Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Gelombang Pengungsi Wamena Terus Berlanjut

Pengungsi berkeinginan kembali ke Wamena setelah situasi di sana betul-betul kondusif.

4 Oktober 2019 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Seorang pengungsi asal wamena di tandu tim medis saat tiba dari timika di Lanud Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Rabu lalu. Tempo/Iqbal Lubis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

JAKARTA - Jaminan keamanan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Papua, tidak menghentikan arus pengungsi korban kerusuhan untuk meninggalkan daerah itu. Sampai kemarin, gelombang pengungsi yang hendak meninggalkan Wamena terus berlanjut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejumlah kepala daerah yang masyarakatnya tinggal di Wamena juga berusaha mengevakuasi mereka dari sana. Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan pemerintah provinsi berusaha memulangkan sekitar 50 warga Wamena asal Jawa Barat. "Mayoritas perempuan dan anak-anak. Mereka ingin pulang dulu karena tempat tinggalnya tidak bisa dipakai karena terbakar," katanya, kemarin.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Emil-sapaan Ridwan Kamil-mengatakan pemulangan pengungsi asal Jawa Barat itu atas permintaan mereka. Selain membantu pengungsi, ia mengatakan pemerintah provinsi akan membantu masyarakat asal Jawa Barat yang bertahan di Wamena. "Yang lain pasti saya bantu. Lebih pada ikatan emosional saja karena sebagian bukan ber-KTP Jawa Barat, tapi dulunya jadi warga Jawa Barat," kata Emil.

Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi memastikan 80 pengungsi asal Sumatera Utara dalam kondisi aman di Kompleks Resimen Induk Daerah Militer XVII Cenderawasih, Sentani, Papua. Ia mengatakan jumlah pengungsi Wamena asal Sumatera Utara masih bisa bertambah. Badan Nasional Penanggulangan Bencana Sumatera Utara tengah mendata jumlah mereka. "Banyak juga yang mengungsi ke rumah kerabat atau saudara mereka," kata Edy.

Masyarakat Wamena memilih mengungsi setelah terjadi kerusuhan di sana pada 23 September lalu. Pemantik kerusuhan itu diduga berita bohong tentang guru sekolah menengah di Wamena yang melontarkan ujaran rasial kepada siswanya. Kabar ini membuat ratusan orang berseragam sekolah berunjuk rasa dan bertindak anarkistis. Massa merusak serta membakar rumah, toko, dan kantor pemerintah, serta menyerang masyarakat. Peristiwa ini menyebabkan 31 orang tewas dan 88 orang terluka. Ribuan orang lainnya mengungsi ke Jayawijaya dan Sentani serta memilih meninggalkan Papua.

Hingga kemarin, 4.489 warga Wamena mengungsi ke Jayapura. Dari jumlah itu, 2.876 orang memilih kembali ke kampung halaman mereka di berbagai daerah, seperti di Pulau Jawa, Sulawesi, Sumatera, dan Nusa Tenggara. Sampai kemarin, masyarakat Wamena asal Sulawesi Selatan yang mengungsi ke luar Papua mencapai 155 orang. Lalu pengungsi asal Jawa Timur sebanyak 226 orang, asal Jawa Tengah 72 orang, dan asal DKI Jakarta 54 orang.

Sebanyak 140 pengungsi Wamena asal Sumatera Barat juga mulai diterbangkan ke Padang, kemarin. Komandan Aksi Nasional untuk Krisis Kemanusiaan Wamena, Wahyu Novian, mengatakan, karena jumlah pengungsi Wamena asal Sumatera Barat cukup banyak, sebagian akan diangkut menggunakan pesawat komersial. "Pengungsi dari daerah lain juga sedang dipersiapkan bantuan kapal," kata Wahyu.

Kemarin, pesawat Hercules TNI Angkatan Udara kembali mengangkut 507 pengungsi dari Jayapura ke Makassar. Kepala Dinas Operasi Landasan Udara Hasanuddin, Kolonel Penerbang Bambang Sudewo, mengatakan pesawat Hercules itu sudah empat kali bolak-balik mengangkut pengungsi ke Sulawesi Selatan dan beberapa wilayah di Jawa.

Bambang mengatakan penanganan trauma terhadap pengungsi menjadi prioritas utama. Dinas Kesehatan dan Dinas Sosial Sulawesi Selatan turun tangan membantu menghilangkan trauma pengungsi sebelum kembali ke Wamena. "Mereka berencana ingin kembali ke Jayapura jika situasi sudah kondusif. Banyak yang datang hanya membawa pakaian dan surat-surat berharganya," kata Bambang. AHMAD FIKRI | SAHAT SIMATUPANG | DIDIT HARIYADI | ANT | ARKHELAUS WISNU


Gelombang Pengungsi Wamena Terus Berlanjut

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus