Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Di Belakang Mahesh Yogi

Maharishi Mahesh Yogi, pemimpin grup meditasi dari India, berkunjung ke Bali untuk mengajarkan transendental meditation. Kalangan hindu di Bali mengkhawatirkan para pengikut meditasi ini. (ag)

4 Agustus 1979 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BANYAK kesan ditinggalkan Maharishi Mahesh Yogi, dalam kunjungan tujuh hari di Bali awal Juni kemarin. Maharishi, orang yang mengajarkan Transendental Meditation ini (TEMPO, 22 Mei 1976), datang ke Bali melancarkan suatu promosi besar-besaran untuk "mencapai ketenangan nirwana" lewat ajaran meditasinya. Sejumlah petani asal Pujungan datang menjumpai Maharishi di tingkat delapan Hotel Bali Beach Sanur. Mereka dijamu a la Hotel. Petani umumnya tidak tahu hotel, maka tak ternilai harganya bisa datang di hotel mewah dengan tangga otomatis. Pengalaman yang tak pernah mereka mimpikan itu malah masih dibumbui satu harapan yang ditunggu. Kalau mungkin, mereka akan tahu India. Maharishi konon sudah menawarkan buat mereka. Tapi beberapa tokoh agama Hindu di Bali menyayangkan perlakuan yang kurang bijaksana itu. "Maharishi tidak mengukur kejiwaan. Hindu di Bali dengan Hindu di India, kolektifnya tidak sama. Dengan perlakuan demikian mereka bisa shock," kata I Gusti Ketut Kaler, Kepala Bidang Bimas Hindu dan Budha Kanwil Agama Prop Bali. Dalam brosur TM disebutkan bahwa TM bisa dipelajari semua umat beragama. Sebab TM bukan agama, bukan kebathinan atau filsafat. Bersemedi 20 menit sebelum sarapan dan 20 menit sebelum makan malam, merupakan kebiasaan kalau sudah mempelajari meditasi ini. Teknik TM bisa dipelajari mulai umur 6 tahun. Memang hebat. Cara ini, kata iklan, bisa menyelesaikan bermacam persoalan. Menyembuhkan tekanan darah tinggi, kecanduan alkohol, kekurangmampuan sex. Otot yang tegang, otomatis kendor. Maka seseorang yang sudah ber-TM bisa bekerja lebih kreatif, harmonis dan damai. Bahkan terluput dari gangguan penyakit menular serta bencana alam/badai. Mana tahan? "Meditasi sesungguhnya tergantung pada pembawaan orangnya," kata I Made Suparta (21 tahun), asal Desa Pujungan. Ia memang peserta, malah sudah tergolong calon guru. Meditasi dipelajarinya sejak Juni, waktu libur sekolah. Ada perubahan? Ada. Konsentrasi lebih baik. "Menulis karangan biasa pergunakan orek-orek dulu, tapi sejak meditasi bisa mencurahkan buah fikiran langsung tanpa orek-orek." Tapi ia sendiri juga belum tahu konsentrasi itu timbul apa karena meditasi atau karena libur sekolah. Di Desa Tonja lain lagi. Ketika Maharishi datang, para petani banyak tidak mengerti. Apa maksudnya meditasi itu? Walaupun yang diundang tergolong pemuka agama Hindu, mereka lebih banyak mengatakan tidak mengerti. Malah ada yang was-was. Apa hubungan meditasi dengan agama Hindu? Dalam brosur yang beredar di masyarakat, memang meditasi seolah berdiri sendiri, diawasi oleh sebuah Yayasan. Di Bali bernama Yayasan Darma Jaya, diketuai seorang dokter bernama dr. Ida Bagus Narendra MPH. Tapi pelajaran ini sebenarnya mencungkil salah satu ajaran Hindu, dipelajari secara ilmiah. Menurut I Gusti Ketut Kaler, Kepala Bidang Bimas Hindu dan Budha Kanwil Agama Prop Bali, meditasi yang dimaksud itu sesungguhnya sama dengan semadi dalam agama Hindu, satu pelajaran tingkat tinggi yang jarang bisa dilakukan. Hanya saja cuplikan Hindu itu hanya diambil meditasinya tanpa memperhitungkan Agama dalam arti upacaranya, hari rayanya dan sebagainya. Yang jelas, kehadiran TM di tengah masyarakat Bali sekarang ini mendapat pengawasan dari kalangan Hindu. Menurut Kt Kaler, pengurus Yayasan sudah dipanggil supaya tidak menyimpang dari anggaran dasar yang dipedomaninya. Sedang kalau masuk di desa-desa supaya memperhatikan keadaan masyarakat Bali dengan adat istiadat desanya. Pabrik Sekjen Parisadha Hindu Dharma Pusat, Wayan Surpha, punya rasa khawatir. Jangan-jangan pengikut meditasi model ini akan merasa super. Akan berkurang gairahnya untuk bersembahyang sesuai dengan kepercayaan agama. Misalnya, kebutuhan pergi ke pura menipis. 'Kan sudah bermeditasi? Tapi disamping menyebarkan ajaran, pihak TM konon sudah ada rencana membuat semacam proyek. Namanya Proyek Sidha Land. Di Bali, direncanakan dibangun di Desa Tonja. Pabrik ini akan menampung sekitar 6.000 karyawan -- semuanya yang sudah masuk TM. Tapi betulkah itu? Kepala Desa Tonja, Teken, tak mau buka bicara soal pabrik -- entah pabrik apa -- yang akan didirikan di desanya. Juga Ketua Yayasan Darma Jaya dr. Ida Bagus Narendra Mph. "Sekarang kami sedang mencari bentuk," katanya. Tak jelas bentuk apa. Yang jelas, grup-grup sebangsa TM ini, yang kemunculannya ada hubungannya dengan apa yang disebut sebagai kehausan rohani di Barat dan kelihatannya memang mula-mula diciptakan untuk dijual kepada mereka, suka juga menggunakan cara-cara yang menggiurkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus