RUMAH Liem Sioe Liong di Kampung Niu Cay, Kecamatan Hai Gou, Fuqing, merupakan rumah yang paling megah di desa itu. Terletak di tanah seluas sekitar 2.000 m2, rumah bertingkat dua itu memang sangat berbeda dengan rumah-rumah lain di desa itu yang kebanyakan berdinding batu cadas kelabu. Sepasang patung kielin (binatang keramat Cina) menghiasi puncak rumah itu. Ada juga patung burung hong di pojok atas rumah. Untuk menuju rumah ini, orang harus melintasi jalan batu yang berdebu dan sempit sepanjang tiga kilometer dari jalan besar. Ada dua buah bangunan di halaman yang berpagar tembok setinggi 2,5 meter dengan pintu pagar kayu hitam itu. Di sebelah kiri ada rumah kecil dari batu cadas yang terdiri dari tiga ruangan, masing-masing 2,5 X 4 meter. Di rumah beratap rendah seluas 30 m2 inilah Liem Sioe Liong lahir. Bangunan yang dipertahankan keasliannya itu kini dijadikan tempat tinggal saudara sepupu Liem Sioe Liong, Liem Chu Zhie, yang menjaga rumah. Bangunan utama yang bertingkat itu didirikan pada 1952, dan baru direnovasi pada 1989. Memasuki ruangan utama, enam buah foto hitam putih berukuran 50 X 60 cm terpasang di dinding, hampir menyentuh langit-langit. Di sebelah kiri foto kakak ipar, ibu, dan nenek Liem Sioe Liong. Di sebelah kanan terpasang foto abang, bapak, dan kakeknya. Seakan melengkapi ke-"modern"-an rumah ini, di bagian kiri rumah yang berlantai tegel cokelat itu ada kamar mandi, lengkap dengan wastafel, kloset, dan bak mandi. Hampir setiap hari selalu saja ada tamu yang berkunjung ke rumah ini. Mereka datang dari daerah sekitar Fujian. "Sama seperti kalian, mereka datang, melihat, dan bertanya-tanya," kata Chen Ku Che, suami Liem Chu Zhie. Tampaknya, mereka datang karena mendengar ketenaran Liem Sioe Liong. Untuk para tamu itu, di ruang tamu yang berukuran 5 X 10 m itu selalu tersedia apel, jeruk, pisang, rokok, dan tentu saja juga teh. "Setiap bulan selalu ada kiriman uang dari Hong Kong," tutur Chen Ku Che. Liem Chu Zhie menuturkan, Liem Sioe Liong pergi bersama abangnya meninggalkan kampung halamannya menuju Kudus, Jawa Tengah, tempat seorang pamannya tinggal, pada 1938. Tatkala itu ia berusia 20 tahun, dan baru menikah enam bulan. Sekarang sang istri tinggal di Hong Kong, dan telah mengangkat anak angkat perempuan, yang kini tinggal di Amerika. Liem Sioe Liong terakhir pulang pada 1961, dan tinggal di Fuqing selama dua bulan. Kini, 29 tahun kemudian, barulah Liem Sioe Liong menengok lagi rumah kelahirannya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini