Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JASA lembaga survei banyak dimanfaatkan partai politik ataupun politikus dalam momen pemilihan umum dan pemilihan kepala daerah. Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani, mengatakan pengguna jasa lembaga survei cenderung percaya bahwa survei penting karena bisa mempengaruhi persepsi pemilih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya sendiri tidak percaya itu penting. Tapi banyak politikus percaya,” katanya saat dihubungi Tempo, Rabu, 6 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Saiful, hingga kini masih terjadi perdebatan apakah survei berpengaruh atau tidak ke pemilih. Dia mengakui literatur akademis terbelah soal isu tersebut.
Namun, sepanjang memimpin lembaga survei SMRC, Saiful menuturkan tidak ada bukti bahwa survei mempengaruhi opini publik terhadap calon. Ia mencontohkan saat pemilihan presiden 2024. Sejak 2021 hingga beberapa hari sebelum pencoblosan pilpres 2024, SMRC beberapa kali menyigi. Hasilnya, persepsi publik berubah-ubah.
Misalnya, kata Saiful, Prabowo Subianto pernah unggul dalam survei SMRC pada 2021. Saat itu Prabowo sudah mewacanakan akan berkontestasi dalam pemilihan presiden 2024 sebagai calon presiden.
Namun, kata Saiful, hasil survei berubah dengan keunggulan Ganjar Pranowo sepanjang 2022 sampai awal 2023. Ketika itu Ganjar mulai diwacanakan akan menjadi calon presiden dan disebut-sebut didukung Presiden Joko Widodo. Selanjutnya, Prabowo kembali unggul pada awal 2023 sampai menjelang pencoblosan awal 2024.
Prabowo mulai dideklarasikan berpasangan dengan Gibran Rakabuming Raka—putra sulung Jokowi—pada Oktober 2023 setelah putusan Mahkamah Konstitusi memuluskan jalan Gibran memenuhi syarat pencalonan. Pasangan Prabowo-Gibran juga disokong Jokowi.
Rival Prabowo-Gibran dalam pilpres adalah Ganjar-Mahfud Md. serta Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Prabowo-Gibran diusung Koalisi Indonesia Maju, yang terdiri atas tujuh partai politik.
“Artinya, survei itu tidak mempengaruhi pemilih. Sebab, kalau survei mempengaruhi pemilih, seharusnya Ganjar unggul terus-menerus,” ujar Saiful. “Kalau memang survei mempengaruhi pemilih, berarti calon atau partai politik tidak usah sekalian kampanye dan merilis survei saja.”
Namun Saiful mengakui bahwa survei menjadi penting bagi partai politik dalam pemilihan. Hampir semua partai politik besar mengandalkan survei sebelum menentukan bakal calon mereka. Ia mencontohkan nama Ganjar, Anies, dan Ridwan Kamil muncul karena hasil sigi lembaga survei.
Ridwan juga pernah mengemuka menjadi kandidat calon presiden. Tapi mantan Gubernur Jawa Barat itu justru bergabung ke Partai Golkar dan menjadi anggota tim pemenangan Prabowo-Gibran. Kini ia menjadi calon gubernur berpasangan dengan Suswono sebagai calon wakil gubernur dalam pilkada Jakarta 2024.
Saifull Mujani, pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC). Saifulmujani.com
Menurut Saiful, tidak mungkin ada partai politik yang tiba-tiba mendukung seseorang tanpa melewati survei. Partai politik biasanya meminta survei dilakukan terhadap nama-nama yang beredar untuk menjadi pertimbangan bakal calon mana yang punya kans menang.
“Semua partai besar meminta hasil survei. Untuk itu partai besar memutuskan survei mana yang dipercaya,” ucapnya.
Menurut peneliti senior Populi Center, Usep Saepul Ahyar, meski hasil survei masih diperdebatkan, tidak dimungkiri bahwa hasilnya sedikit-banyak berpengaruh terhadap pemilih apabila diungkap ke publik. Menurut dia, ada keyakinan bahwa hasil survei yang diumumkan bisa menimbulkan efek bandwagon atau efek ikut-ikutan. Efek ini adalah kecenderungan seseorang mengikuti pilihan tertentu karena semua orang melakukannya.
“Secara psikologis, orang cenderung mengikuti hasil yang ramai,” kata Usep saat dihubungi pada Rabu, 6 November 2024.
Selain itu, muncul efek underdog, yakni pemilih malas datang ke tempat pemungutan suara atau mencoblos calon tertentu karena sudah mengetahui hasil lewat survei.
Namun, Usep mengatakan, ada beberapa penelitian bahwa efek bandwagon ataupun underdog tidak berpengaruh. Sebab, masyarakat sejak awal cenderung memilih. Usep menambahkan, keyakinan bahwa survei bisa mempengaruhi publik lantaran partai atau calon mengincar suara pemilih bimbang (swing voter).
Meski survei tidak signifikan mempengaruhi persepsi publik, menurut Usep, hasil survei bisa saja berdampak pada partisipasi pemilih dan angka golongan putih (golput). Ia mencontohkan kasus pemilihan Wali Kota Medan pada 2015, dengan tingkat partisipasi pemilih hanya 25 persen. Angka golput yang tinggi, kata Usep, diduga karena hasil survei yang sudah mengunggulkan pasangan calon tertentu.
“Karena hasil survei memang sudah jauh meninggalkan pasangan lain, masyarakat menganggap, datang-tidak datang, itu pasti menang,” ujarnya.
Usep mengatakan hampir semua pasangan calon dalam pilkada melakukan survei. Selain bertujuan mengukur elektabilitas, survei bisa menjadi pertimbangan pasangan calon dalam mengatur strategi di lapangan. “Dari hasil survei itu kita bisa melihat kecenderungan pemilih inginnya apa untuk kepala daerah yang akan datang. Ini bisa menjadi isu kampanye mereka dan lain-lain.”
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno mengatakan lembaga survei dianggap sebagai instrumen yang bisa membantu calon kepala daerah memetakan plus-minus politik di antara calon.
“Jadi, survei itu sebagai alat bantu untuk mendeteksi kelemahan dan kekuatan calon, termasuk kelemahan serta kekuatan penantang,” ucapnya kepada Tempo, Rabu, 6 November 2024.
Selain melihat dari sisi kandidat, kata dia, partai politik atau calon kepala daerah bisa melihat sejauh mana karakteristik pemilih di sebuah wilayah lewat survei. Misalnya, apakah pemilih di suatu daerah memilih calon karena sederhana, sering turun ke masyarakat, rekam jejaknya, atau sering memberikan bantuan sosial.
“Karakter pemilih seperti ini sangat mudah dideteksi lembaga-lembaga survei,” ujar Adi. “Itulah kenapa lembaga survei sering digunakan partai dan calon kepala daerah.”
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo