Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Forum bicara bebas orang cerdas

Indonesia akan membentuk mensa, forum orang jenius syaratnya iq di atas 141, usia lebih dari 16 tahun didirikan th 1946 di oxfod. kini punya sekitar 100 ribu anggota, yang tersebar di 30 negara.

20 April 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Indonesia akan membentuk Mensa, forum orang jenius. Syaratnya, IQ di atas 141. Ini klub orang cerdas yang suka bicara bebas. ORANG jenius sering memerlukan perlakuan khusus. Sebuah forum -- khusus pula -- disediakan untuk mereka. Mensa namanya. Dalam waktu dekat, paguyuban orang cerdas yang berpusat di London itu akan membuka cabang di Indonesia. Paul Robert Erickson, Atase AL Kedutaan Besar Amerika Serikat, telah ditunjuk direktur eksekutif Mensa Internasional untuk merintis lahirnya wadah manusia berotak brilyan itu di sini. Rencananya, kata Erickson, Juni nanti Mensa akan mengadakan tes psikologi. "Bagi yang merasa punya tingkat kecerdasan hebat bisa mendaftarkan diri," katanya kepada TEMPO. Syaratnya, calon peserta harus mengisi formulir yang akan diiklankan di media terkemuka Jakarta dan membayar biaya tes Rp 10 ribu. Disarankan, usia lebih dari 16 tahun. Maksudnya, agar mereka nantinya bisa "bebas bicara" dengan anggota lain yang sudah dewasa. Calon yang lulus tes akan mendapat tawaran menjadi anggota forum orang-orang cerdas itu. Kira-kira, kata Erickson, dua persen penduduk Indonesia punya tingkat kecerdasan di atas 140. "Jadi, di Indonesia kalau dihitung-hitung paling tidak ada 3-4 juta orang cerdas," katanya. Kini sudah ada sekitar 11 orang Indonesia yang terdaftar sebagai anggota Mensa Internasional. Walaupun cabang Mensa belum dibuka di sini, kata Thomas Thoha, yang pekan lalu mendampingi Erickson, orang Indonesia bisa saja menjadi anggota klub orang jenius itu. Caranya, kata anggota Mensa Internasional sejak 1981 itu, sebelum ada cabang Mensa di Indonesia, pendaftaran dan tes calon anggota seluruhnya diatur oleh kantor pusat Mensa di London. Selama ini, kata Thoha, yang juga salah seorang pemrakarsa, beberapa anggota Mensa di Indonesia sudah pernah mengadakan kegiatan kumpul-kumpul untuk tukar pikiran. Belum ada acara tetap dan topik khusus yang dibicarakan. Kalau Mensa terwujud, kata Thomas Thoha, mungkin banyak pihak bisa memanfaatkannya karena mereka yang punya IQ di atas 140 pasti memiliki daya nalar tinggi. Kemampuan mereka dapat dimanfaatkan untuk memecahkan berbagai masalah secara logis. "Ini adalah manfaat utama organisasi Mensa. Jangan sampai aset ini disia-siakan begitu saja," kata lulusan Teknik Metalurgi dan Mesin Universitas Canberra dan Sydney, Australia, itu. "Dan tak perlu bayar karena Mensa adalah organisasi nonprofit. Murni sukarela," katanya. Secara sepintas, forum orang jenius itu terkesan hanya wadah kumpul-kumpul, hura-hura, atau lobi. Namun, kalau diorganisasikan rapi, anggota forum bisa dimanfaatkan untuk kepentingan umum sesuai dengan kemampuan, minat, dan keahliannya. Para anggota bisa membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan minatnya. Anggota yang ahli komputer mungkin bisa membentuk klub komputer. Demikian pula dengan minat dan keahlian lainnya, seperti matematika, filsafat, hukum, dan sastra. "Kami tak pernah membatasi kegiatan," kata Erickson. Kini, pemrakarsa belum punya bayangan jelas mengenai kegiatan Mensa. "Yang akan menentukan kegiatan adalah para anggota sendiri," kata Erickson. Pengurus hanya membantu agar mereka bisa berkumpul secara reguler. Bisa di pub atau rumah anggota. Di Malaysia, misalnya, anggota Mensa membuat acara tea house meeting mingguan. Mensa didirikan tahun 1946 di Oxford, Inggris, oleh dua pengacara Rolland Berrill dan L.L. Ware. Sampai saat ini, menurut Erickson, Mensa di dunia sudah punya sekitar 100 ribu anggota, yang tersebar di 30 negara. Terbesar di AS sebanyak 50 ribu, disusul Inggris dan Kanada. Di antara negara Asia, Mensa Malaysia tumbuh paling subur. Sementara itu, di negara sosialis seperti RRC, Mensa tampak kurang populer. "Soalnya, dalam kegiatan Mensa, pikiran bebas sangat dihargai," kata Erickson. Mensa Malaysia dibentuk 1983. Anggotanya sekitar 2.500 orang. Pada mulanya, sebagian besar pria. Kini, komposisinya bergeser, wanita naik menjadi 35%. Yang menarik, 70% anggotanya adalah remaja berusia di bawah 21 tahun. Menurut Ketua Mensa Malaysia, Goh Ching Min, sebenarnya ia tak berniat berlomba-lomba dengan negara lain dalam menjaring anggota. "Tujuan pembentukan Mensa adalah untuk mengenal dan menghimpun mereka yang berinteligensi tinggi dalam satu wadah," katanya. Artinya, bukan asal banyak anggota. Lewat wadah itu, katanya, para anggota bisa bertemu dan melakukan pelbagai kegiatan sosial. Mereka bisa berbicara bebas untuk kepentingan bersama atau tukar ide. Ada pula yang ternyata bertemu jodoh di forum orang jenius itu. Dengan empat cabang daerah -- Penang, Taiping, Klang, dan Ipoh -- anggota Mensa Malaysia tampak beragam. Seperti ketentuan dalam konstitusi perkumpulan itu, anggota Mensa tak membedakan pekerjaan, agama, bahasa, suku, dan bangsa. Maka, kata Goh Ching Min, anggotanya ada yang pelajar, direktur perusahaan, atau sopir bis. Yang penting, untuk ukuran Malaysia, mereka harus lulus tes dengan skor di atas 148. Kebetulan, alat tes di semua klub Mensa di dunia sudah standar, yakni dalam bentuk simbol dan gambar-gambar. Untuk mengikuti tes, di Malaysia, mereka yang berusia di bawah 21 tahun cukup membayar M$ 6, dan lebih dari 21 tahun dua kali lipat. Iuran tahunan M$ 40 untuk yang sudah bekerja dan M$ 15 bagi para pelajar. Kecuali sekadar mengobrol, pertemuan klub orang cerdas itu juga sering diisi "bicara bebas" dengan sejumlah tokoh. Mensa Amerika Serikat, misalnya, pernah mengundang bekas Menlu AS Henry Kissinger. Pembicaraan sangat bebas mengenai berbagai hal. Mungkinkah bicara bebas itu di sini? Kiranya bisa, asal bertanggung jawab. Gatot Triyanto, Ivan Haris (Jakarta) dan Ekram H. Attamimi (Kuala lumpur)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus