Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari perumahan Dewan Perwakilan Rakyat di Kalibata, Jakarta, mobil sedan itu meluncur ke Slipi, Jakarta Barat. Penumpangnya empat orang. Idrus Marham, Wakil Sekretaris Fraksi Golkar, Yahya Zaini, dan istrinya, Sharmila, serta seorang kader Golkar. Yahya adalah tokoh politik paling kontroversial sepanjang dua pekan terakhir. Rekaman adegan intimnya dengan Maria Eva menjadi gunjingan di mana-mana.
Mobil merambat pelan, dikemudikan Idrus Marham. Mereka hendak rapat di rumah dinas Muladi, Ketua Golkar Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia. Di situ sudah menunggu tim investigasi kasus Yahya. Mereka adalah Agung Laksono (Wakil Ketua Umum), Sumarsono (Sekretaris Jenderal Golkar), Andi Mattalata (Ketua Fraksi Golkar di legislatif), dan Muladi yang berperan sebagai tuan rumah. Rapat berlangsung di ruang tamu.
Agenda pertemuan cuma satu: meminta verifikasi Yahya Zaini tentang rekaman intimnya dengan Maria Eva. Kasus ini penting ditelusuri guna menentukan sanksi yang tepat bagi si pelaku. Tapi, ”Ditanya soal kejadian itu, Pak Yahya langsung bilang bahwa dia mau mundur,” kata Andi Mattalata.
Saat itu juga Yahya langsung menyerahkan surat pengunduran diri. Sejumlah peserta rapat terkejut. Sebab, surat satu helai langsung mengunci agenda verifikasi.
Sembari menikmati kue donat dan teh hangat, rapat penting itu berubah jadi santai. Anggota tim verifikasi jadinya cuma menanyakan cara Yahya menangani kasus maupun mengendalikan diri serta, ”Mengapa dia jadi sial begitu,” kata Andi meneruskan. Pukul 12 malam, Yahya dan istrinya pamit. Esoknya, Ketua Umum Golkar Jusuf Kalla, melansir bahwa Yahya mundur dari DPR.
Lahir di Bawean, Jawa Timur, 42 tahun silam, karier politik Yahya Zaini tumbuh subur di bawah beringin. Akbar Tandjung, mantan Ketua Umum Golkar, yang membantu memupuknya. Akhir 1990, sesudah rampung kuliah di Fakultas Hukum Universitas Arilangga, Surabaya, Yahya diangkat menjadi staf khusus Akbar Tandjung. Saat itu Akbar adalah Menteri Pemuda dan Olahraga.
Sang Menteri pula yang mendorong Yahya untuk maju merebut posisi Ketua Umum Pengurus Pusat Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) pada 1992. Yahya menang. Jabatan itu diembannya hingga 1994. Saat Akbar diangkat menjadi Menteri Perumahan Rakyat pada 1993, dia membawa serta Yahya Zaini sebagai staf khusus.
Karier politiknya terus bercahaya. Dia berhasil menempati posisi Ketua Dewan Pimpinan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) pada 1996. Di situlah dia bertemu dengan Maria Eva. Sesudah reformasi bergulir, karier politik Yahya kian kinclong. Selain menjadi anggota DPR, dia juga diangkat menjadi Ketua Bidang Kaderisasi dan Keanggotaan Partai Golkar.
Akbar kemudian tersungkur dari Beringin, setelah kalah dari Jusuf Kalla dalam Musyawarah Nasional di Bali, 2004. Saat musyawarah Yahya dikabarkan berbalik badan dari Akbar Tanjung dan menyeberang ke barisan Kalla. Sang Ketua Umum yang baru lantas mendaulat Yahya sebagai Ketua Bidang Keagamaan Golkar. Dia juga diangkat sekretaris fraksi partai itu di Senayan.
Peruntungan politik sesungguhnya masih berpihak pada Yahya. Sumber Tempo di Golkar menuturkan, Yahya Zaini dicalonkan sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga dalam perombakan kedua kabinet Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla. Bila jabatan menteri itu lepas, kursi bergengsi lainnya masih menunggu. Sumber di Golkar itu menuturkan, Yahya berpeluang menjadi Ketua Fraksi Golkar di legislatif mengantikan Andi Matalata, yang difavoritkan menjadi menteri.
Semua peluang emas di depan mata itu lenyap gara-gara adegan intim berdurasi 42 detik. Sumber yang sama menuturkan, merebaknya rekaman itu tidak terlepas dari persaingan politik di Golkar. Tapi Andi Matalata membantah, ”Itu kan cuma reka-rekaan orang di luar saja.”
Dalam usia relatif muda, Yahya kini memilih pergi dari dunia politik. Selain mundur dari anggota DPR, dia juga menepi dari Beringin. Senin pekan lalu, bersama istrinya, Yahya menyerahkan langsung surat pengunduran diri dari kepengurusan partai itu kepada Jusuf Kalla. Surat diserahkan di rumah dinas Kalla di Jakarta Pusat. Dari pertemuan 45 menit itu, Kalla memastikan, ”Pak Yahya akan berkiprah di dunia lain.”
Jika Yahya kehilangan masa depan politiknya, Maria Eva justru tengah memasuki masa gemilang. Sebab, kendati lama berkiprah di panggung hiburan, nama Eva tak kunjung berkibar. Baru sesudah rekaman adegan intim itu beredar luas, Maria tiba-tiba kebajiran order.
Hari-hari ini dia kerap tampil di layar televisi. Jumat pagi pekan lalu, misalnya, dia diundang sebuah stasiun televisi swasta. Di situ penyanyi dangdut ini melantunkan tembang I Feel Good dari James Brown yang nge-beat.
Singkat ceritera, dunia Maria Eva kini mulai meriah.
Wenselaus Manggut, Sutarto, Rini Kustiani
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo