Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Satu Surya di Vista Bella

Nama Surya Paloh terbawa-bawa dalam transaksi pengalihan piutang di PT Timor. Karena kedekatannya dengan pemilik Vista Bella.

11 Desember 2006 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dua pria itu memiliki kemiripan nama: Surya Dharma Paloh dan Taufik Surya Darma. Surya pertama seorang pengusaha sukses pemilik Grup Media dan politisi senior. Surya kedua adalah pria muda pemilik hak tagih atas utang senilai Rp 4,6 triliun di produsen mobil PT Timor Putra Nasional.

Keduanya memiliki hubungan yang dekat. Beberapa orang di lingkaran Surya Paloh bahkan menyebut Taufik adalah ”orang kepercayaan” Ketua Dewan Penasihat Partai Golkar itu. Taufik disebut-sebut terlibat dalam pembangunan Hotel Sheraton Media milik Paloh. Ia pun berperan saat Paloh membangun Metro TV.

Taufik memang bukan sosok yang asing bagi kalangan di Grup Media. Sejumlah karyawan di kantor itu mengaku sering melihat dia bersama dengan ”Bang Surya”—panggilan Paloh di lingkungannya. Kendati begitu, Henny Puspitasari, Manajer Publikasi dan Humas Metro TV, menyatakan: ”Dari data di bagian sumber daya manusia, Pak Taufik tidak pernah tercatat menjadi karyawan di sini.”

Kedekatan itu pula yang barangkali membuat Paloh disebut-sebut berada di belakang pembelian piutang di PT Timor oleh PT Vista Bella Pratama, perusahaan Taufik yang melakukan transaksi senilai Rp 446 miliar pada 30 April 2003.

Pembelian itu membuat Vista berhak atas penagihan Rp 4,6 triliun utang PT Timor yang semula dipegang Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN). Ini adalah utang Timor dari sindikasi belasan bank untuk membiayai proyek mobil nasional pada 1997 silam (lihat Duel Merebut Duit Timor, Tempo 10 Desember 2006).

Kepada Tempo, yang menghubunginya pada Jumat pekan lalu, Taufik Surya Darma tak menampik kedekatannya dengan Paloh. ”Tapi kan tidak berarti kami bekerja sama atau memiliki hubungan bisnis,” kata pria itu. Sejumlah dokumen yang dapat dikumpulkan Tempo memang tidak menunjuk kaitan Surya Paloh dengan perusahaan itu.

Menurut akta pembentukannya, Vista Bella didirikan pada April 2002 oleh Mohammad Hartono Fauzan dan Nyonya Chatarina Widayanti. Di situ tertulis, Vista dibuat sebagai usaha di bidang perdagangan, pemborongan dan kontraktor umum, usaha real estate, industri mebel, makanan dan minuman, serta peternakan dan pertanian.

Modal dasar perusahaan itu Rp 1 miliar, diwujudkan dalam 1 juta lembar saham. Fauzan—tercatat sebagai direktur—menguasai 300 ribu lembar. Chatarina, yang ditulis sebagai komisaris, memiliki 200 ribu saham. Sisanya akan ditawarkan kepada pihak lain. Tak sampai setahun, perusahaan itu beralih tangan. Pemilik barunya adalah Taufik Surya Darma. Ia menggandeng Alfian Sanjaya sebagai komisaris. Jual-beli saham ini dilakukan pada 12 Maret 2003.

Dalam akta tentang perubahan kepemilikan saham Vista, tertulis: ”Komisaris setuju direksi membeli aset BPPN yang tidak terbatas pada pembelian aset inti korporasi.” Hanya sebulan setelah pengalihan, perusahaan yang tegak dengan modal dasar Rp 1 miliar itu mampu membeli piutang di PT Timor senilai Rp 446 miliar dari BPPN.

Pembelian itu meliputi seluruh hak tagih, manfaat, serta kepentingan lainnya berdasarkan perjanjian kredit dan dokumen jaminan atas nama Timor. Jumlah utang tertunggak PT Timor, dalam dokumen yang diperoleh Tempo, berjumlah Swiss Franc 4,75 juta, Deutsche Mark 25,43 juta, Rp 910 miliar, dan US$ 331 juta—semuanya setara dengan Rp 4,3 triliun.

Toh, ihwal perusahaan baru di bawah kendali Taufik ini diwarnai sejumlah hal yang masih gelap. Alamat kantornya di Ruko Muarakarang Raya Blok Z-3-S nomor 47, Pluit, Jakarta Utara, yang tercatat dalam lembar dokumen BPPN yang diperoleh Tempo, ternyata fiktif belaka. Penelusuran majalah ini ke lokasi kantor tersebut membuktikan, jangankan kantor, bangunan nomor 47 pun tidak terdapat di blok tersebut yang semua rukonya bernomor genap.

Ketika hal itu ditanyakan kepada Taufik, dia hanya menjawab dengan tertawa (lihat Yang Gelap dari Vista Bella, Tempo 10 Desember). Menurut orang dalam Vista, perusahaan tersebut memang hanya ”dipinjam pakai” oleh lima pemilik modal asing untuk membeli aset di BPPN. Empat orang Singapura, satu dari Venezuela. Pemilik modal terbesar bernama Tommy Kow, manajer keuangan dari Singapura yang menyetor Rp 200 miliar. Mereka membentuk Amazonas Finance dan Wedingley Capital.

Vista hanya dijadikan kendaraan tumpangan oleh Taufik untuk membeli piutang BPPN. Itu sebabnya, Vista Bella kembali mengalihkan piutang kepada pembeli aslinya, yaitu Amazonas dan Wedingley, pada Februari 2005. ”Kami memang memakai Vista untuk menghindari penggunaan entitas asing saat melakukan transaksi dengan BPPN,” seorang sumber di Vista membeberkan sejumlah informasi kepada wartawan majalah ini.

Sampai di sini, memang hanya ada satu Surya, yaitu Taufik Surya Darma, yang berkaitan dengan Vista Bella. Namun Tempo juga memperoleh informasi lain. Menurut sumber di Kementerian BUMN, beberapa orang yang dekat dengan Surya Paloh gencar melobi agar deposito senilai hampir Rp 1,3 triliun atas nama PT Timor di Bank Mandiri segera bisa dicairkan.

Uang satu triliun lebih itu adalah kumpulan hasil penjualan mobil Timor sejak 1997. Ditampung di rekening khusus, dana itu sebenarnya dikumpulkan untuk mencicil utang PT Timor kepada belasan bank pemerintah—sebagian di antaranya kemudian melebur ke Bank Mandiri.

Belakangan uang itu menjadi bahan sengketa antara pemerintah dan PT Timor. Pemerintah, yang menganggap perusahaan milik anak mantan presiden Soeharto, Hutomo Mandala Putra alias Tommy, itu mengemplang pajak Rp 3 triliun, berusaha menahannya.

Di antara yang ikut melobi ke Kementerian BUMN agar uang bisa cair adalah tokoh yang ikut menandatangani iklan dukungan kenaikan harga minyak, tahun lalu. Dia memang dikenal dekat dengan Paloh.

Dimintai konfirmasi soal ini, Taufik Surya Darma menepisnya. ”Kami tidak pernah memerintahkan kepada pihak lain untuk mendesak pencairan duit di Bank Mandiri.” Namun, ia membenarkan banyak pihak yang mengaku bisa membantu pencairan uang dan menawarkan bantuan kepadanya.

Surya Paloh, yang sedang berada di luar negeri, berhasil dihubungi Tempo pada Sabtu siang. Pengusaha sekaligus Presiden Komisaris Metro TV itu membantah dengan tegas dirinya bersangkut-paut dengan urusan Vista Bella. ”Saya marah dan sedih kalau disuruh mengakui sesuatu yang tidak pernah saya lakukan. Saya tidak ada hubungan apa pun dengan pembelian Vista Bella. Dan kalaupun ada, apa salahnya?” ujarnya dalam nada tegas.

Soal lobi-lobi yang masuk Kementerian BUMN, Paloh menandaskan: ”Saya sama sekali tidak ada kaitan dengan semua itu.” Lalu dia menambahkan: ”Buktikan saja semua itu. Kalau saya bersalah, silakan tembak!”

Taufik Surya Darma juga berkeras membenarkan pernyataan ”Bang Surya”. Katanya, anggota konsorsium sama sekali tak berkaitan apa pun dengan Surya Paloh.

Budi Setyarso

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus