Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
UNDANGAN mendadak itu diterima Ignasius Jonan lewat telepon seluler sekitar pukul 23.00, Kamis dua pekan lalu. Sang penelepon, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, mengajak dia datang ke rumah dinas di Kompleks Widya Chandra, Jakarta Selatan, pagi keesokan harinya. Jonan memenuhi undangan itu dan tiba tepat pukul 07.30 di Widya Chandra. Soto ayam yang sudah terhidang menjadi menu utama sarapan pagi mereka.
Seusai makan, sembari mengobrol ringan, Pratikno menyampaikan tawaran Presiden Joko Widodo kepada Jonan untuk kembali masuk kabinet. Jokowi memberhentikan Jonan dari jabatan Menteri Perhubungan pada perombakan kabinet pekan terakhir Juli lalu. "Ketika itu, beliau (Pratikno) bilang mungkin saya akan ditugasi lagi," kata Jonan kepada Tempo di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis pekan lalu.
Pratikno, menurut Jonan, mewanti-wanti agar tak menceritakan tawaran kembali masuk kabinet itu kepada siapa pun. "Soalnya, beliau bilang belum tentu jadi, kok," ujar Jonan. Pratikno juga tidak menyebut posisi menteri yang akan ditempati Jonan dan waktu diumumkannya. Pratikno membenarkan kabar bahwa ia bertemu dengan Jonan. "Saya ajak makan bareng sambil ngobrol," katanya.
Setelah pamit meninggalkan rumah Pratikno, Jonan bergegas ke Graha XL di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, untuk menjadi pembicara seminar pejabat di jajaran manajemen dan direktur PT XL Axiata. Sekitar pukul 11.00, seminar selesai. Jonan beristirahat di ruang tunggu Graha XL sambil mengobrol dengan peserta seminar.
Di sela istirahat itu, Jonan mendapat panggilan telepon dari Pratikno. Mantan Rektor Universitas Gadjah Mada ini memintanya datang ke Istana Kepresidenan Jakarta pada pukul satu siang hari itu juga. Tak hanya itu, Pratikno menyuruh Jonan mengenakan jas dan kopiah. "Kok, berpakaian jas lengkap dengan kopiah? Ada apa?" ujar Jonan, menceritakan kembali pembicaraan telepon itu. Pratikno menjelaskan, siang itu juga Presiden akan melantik Jonan sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, beserta wakil menteri. "Saya baru tahu jadi Menteri ESDM, ya, jam sebelas itu," katanya.
Jonan bergegas pulang ke rumahnya di Jalan Prapanca Raya, Jakarta, dan berganti pakaian. Selanjutnya, ia meluncur ke Istana Kepresidenan. Sebenarnya, pada hari itu, pelantikan Menteri Energi tak masuk agenda kegiatan resmi Presiden Jokowi. Seperti biasa, wartawan yang meliput di Istana Kepresidenan mendapat agenda kerja harian Presiden. Hari itu, Presiden hanya memiliki satu agenda, yakni bertolak ke Kalimantan Barat menghadiri Sail Selat Karimata.
Mendadak, menjelang pukul 12.00, beredar surat undangan pelantikan Menteri Energi. Ketika itu, pejabat Istana Kepresidenan masih bungkam. Sekitar pukul 13.00, Jonan tiba di Istana, sudah mengenakan jas. Selang beberapa menit, mantan Menteri Energi Arcandra Tahar juga tiba di Istana. Tepat pukul 13.45, Presiden membacakan sumpah jabatan Ignasius Jonan dan Arcandra Tahar. Pelantikan ini tidak dihadiri Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang sedang melawat ke Makassar. Juru bicara Istana Kepresidenan, Johan Budi Sapto Pribowo, mengatakan persiapan pelantikan sudah dilakukan sejak beberapa hari sebelumnya. "Presiden ingin segera ada Menteri ESDM definitif," ujarnya.
PRESIDEN Joko Widodo sebenarnya sudah "meminang" Ignasius Jonan untuk kembali membantunya sebulan setelah perombakan kedua kabinet. Pada 26 Agustus 2016 atau sebulan setelah reshuffle kedua Kabinet Kerja, Jokowi memanggil Jonan ke Istana Merdeka. Dalam pertemuan empat mata itu, Jokowi meminta pandangan Jonan tentang isu energi, pangan, dan infrastruktur. Di akhir pertemuan selama satu jam itu, Jokowi meminta Jonan bersiap-siap kembali membantunya. "Pak Presiden mengatakan, kalau saya belum ada kegiatan, saya akan diberi tugas," tutur Jonan. Mantan Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia ini menyatakan Presiden belum menawarkan posisi menteri kepadanya pada pertemuan itu.
Sepekan setelah bertemu dengan Jokowi, ia mendapat tawaran menjadi Direktur Utama Perum Bulog dari Menteri Pertanian Amran Sulaiman. "Pak Amran minta saya mempertimbangkan bekerja di sektor pangan," ujarnya. Menurut Jonan, Amran beberapa kali mengingatkannya perihal tawaran memimpin Bulog karena ia tak kunjung memberi jawaban. Belakangan, Jonan menolak posisi tersebut karena merasa tidak sreg. Ketika dimintai konfirmasi, Amran menolak berkomentar. Pertanyaan sudah dikirimkan melalui pesan WhatsApp. Melalui salah satu ajudannya, Amran menyatakan enggan menanggapi pertanyaan tersebut.
Seorang pejabat pemerintahan mengatakan Jonan juga sempat diajak berdiskusi tentang pembenahan di sejumlah badan usaha milik negara, seperti PT Pertamina dan PLN. Tawaran untuk menjadi pemimpin perusahaan negara papan atas itu pun sempat dibahas Jonan dengan orang-orang dekatnya. Ditanyai soal ini, Jonan menyangkal.
Setelah melantik Jonan, Jokowi menceritakan alasan di balik keputusannya. "Ia keras kepala, tapi suka terjun ke lapangan," ujar Jokowi. Presiden juga menyatakan Jonan memiliki kemampuan manajemen di atas rata-rata. "Itu juga menjadi pertimbangan lain," kata Jokowi. Meski tidak memiliki latar belakang soal energi dan sumber daya mineral, Jonan dinilai berani memberantas praktek mafia. Rekam jejak Jonan yang sering bertindak berani saat menjadi Menteri Perhubungan menjadi catatan Presiden.
Sebelum akhirnya memilih Jonan, Istana sempat menimbang sejumlah kandidat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral. Salah satunya mantan Kepala Unit Pengendalian Kinerja Kementerian Energi Widhyawan Prawiraatmadja. Widhyawan juga pernah menduduki posisi Gubernur Organisasi Negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) dari Indonesia. Nama lain yang muncul adalah Triharyo Indrawan Soesilo, Komisaris PT Pertamina pada 2010-2012. Meski nama mereka sempat dibahas, keduanya belum pernah dipanggil ke Istana. Sekretaris Kabinet Pramono Anung enggan berkomentar tentang dua nama kandidat Menteri Energi itu. "Kamu tanya Presiden, ya," ujarnya.
Nama Arcandra Tahar juga sempat menjadi kandidat Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral meski sebelumnya Presiden memberhentikannya dari kabinet akibat status kewarganegaraannya bermasalah. Bagaimanapun, Jokowi pernah terpikat pada Arcandra sehingga memanggil dia saat sedang tinggal di Amerika Serikat untuk pulang ke Indonesia. Sehari sebelum melantik Jonan, Jokowi secara terbuka menyatakan Arcandra merupakan salah satu kandidat Menteri Energi. "Saya sudah punya beberapa nama, termasuk Pak Arcandra Tahar," kata Jokowi.
Arcandra tersandung masalah dwi-kewarganegaraan ketika dilantik menjadi Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral menggantikan Sudirman Said pada perombakan kedua kabinet, akhir Juli lalu. Baru 20 hari Arcandra menduduki kursi menteri, Jokowi mendepaknya. Setelah pencopotan itu, Jokowi menugasi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly dan Menteri Sekretaris Negara Pratikno membereskan status kewarganegaraan Arcandra.
Presiden juga melobi parlemen agar jalan Arcandra mulus jika diminta kembali masuk ke pemerintahan. Belakangan, lewat proses supercepat, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mengeluarkan Surat Keputusan Nomor AHU-1 AH.10.01 Tahun 2016 tentang kepemilikan warga negara Indonesia bagi Arcandra. Setelah masalah kewarganegaraannya beres, Arcandra kembali masuk kabinet meski tidak menjadi menteri. Keputusan penambahan posisi wakil menteri ternyata sudah dibahas di lingkungan Istana dalam beberapa bulan terakhir. Salah satunya pada Kementerian Energi.
Johan Budi mengatakan posisi wakil menteri dibentuk karena Kementerian Energi memiliki ruang lingkup kerja yang besar, bukan semata-mata untuk mengakomodasi Arcandra. Selain itu, Presiden menilai Jonan dan Arcandra bisa saling melengkapi dalam memimpin reformasi serta pembenahan di Kementerian Energi.
Selain karena faktor kompetensi, menurut Johan, Arcandra dipilih karena kemampuan manajemennya sangat baik. "Ini sebuah kombinasi yang bagus," ujarnya. Arcandra menyatakan baru mengetahui diangkat menjadi wakil menteri beberapa jam sebelum pelantikan. Ia tidak menyangka Presiden memintanya masuk kembali ke pemerintahan. "Ini keputusan terbaik yang diambil Presiden. Saya siap mengabdi," katanya.
Ananda Teresia, Aditya Budiman
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo