Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Hanya SBY <font color=#FF990>dan Allah SWT</font>

Ramai orang mengambil hati Susilo Bambang Yudhoyono agar dipilih menjadi menteri. Ada calon jadi, ada calon sayup-sayup sampai.

14 September 2009 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NURMALA Kartini, 53 tahun, ingat betul pesan yang disampaikan Sjahrir, almarhum suaminya. Mei 2008, dalam keadaan gering, ekonom yang juga anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu berkata: segera nyatakan dukungan kepada Susilo Bambang Yudhoyono agar mencalonkan diri lagi menjadi presiden. Kartini adalah Ketua Partai Perjuangan Indonesia Baru, partai yang dilahirkan Sjahrir.

Kartini heran atas permintaan itu. Pemilihan umum toh masih setahun lagi. ”Apa tidak terlalu pagi?” katanya bertanya-tanya. Namun ia buru-buru melanjutkan, ”Setahu saya, Bang Sjahrir memang suka sekali sama SBY.”

Ketika Sjahrir wafat akhir Juli 2008, amanat itu disampaikan Kartini kepada Yudhoyono yang datang melayat. Tak jelas apa jawaban SBY. Yang pasti, empat bulan kemudian Partai Perjuangan Indonesia Baru mendeklarasikan dukungan kepada Yudhoyono. Dalam pemilu presiden, Kartini juga aktif berkampanye untuk Yudhoyono.

Ia misalnya menjadi pendiri Srikandi SBY—gerakan untuk menyaingi popularitas Megawati Soekarnoputri sebagai pemimpin perempuan. Srikandi adalah organisasi yang menghimpun empat perempuan pemimpin partai politik. Selain Kartini, tiga yang lain adalah Meutia Hatta (Ketua Umum Partai Keadilan Persatuan Indonesia, putri Bung Hatta), Rachmawati Soekarnoputri (Ketua Umum Partai Pelopor, putri Bung Karno), dan Amelia Yani (Ketua Umum Partai Peduli Rakyat Nasional, putri pahlawan revolusi Ahmad Yani).

Peran Kartini, menurut seorang petinggi Partai Demokrat, tak sia-sia. Dia disebut-sebut masuk ”radar” Yudhoyono dalam menyusun kabinet. Kartini sendiri mengaku siap jika dipercaya. ”Saya pernah mengurus partai politik yang penuh rimba raya. Saya tentu siap untuk posisi yang lain,” katanya.

Desas-desus tentang kabinet memang bisa membuat orang gede rasa. Wakil Ketua Fraksi Partai Demokrat di Dewan Perwakilan Rakyat, Soetan Batoegana, menyebut kursi kabinet hanya akan diberikan kepada partai koalisi yang memiliki kursi di legislatif. ”Tak ada yang gratis di dunia ini. Kita kasih kabinet karena kita berharap dukungan di legislatif,” katanya. Secara tersirat Soetan menutup kemungkinan Kartini masuk kabinet karena partai Kartini tak punya kursi di DPR.

l l l

Yudhoyono sendiri masih belum memberi sinyal tentang komposisi menteri dalam kabinetnya mendatang. Saat berbuka puasa di kediaman Ketua DPR Agung Laksono dua pekan lalu, ia mengungkapkan sudah ada ratusan calon menteri yang disodorkan kepadanya. ”Nama-nama yang diunggulkan semuanya bagus-bagus,” katanya. ”Cukup sulit memilih beberapa puluh nama terbaik.”

Sumber Tempo di Cikeas menyebutkan saat ini setidaknya ada tiga lapis kandidat menteri. Lapis pertama adalah kalangan dekat Yudhoyono yang bisa dipastikan akan masuk kabinet. Mereka di antaranya Hatta Radjasa, Sudi Silalahi, bekas Panglima TNI Djoko Suyanto, dan Kuntoro Mangkusubroto. Hatta, yang kini Menteri Sekretaris Negara, sejak awal dinyatakan Presiden akan kembali berkiprah di kabinet.

Sudi, kini Menteri Sekretaris Kabinet, juga akan kembali jadi menteri mengingat ia adalah orang kepercayaan Presiden. Djoko adalah ketua tim sukses Yudhoyono dan karena itu dinilai sangat ”berkeringat”. Kuntoro dipercaya karena sukses membangun Aceh pascatsunami 2004. Di bawah supervisi calon Wakil Presiden Boediono, ia kini memimpin tim kecil menyiapkan program kabinet 2009-2014.

Lapis kedua adalah mereka yang sudah disebut-sebut tapi posisinya ”belum aman”. Dalam kelompok ini, ada juru bicara Presiden Andi Mallarangeng, Rektor Universitas Paramadina Anis Baswedan, ekonom Chatib Basri dan Raden Pardede, pengusaha Chairul Tandjung, serta bekas Ketua Kamar Dagang dan Industri M.S. Hidayat. Adapun kelompok ketiga adalah mereka yang namanya ”sayup-sayup sampai”.

Kandidat menteri di lapis kedua dan ketiga inilah yang kini ”berjuang” agar masuk daftar. Kansnya? ”Hanya SBY dan Allah SWT yang tahu,” kata sumber itu.

l l l

JALAN mendapatkan kursi menteri bermacam-macam. Wakil Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera Agus Purnomo, misalnya, mengaku dititipi seseorang proposal dan biodata Danang Parikesit, profesor transportasi dari Universitas Gadjah Mada. Si pengirim proposal berharap Danang bisa didorong ke kabinet oleh PKS. ”Sudah saya sampaikan ke pengurus PKS bahwa Danang adalah orang muda yang sangat menguasai bidangnya,” kata Agus.

Sejauh ini jatah kursi kabinet buat PKS sudah penuh terisi. Kader partai yang disodorkan partai itu di antaranya Hidayat Nur Wahid (kini Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat), Tifatul Sembiring (Presiden PKS), dan Salim Assegaf al-Jufri (Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi).

Meski demikian, Agus tak menutup kemungkinan bagi Danang. ”Siapa tahu ada request saran, kan kita bisa memberikan nama,” katanya.

Sumber Tempo di Partai Demokrat mengaku juga memperoleh proposal yang menyorongkan Danang. ”Profesionalitasnya tak diragukan lagi,” kata sumber itu. Ia mengaku telah menyodorkan Danang ke Cikeas. ”Saya hanya mengawal dari luar. Saya yakin pimpinan (SBY) melihatnya,” ujar sumber itu.

Danang tak membantah biodata dirinya beredar. ”Kalau ada yang meneruskan (ke SBY), ya alhamdulillah,” katanya. ”Mungkin ada yang bisa dilakukan untuk memperbaiki transportasi Indonesia. Untuk itu, dengan senang hati saya akan mengabdi,” katanya.

Jalan Danang masih panjang. Untuk bisa menembus Cikeas, seorang calon menteri mesti memilih pintu yang tepat. Salah memilih jalan masuk, ia bisa terlempar.

Partai politik adalah salah satu pintu itu. Tapi untuk bisa secara resmi diusung, kandidat mesti menundukkan hati ”pentolan” partai. Di PKS, misalnya, tokoh penting itu, salah satunya adalah Ketua Majelis Syura Hilmi Aminudin. ”Di dalam kita juga bersaing,” kata seorang pengurus PKS.

Selain partai, organisasi massa patut diperhitungkan. Muhammadiyah salah satunya. Sekretaris Jenderal Pemuda Muhammadiyah Gunawan Hidayat menyebutkan organisasinya bersikap pasif aktif dalam soal kabinet. Maksudnya, mereka tidak menyodorkan nama ke SBY, ”Tapi, kalau diminta, kami siap mengirimkan kader terbaik,” ucap Gunawan.

Meski begitu, kata Gunawan, organisasinya melakukan persiapan agar SBY tak salah pilih. Caranya adalah mensosialisasikan para tokoh melalui simposium, seminar, penerbitan buku, dan kegiatan internal organisasi lainnya.

Buku Revitalisasi Visi dan Karakter Bangsa, Agenda Indonesia ke Depan yang diterbitkan Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Mei lalu, misalnya, mencantumkan sederet nama tokoh. ”Mereka punya karya, biar SBY sendiri yang menilai,” kata Gunawan.

Arif Zulkifli, Agus Supriyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus