersangka penyuap Nurhayati. "Fahd dekat dengan petinggi Golkar," kata sumber itu, Rabu pekan lalu.

Siapa gerangan sang penelepon? Sembari menyebut satu nama, sumber Tempo mewanti-wanti agar nama politikus yang menduduki posisi strategis itu tak disebutkan. Yang jelas, si penelepon juga punya jabatan penting di Anggrek Neli Murni—jalan tempat kantor pusat partai itu.

Di Partai Beringin, Fahd dikenal luwes bergaul. Pria dengan nama lengkap Fahd El Fouz ini aktif di Angkatan Muda Partai Golkar, Kelompok Intelektual Muda Partai Golkar, dan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR). Ia gampang merapat ke sejumlah petinggi Golkar, termasuk keluar-masuk tempat tinggal jajaran elite partai itu. Pada Pemilihan Umum 2009, namanya tercantum dalam daftar calon anggota Dewan Perwakilan Rakyat untuk Daerah Pemilihan Riau.

Setelah Aburizal Bakrie terpilih menjadi Ketua Umum Golkar, pada 2009, pria kelahiran 19 Mei 1983 ini menduduki jabatan di Departemen Desentralisasi dan Pemajuan Daerah, satu departemen dengan politikus senior Zulkarnain Djabar. Bukan kebetulan Fahd dan Zulkarnain juga aktif di MKGR. Di organisasi itu, Zulkarnain menjabat wakil ketua umum. Adapun Fahd, sejak Mei 2011, duduk sebagai Ketua Generasi Muda MKGR.

Organisasi sayap Golkar ini diketuai Priyo Budi Santoso, yang kini juga menjabat Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat. Sejumlah sumber di Beringin menyebutkan, Fahd adalah "orang Priyo". Indikasinya, menurut seorang politikus partai itu, "Fahd dipercaya memegang jabatan penting di MKGR."

Priyo tak memungkiri kedekatannya dengan Fahd. Menurut dia, kedekatannya dengan anak pemusik dangdut senior A. Rafiq itu karena sama-sama berada di bawah bendera MKGR. Soal keterlibatan Fahd dalam kasus Nurhayati, Priyo mengaku tak tahu. "Saya terkejut nama Fahd dibawa-bawa," katanya. "Setahu saya, dia anak baik."

Semula nama yang disebut menyuap Wa Ode Nurhayati adalah Haris Andi Surahman, juga politikus Golkar. Tak mau terperosok sendirian, Haris akhirnya mengaku duit Rp 6,9 miliar yang disorongkan kepada Sefa Yolanda, anggota staf Nurhayati, adalah milik Fahd. "Saya hanya perantara," kata Haris, yang mengaku cukup mengenal Nurhayati. "Untuk menolong teman."

Haris memang berasal dari Sulawesi Tenggara, satu daerah dengan Wa Ode Nurhayati. Dimintai tolong Fahd, pria ini segera mengantarkan duit untuk memuluskan dana pembangunan infrastruktur daerah di empat kabupaten, yakni Aceh Besar, Pidie, Bener Meriah, dan Minahasa. Nurhayati juga mengaku kenal Haris sejak masih di Himpunan Mahasiswa Islam.

Seorang politikus Golkar ragu duit itu milik Fahd seorang. "Dari mana ia punya uang sebanyak itu?" katanya. Kepada sejumlah orang, Fahd mengaku sebagai Direktur Utama PT El Fouz, yang bergerak di perfilman. Ia juga Komisaris PT Visitama Makmur Abadi. Kendati begitu, bisnis Fahd tak ada hubungannya dengan proyek infrastruktur daerah. Menurut sumber yang sama, dalam kasus Wa Ode Nurhayati, Fahd cuma perantara. Ketika dimintai keterangan KPK, Januari lalu, Fahd kabarnya terus mengunci mulut soal pemilik duit pelicin buat anggota staf Nurhayati itu.

Fahd bukannya tak kenal Wa Ode Nurhayati. Setelah diperiksa komisi antirasuah, pada Januari lalu, Fahd mengatakan mengenal Nurhayati sejak di Komite Nasional Pemuda Indonesia. Tak begitu jelas kapan mereka berdua aktif di organisasi pemuda itu. Meski cukup mengenal Nurhayati, untuk mengantar duit ke Sefa, anggota staf politikus Partai Amanat Nasional, Fahd membutuhkan tangan Haris.

Wa Ode Nurhayati sendiri masih menuding Golkar di belakang kasus yang menjeratnya. Pada pertengahan Februari lalu, setelah diperiksa KPK, Nurhayati mengatakan kasusnya muncul setelah ia mengungkap praktek mafia anggaran dalam acara Mata Najwa di Metro TV tahun lalu. Sepekan kemudian Haris, yang belakangan berniat jadi Wali Kota Kendari, muncul di ruangan Badan Anggaran mengadukan kasus anggaran infrastruktur di Aceh Besar dan tiga kabupaten lain.

Di sekitar hari itu, kata Nurhayati, dua kader Golkar, Nudirman Munir dan Melchias Markus Mekeng, meminta data rekening Nurhayati dari Ketua Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan saat itu, Yunus Husein. Data Pusat Pusat Pelaporan ini membuka 21 transaksi bernilai miliaran rupiah di rekening Wa Ode Nurhayati. Sejak itulah ia dibidik KPK. "Saudara Haris kader dari tempat yang sama, Saudara Fahd kader dari tempat yang sama, Saudara Mekeng dari tempat yang sama, Saudara Nudirman kader dari tempat yang sama," kata Nurhayati.

Belakangan, bak senjata makan tuan, kasus berbalik menyerang Golkar. KPK sudah menjadikan Fahd tersangka. Adapun Haris dicegah berpelesir ke luar negeri. Soal kasus yang menimpanya, Fahd belum bisa dimintai konfirmasi. Tapi, setelah diperiksa KPK pada akhir Januari lalu, ia membantah pernah menyuruh Haris mengantarkan uang kepada Wa Ode Nurhayati lewat Sefa. "Tidak ada itu," katanya.

Kini, setelah Fahd terseret ke pusaran kasus Nurhayati, orang mulai mengaitkannya dengan Priyo. Meski mengaku dekat dengan Fahd, Priyo menyatakan tak mengetahui proyek tersebut. "Saya tidak ada urusannya dengan kasus ini," ujar Ketua Bidang Politik dan Hukum Golkar ini. Ia keberatan namanya dihubungkan dengan Fahd cuma lantaran mereka satu organisasi. "Saya juga dekat dengan banyak orang," katanya.

Anton Septian, Rusman Paraqbueq, Febriyan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus