KINI Jaksa Agung Mayjen Ali Said tampaknya tak ingin bermain
halma lagi. Langkah-langkahnya untuk mengerem penyelundupan
lebih menyerupai seekor kuda dalam papan catur. Kepada pers di
ruang aquarium Kejaksaan Agung hari pertama bulan ini perwira
tinggi yang kurus itu berkata: "Acara tunggal hari ini:
Penyelundupan".
Ali Said SH siang itu didampingi Kapolri Mayjen (Pol) Widodo
Budidharmo. Dirjen Bea & Cukai Brigjen Tahir dan Kas Kopkamtib
Laksamana Sudomo. Keempat pembesar itu mendapat tugas khusus
dari Presiden Soeharto untuk menangani masalah penyelundupan.
Itu dikemukakan Presiden dalam sidang Dewan Stabilisasi Ekonomi
di minggu pertarna Pebruari lalu. Kepala Negara ketika itu
bahkan menegaskan: "kalau perlu para penyelundup itu dikirim ke
Nusakambangan" .
Maka Jagung Ali Said pun hari itu membenarkan berita yang sehari
sebelumnya telah tersiar: bahwa ada 17 importir yang dituduh
menyelundup kena jaring semenjak dimulainya operasi pertengahan
bulan lalu. Tak kurang dari 4 gudang di Jakarta dan Surabaya
sudah disegel. Di minggu pertama Maret ini jumlah tangkapan
sudah bertambah menjadi 24 orang. "Antara lain 4 pejabat dari
suatu instansi yang digaji oleh Pemerb1tah", kata Ali Said.
Siapa mereka? Jaksa Agung rupanya belum bersedia mengumumkan.
Juga tak diumumkan instansinya secara persis. Dan apakah sekawan
pejabat yang kena ciduk itu tergolong tinggi, menengah atau
golongan bawah.
Lebih Luas
Namun begitu angin baru penumpasan penyelundupan yang umumnya
baru tertuju pada kaum pengusahanya. menurut Jaksa Agung akan
diarahkan untuk membongkar jaringan penyelundupan yang lebih
luas. Juga jaringan keterlibatan secara tak langsung -- "maksud
saya apa yang selama ini disebut beking, baik pejabat maupun
swastanya".
Tengah bulan lalu mereka mulai bekerja. Sasaran pertama dimulai
dengan penangkapan, penahanan dan pemeriksaan para tersangka
secara maraton. Berikutnya tindakan penyegelan, penyitaan
pemblokiran tempat tinggal dan gudang, surat-surat penting dan
rekening bank tersangka. Juga menutup kemungkinan bagi mereka
yang tersangka atau calon tersangka agar tidak terbang ke luar
negeri.
Mudah difahami kalau timbul rasa gelisah di antara kaum
pengusaha atau importir. Kata seorang pengusaha tekstil di Pintu
Kecil "jangan sampai mereka yang tak salah jadi ikut kena
getahnya". Menurut pengusaha itu, istilah importir yang 100%
bersih memang sulit ditemukan. Mengapa beritu? "Yah, beberapa
oknum di Tanjung Priok bisa saja meloloskan barang yang tak
benar kalau ada apa-apanya", katanya. "Sedang bagi yang ingin
melalui prosedur seperti ditetapkan yang berwajib, dia boleh
menunggu barangnya keluar berminggu-minggu". Tapi pagi-pagi
Jaksa Agung menyerukan "agar importir yang merasa tak salah
jangan panik atau takut". Sebab, kata Ali Said, "semua tindakan
yang sekarang dilakukan tetap berdasarkan hukum. Bukan hukum
rimba".
Memang yang tengah dilakukan sekarang adalah melakukan tindakan
yang represif. Tindakan ini disambut oleh beberapa anggota DPR
Fraksi Karya Pembangunan menyatakan dukungannya. Dan siap
membantu sekiranya dibutuhkan sebuah undang-undang baru untuk
itu. Menurut Racmat Mulyomiseno dari fraksi PPP, tindakan
represif sekarang ini sudah baik. Tapi akan lebih baik lagi
kalau disertai dengan tindakan yang preventif. "Yang sekarang
ditangkap umumnya baru dari golongan pelaksana penyelundupan",
kata Mulyomiseno. "Masih perlu dicari otaknya dan sistim
permainan yang mereka lakukan". Dengan kata lain, dia
beranggapan "perlu dijaga agar tak ada izin khusus yang dapat
membuka pintu penyelundupan". Apa yang dianjurkar anggota DPR
itu pelan-pelan sudah dilakukan oleh Menteri Perdagangan Radius
Prawiro. Sistim impor dengan merchant LC yang banyak masuk dari
Singapura dan Hongkong, kini sudah dikurangi. "Bahkan akan
dilarang samasekali", kata Menteri Radius.
Radius juga sedang memikirkan pencegahan administratif
berikutnya untuk menekan kemungkinan masuknya barang secara
tidak sah, sekalipun umumnya masuk liwat pintu pelabuhan yang
sah. Tapi omong-omong apakah operasi menyetop penyelundupan yang
baru ini tak akan mengurangi pemasukan kasnya Menteri Keuangan
Ali Wardhana? Beberapa pengusaha yang dihubungi TEMPO
beranggapan untuk sementara hal itu mungkin saja terjadi. Sebab
arus keluarnya barang akibat ketatnya pemeriksaan sekarang
sedikitnya berakibat juga pada lancarnya keluar masuk barang.
Namun begitu janji Jaksa Agung yang rupanya dilaksanakan dengan
baik oleh Kepala Inspektorat IV Bea & Cukai Tanjung Priok
Mohamad Asrar -- setidaknya membuat sementara pengusaha merasa
lega. "Untuk barang-barang milik pemerintah dapat diurus
pengeluaram nya dalam sehari", kata Asrar. "Sedang barang-barang
milik perusahaan asing dan PMDN bisa selesai dalam 3 hari".
Sedang untuk 11 jenis barang seperti tekstil, ban, kertas dan
barang sejenis kelontong lainnya -- yang umumnya masuk dari atau
via Singapura dan Hongkong --memang bisa makan waktu sampai
seminggu-dua.
Bagi Mohamad Asrar, anak Tegal yang kini jadi orang penting di
Priok, segala lika-liku penyelundulan liwat pabean memang bukan
asing. Dikenal sebagai petugas yang jujur, Asrar yang punya
seorang anak itu merupakan duet yang cocok dengan atasannya,
Dirjen Tahir, orang Banyumas yang sederhana itu. "Mereka sudah
lama menanti-nantikan datangnya hari H untuk menghantam
penyelundupan", kata seorang petugas BC di Kemayoran. Begitu
pula tentunya bagi Adpel Tanjung Priok Fanny Habibie, anak muda
yang cukup beken di kalangan wartawan, karena bicaranya yang
suka blak-blakan. Mungkin yang ditunggu-tunggu oleh Ali Said dan
Tahir dkk hanyalah gong dari atasan. Itu sudah dibunyikan oleh
Presiden sendiri.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini