Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Cempiring makin tua

Produksi pabrik gula cempiring, kendal semakin merosot. sebagian besar petani ramai-ramai beralih ke tanaman tembakau. tebu rakyat intensifikasi tak membawa hasil dan gagal. (dh)

25 Agustus 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRODUKSI Pabrik Gula Cempiring di Kendal semakin merosot. Selain karena mesin-mesinnya masih buatan tahun 1835, juga karena para petani tebu semakin enggan menanam bahan baku pabrik ini. Lebih-lebih sejak 1971, ketika sebagian besar petani ramai-ramai beralih ke tanaman tembakau, jenis tanaman yang memberi keuntungan lebih 2 kali lipat bagi mereka. Tahun 1975 pabrik ini masih mampu menggiling 18.24Z kwintal tebu setiap 24 jam. Tahun ini hanya 16.481 kwintal. Begitu pula, pada musim tanam 1975/1976 target areal yang berhasil ditanami tebu hanya tercapai 81%. Musim tanam berikutnya hanya 66,5% bahkan musim tanam 1978/1979 hanya 35%. Itu artinya petani semakin enggan menanam tebu di sawahnya. sebaliknya semakin keranjingan dengan tanaman tembakau. Tak mengherankan. Sebab tembakau hanya membutuhkan masa tanam 4 sampai 5 bulan. Sedang tebu sampai 16 bulan. Lalu, dalam tingkat harga yang baik, dari setiap hektar tanaman tebu petani hanya mendapat keuntungan sekitar Rp 400.000. Sedang dari tembakau mencapai Rp 1 juta. Bagaimana soal TRI alias Tebu Rakyat Intensifikasi? Bupati Kendal, drs. Heru Soemarmo mengakui sejak dilaksanakan tahun 1975 di daerahnya tak membawa hasil. Ini terbukti jika dilihat angka-angka tadi. Maka pada musim tanam 1978/1979 dicobakan penanaman tebu dan tembakau sekaligus dengan sistim tumpangsari. Mula-mula ditanam dulu tembakau. Setelah berumur 1 sampai 1« bulan, di sela-selanya ditanami bibit tebu. Jika tanaman tembakau di panen, tebu dibiarkan. Hasilnya mula-mula menggembirakan. Kedua jenis tanaman itu tumbuh berdampingan secara damai dan saling menguntungkan. Tapi ketika tembakau dipanen, didapatlah hasil yang berkwalitas buruk. Demikian jelek sehingga pembeli hanya mau membayar 50% lebih murah dari biasanya. Petani pun jera. Meskipun menurut beberapa orang pejabat Kabupaten Kendal kegagalan itu semata-mata karena musim, toh petani sudah hilang selera untuk menumpangkan tebu di areal tanaman tembakaunya. Sehingga Pabrik Gula Cempiring pun harus rela menerima nasibnya seperti selama ini, makin tua dan sepi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus