IBNU Sutowo tak melambaikan tangan selamat tinggal. Bekas
Direktur Utama PN Pertamina itu juga tak menoleh ke belakang
kepada para pengantarnya, ketika naik pesawat. Jumat sore pekan
lampau, hanya 7 jam setelah upacara serah terima jabatannya di
Departemen Pertambangan yang tertutup bagi pers itu, Ibnu Sutowo
bertolak ke Los Angeles, AS untuk berobat gigi. Untuk waktu yang
lebih lama dari rencana semula, agaknya. Kali ini ny. Zuleicha,
isterinya, ikut mendampinginya.
Seperempat jam sebelum pesawat F-28 "Aron" penerbangan Pelita
tinggal landas Kemayoran, Ibnu yang mengenakan jas musim panas
biru kelam tanpa dasi, masih bercakap-cakap dengan beberapa
pengantarnya. Juga dengan penjabat Dirut Pertamina yang baru
Piet Haryono. Ruang VIP penuh oleh orang-orang Pertamina beserta
nyonya, yang datang bergiliran sejak pukul 4 sore. Selain Piet
Haryono, keenam direktur Pertamina yang ikut diberhentikan hadir
semua. Tapi kalangan maskapai minyak perusahaan asing yang dekat
dengan Pertamina tak kelihatan. Kecuali seorang wakil dari
perusahaan Jerman Siemens, yang pernah men"traktir" Pertamina
dalam ulangtahunnya di Jenewa. Dan dua orang Jepang. Juga tak
kelihatan anggota Dewan Komisaris Pertamina. Kol. Syarnubi Said
dan haji Taher yang sebelumnya terkenal dekat Ibnu juga tak
tampak.
There Goes......
Setelah menyalami rekan-rekannya satu per satu, Ibnu dan nyonya
berpeluk cium dengan anak-anaknya, para mantu dan cucu. Matahari
di langit Kemayoran sore itu agaknya rada malu-malu kucing,
ketika tiba giliran terakhir Zuleicha dihantar hingga bibir
tangga pesawat oleh Piet Haryono. Sang nyonya masih sempat
menoleh sebentar dan melambai kepada para pengantarnya. Tampak
beberapa wajah yang terharu. Lalu mesin pesawat menderu pukul 5
sore itu. Marah Junus, Kepala Humas Pertamina yang lama bekerja
di bawah Ibnu Sutowo, berlinang sempat berkata pada wartawan
TEMPO "There goes a great man..."
Memang bagi banyak warga Pertamina, Ibnu Sutowo dipandang
bagaikan seorang bapak angkat (godfather). Sekalipun
kekuasaannya banyak dibatasi semenjak pecahnya krisis Pertamina
lebih setahun lalu, beberapa pejabat dan orang di luaran masih
menduga-duga untuk sementara dia akan dibiarkan tetap duduk
sebagai Dirut. Sehari sekembali Ibnu Sutowo dari cuti sakitnya
di Los Angeles, dia masih juga terbang ke Bali menggunakan
pesawat pribadi jet kecil Hawker Siddely, guna menghadiri
pembukaan KTT ASEAN. Dan sesaat setelah selesainya pertemuan
puncak itu, bersama Presiden Ferdinand Marcos dari Filipina,
Ibnu Sutowo masih santai bermain golf di lapangan Bedugul yang
megah itu. Dan kembali ke Pertamina Cottage dari Bedugul naik
heli bersama Marcos yang siap kembali ke Manila. Tak jelas apa
yang dibicarakan kedua tokoh itu. Tapi kabarnya, Presiden Marcos
mengajak Ibnu main golf sebagai balasan terima kasih bagi
Menlunya Carlos Romulo yang ikut terbang bersama pesawat pribadi
Ibnu dari Manila ke Jakarta.
Bagi Ibnu Sutowo sendiri -- dan juga bagi banyak pejabat lain --
keputusan pemberhentiannya mungkin agak di luar dugaan.
Sebagaimana juga komentar Jaeob Tobing Ketua Komisi VI DPR.
merupakan sebuah surprise. Menurut sebuah sumber yang dekat
dengan Dewan Komisaris, "para Dewan Komisaris kabarnya baru
diberitahu Selasa 3 Pebruari lalu". Para Komisaris adalah
Menteri-Menteri Pertambangan, Keuangan. Ekuin, Perindustrian dan
Pertahanan & Keamanan. Sedang Ibnu Sutowo sendiri baru tahu
sehari sebelumnya, ketika di hari Senin itu seorang utusan
khusus Presiden mendapat instruksi untuk memberitahukannya.
Tapi lepas dari benar tidaknya kabar itu, Keputusan Presiden
yang akhirnya memberhentikan Letjen Dr Ibnu Sutowo sebagai Dirut
Pertamina merupakan suatu ketegasan, setelah ketidakpastian
selama berbulan-bulan yang jadi pembicaraan banyak orang. Tak
pelak lagi keputusan Presiden itu merupakan tindakan yang
melegakan banyak pihak.
Bersama dengan Ibnu Sutowo, Presiden juga memutuskan untuk
memberhentikan segenap direktur Pertamina yang 7 orang itu dari
jabatannya. Mereka terdiri dari Direktur Eksploitasi dan
Produksi ir. Trisulo, Direktur Pengolahan dan Petrokimia ir.
Sudarno Martosewo, Direktur Perbekalan Dalam Negeri Brigjen
Judo Sumbono Direktur Umum ir. Wiyarso, Direktur Perkapalan
drs. Sukotjo, Direktur Pelabuhan dan Pemeliharaan Kapal Mayjen
Soehardiman dan Direktur Administrasi dan Keuangan Mayjen Piet
Haryono yang dalam saat yang sama ditunjuk oleh Presiden
sebagai Pejabat Dirut. Sebagaimana diketahui, melalui sebuah
Keppres juga, Piet Haryono dan Wiyarso telah diangkat sebagai
direktur Pertamina di penghujung Agustus tahun lalu. Sampai
berita ini diturunkan di hari Minggu kemarin, belum ada berita
siapa saja yang akan duduk menggantikan lapisan direksi yang
kini kosong itu. Tapi beberapa sumber di lingkungan Pertamina
dan Pertambangan menduga bahwa sebagian besar dari direktur itu
akan diangkat kembali dalam jabatannya yang semula. Kecuali
bagian yang dipandang tak tepat lagi untuk diteruskan sebagai
Direktorat.
Maka dengan SK Presiden para direktur itu telah diangkat kembali
Senin kemarin. Kecuali Mayjen Suhardiman. Dan Piet Haryono
merangkap sebagai Direktur Administrasi & Keuangan. Salah satu
pertimbangan penting adalah untuk cepat kembali mengatasi
kekosongan di Pertamina. "Akan tak baik kalau timbul vakum yang
lama", kata seorang pejabat lain. Atau mungkin juga untuk
memberikan waktu bernafas bagi Penjabat Dirut Piet Haryono, 56
tahun, yang kini dipasrahi mengeloa perusahaan negara yang
sakit parah itu. Bagi orang Madiun yang sejak berpangkat Kolonel
di MBAD sudah dipasrahi mengurus keuangan Angkatan Darat -- dan
menjabat Dirjen Anggaran pada Departemen Keuangan sejak tujuh
tahun lalu sampai sekarang -- Piet Haryono di kalangan
rekan-rekan tehnokrat memang dikenal sebagai "sapu bersih". "Dia
memang ahli dalam urusan menghemat uang", kata Menteri Sadli
beberapa waktu lalu pada TEMPO. Sampai sekarang masih suka
tinggal di rumah lamanya di jalan Musi, kakek dari 6 cucu yang
tergolong sederhana hidupnya itu memang menghadapi ujian berat
untuk bisa menyapu lebih bersih lagi. Lebih-lebih ketika
diketahui bahwa hutang Pertamina kabarnya sudah beranak dua kali
lipat dari dugaan semula.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini