Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Cerita Budiman, Zulhas, dan Raja Juli Usai Ikuti Retret Kabinet Prabowo di Akmil Magelang

Usai mengikuti retret Kabinet Prabowo di Akmil Magelang, Budiman Sudjatmiko, Zulhas, dan Raja Juli menceritakan pengalamannya.

28 Oktober 2024 | 10.16 WIB

Presiden Indonesia Prabowo Subianto menghadiri sesi pemanasan selama retret bersama para menteri kabinet  Merah  Putuh di akademi militer di Magelang, provinsi Jawa Tengah, Indonesia, 25 Oktober 2024. Tim Media Prabowo/Handout via REUTERS
Perbesar
Presiden Indonesia Prabowo Subianto menghadiri sesi pemanasan selama retret bersama para menteri kabinet Merah Putuh di akademi militer di Magelang, provinsi Jawa Tengah, Indonesia, 25 Oktober 2024. Tim Media Prabowo/Handout via REUTERS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Yogyakarta - Para menteri, wakil menteri, dan Kepala Badan mengikuti retret Kabinet Prabowo Subianto yang dinamakan Kabinet Merah Putih di Akademi Militer (Akmil) Magelang, Jawa Tengah, selama 4 hari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Usai mengikuti retret, Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, dan Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko menceritakan kesan-kesannya.

Zulhas: Kabinet semakin padu

Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengungkap kesannya setelah merampungkan program retret Kabinet Merah Putih di Akmil Magelang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu menuturkan, program pembekalan yang digagas Prabowo ini menjadi sesuatu yang bisa menjadi modal dan pengalaman baru, terutama bagi para pembantu presiden dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

"Ini membuat kabinet menjadi semakin padu, kompak, karena kami kan memiliki latar belakang beda-beda," kata pria yang biasa disapa Zulhas itu saat kedatangan dari Magelang di Bandara Adisucipto Yogyakarta, Ahad, 27 Oktober 2024.

Zulhas membeberkan, berbagai materi dan arahan yang disampaikan Prabowo selama pembekalan di Akmil Magelang, sifatnya lebih membangun soliditas kabinet. Tujuannya agar anggota kabinet memahami dan bisa menuntaskan pekerjaannya dengan baik.

"Kami di pembekalan itu intens mengikuti berbagai agenda. Itu membuat kami menjadi satu dan yang pasti membuat kecintaan terhadap Merah Putih semakin membara," kata Zulhas.

Dia mengaku menikmati semua program pembekalan yang diberikan para pemateri.

"Hampir semua kegiatan berkesan, setiap hari dimulai bangun pagi-pagi, olahraga, pembekalan, makan siang, makan malam," ujar Zulhas. "Lalu juga ada baris-berbaris yang ternyata ada yang suka salah-salah juga," dia menambahkan.

Raja Juli: Pengalaman menyenangkan

Adapun Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni saat tiba di Bandara Adisutjipto, Yogyakarta, pada Ahad kemarin, 27 Oktober 2024, mengaku senang dengan adanya pembekalan selama tiga hari di Akmil Magelang itu.

"Tiga hari di Magelang itu jadi pengalaman menyenangkan. Itu jadi kesempatan emas para menteri bisa saling mengenal," kata Raja Juli.

Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) itu mengatakan, membangun soliditas kabinet salah satunya mengharuskan para menteri juga mengenal satu sama lain.

"Kan ini banyak juga yang belum saling kenal sebelumnya, latar belakangnya berbeda, partai berbeda, profesi berbeda,"

"Tetapi selama tiga hari pembekalan ini, hubungan antar menteri menjadi cair, ada kesempatan berkomunikasi lebih intens," kata dia.

Budiman: Tidak benar kalau ini militeristik

Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan Budiman Sudjatmiko mengatakan, retret Kabinet Merah Putih di Akmil Magelang oleh Presiden Prabowo bukanlah agenda militeristik.

“Ini kan ada banyak disiplinnya. Saya pikir tidak benar kalau ini militeristik," kata Budiman Sudjatmiko saat kedatangan dari Magelang di Bandara Adisucipto Yogyakarta, Ahad, 27 Oktober 2024.

Mantan aktivis 1998 ini mengatakan, tak setuju dengan anggapan bahwa pembekalan kabinet itu merupakan agenda yang bersifat militeristik. Budiman meminta publik dapat membedakan kegiatan militer di era demokrasi dan di era rezim otoriter.

Budiman mengatakan, hampir seluruh negara di dunia memiliki militer sebagai alat pertahanan. Ketika suatu kegiatan dilangsungkan di tempat yang menjadi pusat pendidikan kemiliteran, kata dia, hal itu tak serta merta dikategorikan sebagai agenda militeristik.

"Hari ini setiap negara punya tentara, di tengah konflik geopolitik kalau tidak punya tentara, kita tidak bisa mempertahankan negara dan demokrasi,” kata Budiman.

Dia mengatakan ada perbedaan mendasar soal tentara di rezim otoriter dan era demokratis. Dulu tentara dipakai untuk kepentingan politik praktis, beda dengan hari ini.

"Kalau dulu tentara suruh milih partai tertentu, kan sekarang tidak, sekarang (di DPR/MPR) sudah tidak ada fraksi ABRI, jadi situasinya sudah berbeda," kata dia.

Disinggung soal seragam loreng ala tentara yang harus dipakai para menteri dan juga kegiatan baris berbaris selama pembekalan, Budiman menilai sebagai hal yang wajar dan biasa saja sebagai atribut.

Menurut dia, hal itu bisa ditemui di berbagai kegiatan masyarakat dimana sektor swasta hingga olahraga sekalipun kadang juga ada baris berbaris.

"Baris berbaris hal biasa. Sama yang ada di sekolah, itu kan juga bukan militeristik. Banyak tempat seperti di tim sepak bola juga biasa latihan baris berbaris," kata dia.

Sementara soal seragam loreng hal itu merupakan seragam komando cadangan, yang merupakan bagian pertahanan rakyat semesta. "Tidak ada hubungannya dengan militerisme," ujar Budiman.

Selama pembekalan di Akmil Magelang, Budiman mengatakan, Prabowo lebih banyak memberikan materi dan arahan seputar ekonomi, politik, geopolitik, juga upaya membangun persatuan.

Momen pembekalan itu juga untuk mencairkan suasana menteri Kabinet Merah Putih sebelum bekerja bersama. "Kami juga tidak ada latihan menembak di sana," kata dia.

Budiman menuturkan, acara pembekalan justru berlangsung santai dan penuh rasa kekeluargaan. Bahkan memberi toleransi jika ada yang tidak bisa mengikuti kegiatan secara penuh.

"Cukup toleran, ada yang tidak ikut secara utuh karena bayangannya Akmil itu disiplin," kata dia.

Andry Triyanto Tjitra

Andry Triyanto Tjitra

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus