Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Moch. Abdullah Faqih berhasil lulus dari Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) pada Oktober ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat menjalani kuliah, dia sambil berjualan baso goreng atau basreng yang diroduksi sendiri. Bahkan dia sudah memiliki tiga orang karyawan yang membantu usahanya. Faqih memberi nama usahanya dengan sebutan “Basreng Tabaruk” yang artinya basreng keberkahan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurutnya. ide jualan basreng ini berawal ketika ia menjadi kepala taman pendidikan Al-Qur'an di rumahnya. Ada 300 siswa yang belajar di sana. Ia berpikir hal ini akan menjadi peluang yang bagus untuk berjualan. Awal ia berjualan konsepnya masih sangat sederhana, packaging yang kurang menarik dan lainnya. Selama ia menjadi mahasiswa ia belajar memahami pola-pola sebagai seorang pembisnis. Kemudian, pada 2023 ia mulai melakukan perombakan sampai memiliki tiga karyawan.
“Orang bisnis itu harus punya tujuan dan dalam jangka panjang. Saya akan terus mengembangkan usaha ini meski nantinya saya memiliki profesi guru atau yang lain,”ujar Faqih dilansir dari situs UM Surabaya pada Ahad, 29 Oktober 2023.
Kini basreng yang ia produksi telah sukses masuk ke 50 sekolah di Jawa Timur. Faqih mengaku dalam waktu satu bulan ia bisa menjual 2.500 basreng. Targetnya, dalam waktu satu bulan ia bisa menjual sekitar 10 ribu basreng dengan varian 15 rasa.
“Sekarang sudah punya tempat usaha sendiri. Ya meskipun tidak besar sekali, tapi di sana ada tiga pegawai mulai proses produksi, packaging, dan sejenisnya,” katanya.
Selain memiliki usaha basreng, Faqih telah memiliki beragam usaha lainnya seperti bimbingan belajar, koperasi, hingga catering. “Dari semua itu semuanya masih berjalan lancar, cuma yang paling lancar adalah basreng,” kata Faqih.
Faqih menyebut, jiwa pengusaha muncul dari ibunya yang memiliki bisnis konveksi. Ketertarikannya dengan dunia usaha sudah dimulai sejak Faqih duduk di bangku SD. Kala itu, ia sering membawa jajan yang dijual kepada teman-temannya.
Saat ditanya mengenai tips menjadi usaha Faqih menjawab kuncinya ada tiga hal. Pertama, kenali target pasar sebelum berwirausaha. Kedua, kenali produk yang ingin dijual. Ketiga, perbanyak relasi agar bisnis bergerak lebih cepat.
Sebagai anak yang ditempa di pondok pesantren selama enam tahun, Faqih mengaku perjalanan hidupnya menjadi santri di Tebu Ireng mengajarkannya banyak hal. “Lebih baik jatuh berkali-kali dan berusaha bangkit daripada tidak pernah jatuh sama sekali," ujarnya.