Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto enggan berbicara soal peluang Ganjar Pranowo diusung sebagai calon presiden oleh partainya, meski elektabilitas Gubernur Jawa Tengah itu unggul di sejumlah lembaga survei.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengaku tidak ingin mendahului Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang diberi mandat oleh Kongres PDIP 2019 untuk memutuskan calon presiden. Kendati demikian, Hasto menjelaskan bahwa pertimbangan partai memilih pemimpin bukan hanya faktor elektoral.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami ingin pemimpin itu yang mengakar sebagai cermin kolektif rakyat. Kami tidak ingin ada seorang pemimpin hanya dibangun dari faktor elektoral, tetapi dari kualitas kepemimpinan, karakter, dan agenda strategis dalam meyakinkan nasib lebih dari 270 juta rakyat Indonesia," ujar Hasto Kristiyanto di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jumat, 10 Juni 2022.
Survei teranyar Saiful Mujani Research and Consulting atau SMRC menunjukkan elektabilitas Ganjar masuk dalam jajaran teratas bursa capres. Dalam simulasi pertanyaan spontan tentang capres yang akan dipilih dalam Pilpres 2024, nama Ganjar Pranowo terpilih sebagai top of mind dengan hasil 14,2 persen, diikuti Prabowo Subianto 13,2 persen, Joko Widodo 8,2 persen, dan Anies Baswedan 8,2 persen.
Dalam simulasi survei Pilpres 2024 dengan hanya tiga nama, Ganjar Pranowo tetap paling tinggi dengan 30,3 persen, Prabowo Subianto 27,3 persen, Anies Baswedan 22,6 persen, dan 19,9 belum tahu.
Hasto menegaskan bahwa calon presiden dari partai banteng menunggu keputusan Megawati. "Sekali lagi untuk pemilu ada tahapannya. PDIP berdisiplin untuk itu. Seluruh kader partai berdisiplin terhadap seluruh tahapan-tahapan pemilu dan terkait dengan calon, ibu ketua umum nanti yang akan memutuskan," ujar dia.
Hasto juga enggan merespons lugas saat ditanya soal kemungkinan Ganjar dilirik partai lain jika PDIP terlalu lama mengumumkan calon presiden. Ia meminta partai lain fokus melakukan kaderisasi, bukannya membajak kader partai lain.
"Partai itu punya tugas menggembleng setiap anggota dan kadernya, bukan membajak kader dari partai lain, dan itulah bagian dari prinsip yang harus dikedepankan. Kami tidak mendorong adanya salip-menyalip di dalam politik itu, tetapi kerja sama politik gotong-royong untuk menyelesaikan masalah rakyat yang begitu banyak," tuturnya.
DEWI NURITA
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini