Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Pulang kampung, setelah 30 tahun

Setelah hampir 30 tahun, liem sioe liong bersama adiknya liem sioe liong dan lim wen ching mengunjungi tanah kelahirannya di fujian, rrc. mereka membantu membangun gedung sekolah, jalan, dll.

24 November 1990 | 00.00 WIB

Pulang kampung, setelah 30 tahun
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
SANG Saka Merah Putih berkibar di Kota Fuqing, sebuah kota kabupaten di Provinsi Fujian, RRC, Sabtu 3 November lalu. Bukan untuk menyambut kedatangan Presiden Soeharto (yang baru pada 14 November lalu mendarat di Beijing). Bukan pula untuk menyambut pulihnya hubungan diplomatik RI-RRC. Hari itu, Fuqing memang kedatangan seorang tamu agung dari Indonesia: taipan Liem Sioe Liong alias Sudono Salim. Liem mungkin memang layak disambut besar-besaran. Bukan karena ia memang seorang "duta" dari Indonesia. Atau karena ia termasuk salah satu orang terkaya di dunia. Tapi juga karena ia seorang "putra daerah" Fuqing. Pada 1938, 52 tahun yang silam, pemuda Liem Sioe Liong -- waktu itu berusia 20 tahun -- bersama seorang abangnya meninggalkan Fuqing dan berlayar menuju Kudus, Jawa Tengah, tempat seorang pamannya tinggal. Kini, sebagai seorang putra daerah yang termasuk orang terkaya di dunia, Liem ternyata tak pernah melupakan kampung halamannya. Ia telah membangun sekolah, jalan, pabrik-pabrik, dan berbagai proyek sosial di Fujian, yang berarti memberi pekerjaan buat ribuan orang. Maka, bisa dimengerti bila hari itu Fuqing berhias habis-habisan buat menyambut kedatangan putra daerah itu. Bendera-bendera kecil merah, biru, kuning, dan hijau direntangkan di atas jalan-jalan utama. Di pinggir jalan digelar juga bendera berwarna-warni. Spanduk merah bertuliskan "Selamat Datang Liem Shao Liang, Liem Wen Ching, dan Liem Shao Kan", yang dipasang di sepanjang jalan, membuat suasana Fuqing yang berpenduduk 103 ribu itu tambah semarak. Kedatangan Liem Sioe Liong (Liem Shao Liang dalam dialek Fujian) memang tidak sendirian. Ia disertai adiknya, Liem Sioe Kong (Liem Shao Kan) dan Liem Wen Ching alias Djuhar Sutanto, salah seorang mitra bisnis Liem Sioe Liong yang juga berasal dari Fuqing. Di tapal batas kota memasuki Kota Fuqing, sebuah gapura berwarna cokelat didirikan untuk menyambut sang tamu agung. Sebuah gapura merah juga didirikan di mulut jalan menuju rumah Liem Sioe Liong, yang terletak di Desa Niu Cay, Kecamatan Hai Gou, sekitar 15 km dari Fuqing. Desa itu terletak sekitar 3 km dari jalan besar, dan hari itu spanduk merah dan umbul-umbul terpajang di sepanjang jalan tersebut. Sang Dwiwarna -- sendiri dikibarkan di depan Hotel Rong Chiao, hotel terbesar di Fuqing, mengapit bendera RRC berwarna merah, bersama bendera hotel yang berwarna kuning telur. Di hotel bertingkat tiga yang punya 101 kamar inilah rombongan Liem tinggal selama kunjungannya di Fuqing. Hampir semua warga Fuqing tampaknya tahu kedatangan tamu agung itu. Para sopir taksi tahu. Orang-orang di pinggir jalan juga tahu. Malah mereka yang tinggal jauh dari Fuqing pun tahu. "Semua orang tahu, Liem Sioe Liong mau datang. Dia orang terkenal di sini," ujar Yu Zhaoxing, yang tinggal di sebuah daerah pertanian, 70 km dari Fuzhou, ibu kota Fujian. Sebenarnya, jauh sebelum Liem Sioe Liong datang, gelegak untuk menyambutnya sudah dimulai. "Liem Sioe Liong sudah 20 tahun lebih tidak pulang, dan kami siap untuk menyambutnya jika dia datang," ujar Yen Ming, kepala sekolah guru (SD) Fuqing. Sekolah yang terletak di daerah perbukitan ini berdiri sejak 1986, menempati tanah seluas 13 hektare, dan terdiri dari tujuh bangunan bertingkat tiga. Pembangunannya, kata Yen Ming, dibiayai oleh Liem Sioe Liong sebesar 10 juta yuan (1 yuan = Rp 407). Sekolah terbesar di Fuqing ini punya asrama untuk 1.000 siswa dan 100 guru, juga sebuah lapangan basket in-door yang diberi nama Chien Sen Kuan. Untuk menyambut kedatangan Liem Sioe Liong, sejak beberapa pekan sebelumnya, para siswa sekolah itu bergotong royong meratakan tanah. Mereka juga sudah berlatih menabuh genderang untuk menyambut sang tamu dermawan. "Kalau dia datang dan memberikan sumbangan lagi, kami akan membangun lagi," ujar Yen Ming kepada TEMPO, pertengahan Oktober silam. Sekolah lain yang mendapat sumbangan Liem bersaudara adalah sebuah SD Yen Chai Siao Shie, yang terletak di jalan menuju rumah Liem. Di sekolah yang menerima sumbangan 5 juta yuan pada 1982 ini terdapat dua aula, yang diberi nama Kui Sun Tang dan Kui Sun Lho, sebagai peringatan buat ibu Liem Sioe Liong yang bernama Kui Sun. Jejak Liem Sioe Liong di Fujian tidak hanya berupa rumah atau sekolah. Kabarnya ia, bersama Djuhar Sutanto, ikut menyumbang pembangunan jalan utama di Fuqing, Yuan Hong, yang diaspal hot mix, sepanjang 15 km. Namun, bila nama Liem Sioe Liong berkibar tinggi di Fujian, tentulah itu berkat bendera yang dikereknya lewat Rong Chiao Industrial Group. Grup ini terdiri dari sekitar 30 orang pengusaha asal Fujian yang kini bermukim di beberapa negara. Kabarnya, ada enam orang yang paling menonjol dalam kelompok ini, yakni Liem Sioe Liong, Djuhar Sutanto, Eddy Pesik, Setyo Atmojo, Lin Tzu Chin, dan Hendrik Honosutomo. Kelompok Rong Chiao ini, di kalangan bisnis, dikenal juga sebagai "Fujian Clan". Mereka pernah mengadakan seminar di Singapura pada 1988. Tujuan grup ini adalah untuk ikut menciptakan iklim investasi yang baik di Fujian. Mereka sendiri telah banyak menanamkan modal di provinsi kelahiran mereka ini. Kelompok ini punya beberapa pabrik. Antara lain Guan Yuan Light Industry, yang terletak di daerah Shangzeng Honglu, dekat Fuqing, pabrik sepatu dan bunga kain sutera. Kedua pabrik Guan Yuan (artinya: juara) ini berdiri di atas areal 50 ribu m2, mulai beroperasi sejak 1987 dengan nilai investasi 50 juta yuan. "Dua puluh persen saham pabrik ini dipegang oleh pemerintah, dan sisanya oleh Rong Chiao," ujar Yang Ju Hui, asisten manajer pabrik ini, yang berasal dari Bandung. Selama tiga tahun pertama, pabrik ini memperoleh pembebasan pajak dari pemerintah RRC. Pabrik sepatu Guan Yuan sendiri menempati empat blok bangunan, dan terdiri dari empat line produksi, dan menghasilkan sepatu olahraga. Dengan 15 jam kerja, pabrik ini menghasilkan 15 ribu pasang sepatu sehari. Sedang untuk model cool cement (sol menjadi satu dengan tubuh sepatu), ada tiga line, dengan kapasitas 4.500 pasang sehari. "Hampir semua produksi diekspor ke Amerika lewat Hong Kong," ujar Yang. Pabrik ini memproduksi berbagai macam merek: Ballons, Kapers, Candies, Landrover, dan Kickers. Tercatat ada 1.400 buruh bekerja di pabrik sepatu ini, dengan gaji rata-rata 200 yuan per bulan. Di sebelah pabrik sepatu, berdiri pabrik bunga kain sutera. "Hasilnya diekspor ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia," kata Zheng Guang En, yang menjabat wakil direktur. Pabrik ini memproduksi dua ribu desain kembang sutera. Dan tentu saja, termasuk dalam daftar investasi Fujian Clan ini adalah Hotel Rong Chiao di Fuqing tadi. Hotel dengan 101 kamar ini (tarif US$ 50 sampai US$ 150) punya satu-satunya diskotek di Fuqing. Selain itu juga ada business center, serta shopping arcade yang masih sepi dari pembeli. Namun, proyek Rong Chiao yang termegah tampaknya adalah Yuan Hong Garden di Fuzhou. Terletak di lokasi yang strategis, di dekat pusat pertokoan Fuzhou, proyek ini direncanakan akan selesai pada 1992. Yuang Hong Garden nantinya akan terdiri dari satu bangunan perkantoran bertingkat 30 dan tiga bangunan apartemen bertingkat 21. Apartemen yang nantinya akan diberi nama Narcissus Court, Peony Court, dan Rose Court itu menawarkan tiga jenis pilihan: 84 m2, 112 m, dan 213 m2. Kamar-kamar yang mewah itu dilengkapi dengan fasilitas kolam renang dan taman di tiap blok. Dalam brosur empat halaman yang dibagikan, Yuan Hong Garden disebut sebagai "Dunia yang Terpisah". Selain memiliki hotel, perkantoran, apartemen, pabrik, dan sebagainya tadi, kelompok Rong Chiao (yang segera akan berganti nama menjadi China Pacific) dikabarkan juga mempunyai berbagai rencana investasi lain di Fujian. Ada yang menyebut-nyebut rencana pembangunan pabrik layar monitor bersama pengusaha Taiwan. Kabarnya, mereka juga ditawari membangun jalan tol di Fuzhou. Tentu saja, bukan ikatan kampung halaman saja yang membuat "Fujian Clan" menanamkan modal di provinsi ini. Mereka agaknya juga mencium bau keuntungan. Prospek investasi di Fujian tampaknya memang cukup cerah. Provinsi di daerah Cina selatan dengan penduduk hampir 29 juta ini tiap tahunnya saja dikunjungi 600 ribu wisatawan, sebagian besar dari Hong Kong dan Taiwan (baca juga Setelah 10 Tahun Buka Pintu). Dengan kualitas investasi yang begitu besar (sebuah sumber mengungkapkan, Grup Rong Chiao telah menginvestasikan dua milyar yuan di Fujian), bisalah dimaklumi bila kedatangan Liem Sioe Liong disambut bagaikan raja. Lihatlah sambutan terhadapnya tatkala pada 30 Oktober lalu ia tiba dari Hong Kong. Di bandara Fuzhou, ibu kota Fujian, rombongan Liem yang berjumlah 40 orang disambut oleh Gubernur Fujian Wang Chao Kuk, Ketua DPRD Chen Xi, dan Wali Kota Fuzhou Sien Chin Bing, langsung di bawah tangga pesawat terbang. Turut menyambut drum band 40 siswa yang berseragam hitam putih dengan selempang merah. Dari bandara, iring-iringan empat limusin Mercedes Benz 300 SER dan enam bis mini itu, didahului mobil polisi yang membunyikan sirene, langsung menuju Hotel Lakeside, yang memang terletak di pinggir Danau Si Fu. Khusus untuk Liem Sioe Liong, disediakan mobil dengan nomor keberuntungan Cina, 0008. Tiba di hotel, Liem disambut karangan bunga merah jambu dari seorang gadis kecil. Sambil mengangkat bunga itu ke depan dada dan menggoyang-goyangkannya dengan kedua tangannya sebagai salam Cina, Liem berjalan melewati permadani merah masuk ke hotel, disambut tepuk tangan puluhan penyambut, yakni para warga kelas atas Fuzhou. Selain Liem Sioe Liong, adiknya Liem Sioe Kong, dan mitra bisnisnya Djuhar Sutanto, juga memperoleh karangan kembang. Apa tujuan kunjungan Liem Sioe Liong dkk? "Saya datang ke sini sudah memberi tahu Pak Moerdiono. Saya datang untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan ekonomi," kata Liem Sioe Liong pada TEMPO seusai acara sambutan itu. Menurut dia, Fujian sudah banyak berubah. "Sudah 30 tahun saya tidak pulang," tambahnya. Malam harinya, Liem Sioe Liong dkk. menghadiri jamuan makan malam di kediaman Gubernur. Dalam jamuan itu, Gubernur Wang Chao Kuk menyatakan, masyarakat Fujian menyambut hangat kedatangan Liem. Tahun 1990 adalah tahun yang menentukan bagi Fujian untuk masuk dunia internasional. "Untuk itu, Fujian membutuhkan kerja sama dan bantuan dari luar negeri," ujar Wang. Dalam sambutan balasannya, Liem Sioe Liong mengatakan bahwa sejak dahulu telah terjalin persahabatan antara rakyat Tiongkok dan Indonesia. Normalisasi hubungan diplomatik kedua negara sejak Agustus lalu tentu akan mempererat hubungan antara kedua negara. "Dalam bidang perdagangan dan perekonomian pasti akan ada kemajuan baru," kata Liem. Hari-hari berikutnya, acara buat Liem dkk. adalah kunjungan-kunjungan. Sebelumnya, di hari kedua, di Hotel Lakeside, pemda Fujian -- dipimpin Wagub Chen Ming Ie -- memberi penjelasan, termasuk pemutaran film khusus, tentang keadaan ekonomi Fujian. Tempat yang dikunjungi rombongan, antara lain, pelabuhan Mawei dan daerah wisata Ku San. Dalam setiap perjalanan, rombongan tadi selalu dikawal mobil polisi yang meraungkan sirene. Sebelum meninggalkan Fuzhou, Liem sempat menyelenggarakan jamuan makan malam balasan buat para pejabat Fujian di Hotel Lakeside. Untuk sekitar 400 undangan disediakan 50 meja. Seusai makan malam, setelah Gubernur pulang, rombongan Liem menyaksikan sandiwara klasik Cina yang mengambil lakon Pagoda Mutiara. Esoknya, 3 November, dengan dilepas resmi oleh Gubernur Fujian, barulah Liem dkk. meninggalkan Fuzhou menuju Fuqing. Mereka masuk Hotel Rong Chiao. Esoknya, barulah rombongan meninjau pabrik-pabrik kelompok Rong Chiao. Akhirnya, pada 5 November, barulah Liem Sioe Liong berkunjung ke rumahnya di Desa Niu Cay. Rombongan Liem didampingi oleh Wali Kota Fuzhou, berangkat pukul 9 pagi, menuju kantor kecamatan Hai Gou, yang terletak 9 km dari Niu Cay. Di situ ada acara penyambutan yang dipimpin oleh shen cang (camat). Hanya sekitar 15 menit di tempat itu, rombongan yang menumpang empat mobil Mercedes dan enam bis mini itu langsung berangkat ke rumah Liem. Para penduduk berdiri di pinggir jalan menyambut kedatangan rombongan. Begitu tiba di rumah, Liem Sioe Liong langsung mengadakan jamuan makan siang untuk Wali Kota Fuzhou dan para pejabat Fuqing yang ikut datang. Tidak ada penduduk setempat yang ikut dalam acara itu, bahkan kakak sepupunya, Liem Chu Zhie, tidak ikut diundang. Beberapa petugas Hotel Rong Chiao sudah datang sebelumnya untuk mempersiapkan hidangan. Selepas makan siang, barulah para pejabat tadi pulang. Setelah itu, barulah Liem Sioe Liong seperti berada di rumah sendiri. Namun ternyata ia tidak menginap di rumahnya. Tiap malam ia selalu kembali ke Hotel Rong Chiao. Selama di Niu Cay, Liem menerima kunjungan banyak penduduk desa yang berdatangan ke rumahnya. Ia juga menyempatkan diri mengunjungi sejumlah obyek wisata di sekitar Fuqing selama dua pekan tinggal di sana. Pada 17 November lalu, rombongan Liem meninggalkan Fuqing menuju Fuzhou. Malamnya, kembali rombongan Liem Sioe Liong dijamu makan malam, kali ini oleh Sekjen Pemda Fuzhou. Esoknya, barulah mereka meninggalkan Cina menuju Hong Kong. Apakah Liem Sioe Liong punya niat untuk pulang dan menetap di kampung halamannya, di Fujian sana, dan menghabiskan sisa hari tuanya? Jawabnya pada TEMPO, tatkala ia masih berada di Fuzhou: "Untuk apa di sini? Di Indonesia jauh lebih enak, bisa ke Puncak, bisa ke Bali. Anak cucu saya semua di Indonesia. Harta kekayaan saya semua juga di sana." Liston P. Siregar dan Susanto Pudjomartono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus