Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Gubernur Bali Pertama Anak Agung Bagus Sutedja yang Hilang Pasca G30S

Ini kisah gubernur Bali pertama, Anak Agung Bagus Sutedja. Simak profilnya, hingga ia hilang pasca tragedi G30S 1965.

16 Agustus 2023 | 12.55 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Anak Agung Bagus Sutedja. wikipedia.org

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Anak Agung Bagus Sutedja adalah Gubernur Bali yang lahir pada 13 Januari 1923. Sutedja adalah putra satu-satunya yang dimiliki oleh Raja Jembrana VII. Mengutip ojs.unud.ac.id, ia dikenal sebagai bangsawan yang dibesarkan di lingkungan Putri Agung Negara, Jembrana. Ia mulai menjabat di tahun 1950-1958. Sutedja mulai menjabat karena adanya keputusan Dewan Pemerintah Daerah sebagai pemimpin badan eksekutif Bali. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan Karier Anak Agung Bagus Sutedja Menjadi Gubernur

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Awal karier Anak Agung Bagus Sutedja dalam pemerintahan Bali dimulai ketika daerah mengalami adanya transisi politik dari era aristokrasi-kerajaan menjadi integrasi dengan Negara Kesatuan Republik Indonesia pasca proklamasi dan Revolusi Kemerdekaan Indonesia. 

Pada 1950-an, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sementara (DPRDS) Bali dibentuk dengan sifat yang menggantikan Dewan Paruman Agung. Dewan Paruman Agung mempresentasikan persekutuan delapan kerajaan di Bali. Sementara untuk ranah eksekutif, lembaga yang bertugas untuk melaksanakan fungsi di Bali segera dibentuk. Di saat itulah, Soekarno memutuskan untuk memerintahkan Sutedja sebagai pegawai negeri sipil di saat usianya masih berusia 27 tahun. Sejak itu, Sutedja mampu menjadi pimpinan lembaga eksekutif di Bali. 

Mengambil dari p2k.stekom.ac.id, Bali memperoleh status provinsi otonomnya pada 1958. Setelah itu, lembaga yang merepresentasikan rakyat di tingkat provinsi mulai dibentuk dengan nama Dewan Perwakilan Rakyat-Gotong Royong (DPR-GR) Daerah Tingkat I (Dati I) Bali. Selanjutnya, pemilihan gubernur segera diselenggarakan oleh DPR-GR untuk memilih kepala daerah yang telah menjadi provinsi. 

Awal mula pemilihan kepala daerah tersebut nyatanya menjadi awal perkelahian politik yang panjang di Bali antara dua kubu. Dua kubu tersebut sebenarnya sama sama bekerja sama dengan partai Sukarno, Partai Nasional Indonesia (PNI). Kedua kubu yang dimaksud adalah I Nyoman Mantik dan Anak Agung Bagus Sutedja. 

Walaupun pertikaian tersebut memiliki waktu yang panjang, Sukarno pada akhirnya tetap memilih Sutedja. Sebab, Sukarno memiliki kedekatan dalam bidang politik dan Sutedja mampu untuk menjalankan tugas pemerintahan pusat dengan baik. Hal tersebut terlihat ketika ia menjadi seorang kepala daerah Bali pada 1950-an. 

Anak Agung Bagus Sutedja Hilang Pasca G 30 S

Pada 1965, Anak Agung Bagus Sutedja berhasil menjadi orang nomor satu di Bali. Namun, keberhasilannya menyebarkan berbagai spekulasi terhadap arah politik di berbagai kalangan ataupun elite politik. Sebab, ia memiliki sikap absolut yang tergaris dalam kebijakannya dan berkiblat pada perintah Presiden Sukarno. Sebelumnya, Sutedja sudah dikenal sebagai orang kepercayaan Sukarno. Pasca G30S, Anak Agung Bagus Sutedja menjadi salah satu orang yang hilang dan tidak diketahui keberadaannya sampai sekarang. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus