Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Jadi Menteri Agama, Gus Yaqut: Dulu Banser, Sekarang Harus Bergaya Ketua MUI

Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas atau Gus Yaqut menyebut bahwa dirinya kini akan tampil lebih kalem ketimbang saat menjadi Ketua GP Ansor.

27 Desember 2020 | 14.01 WIB

Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas hadir secara daring pada acara Natal masyarakat Indonesia di Amerika Serikat, yang diselenggarakan oleh Emmanuel Indonesian Presbyterian Church (EIPC) yang terletak di daerah Washington, D.C. dan sekitarnya, dan diramaikan oleh Robert Nordling (Bandung Philharmonic), Toni Sianipar (Elfa's Singers), Erens Mangalo, TOFFI Hamburg, serta tamu khusus dari Jerman yaitu Claudia Emmanuela Santoso. Foto/Istimewa
Perbesar
Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas hadir secara daring pada acara Natal masyarakat Indonesia di Amerika Serikat, yang diselenggarakan oleh Emmanuel Indonesian Presbyterian Church (EIPC) yang terletak di daerah Washington, D.C. dan sekitarnya, dan diramaikan oleh Robert Nordling (Bandung Philharmonic), Toni Sianipar (Elfa's Singers), Erens Mangalo, TOFFI Hamburg, serta tamu khusus dari Jerman yaitu Claudia Emmanuela Santoso. Foto/Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyebut bahwa dirinya kini akan tampil lebih kalem ketimbang saat menjadi Ketua GP Ansor.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Di sini ada senior saya, Kiai Marsyudi Suhud, Ketua MUI yang rasa banser, Ketua MUI tapi gayanya sudah seperti Banser. Sekarang berbalik dengan saya, dulu saya Banser, sekarang saya harus bergaya Ketua MUI," ujar Gus Yaqut sambil tertawa dalam sebuah acara webinar lintas agama, Ahad, 27 Desember 2020.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Kalau tadi dikatakan saya biasa pidato menggebu-gebu, saya dengan bicara pelan gini sebenarnya tersiksa, tapi apa boleh buat ini tuntutan pekerjaan," lanjut Yaqut berkelakar.

Sebagai Ketua Banser sebelumnya, kata Yaqut, ia berkali-kali selalu mengatakan bahwa tidak ada Indonesia jika tidak ada Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Konghucu dan agama lokal lain. Indonesia, lanjut dia, berdiri atas dasar kesepakatan antar kultur, antar budaya dan antar agama. Untuk itu, mereka yang ingin menghilangkan satu sama lain atas dasar agama, ujar Yaqut, berarti tidak mengakui Indonesia dan tidak memiliki rasa ke-Indonesia-an.

"Dulu, saya dalam bahasa keras mengatakan, kalau ada yang begitu kita lawan. Tapi kalau sebagai Menteri Agama, ngomong begitu enggak begitu pas lah. Tapi, intinya dilawan," ujar Yaqut kembali berseloroh.

Yaqut kemudian bercerita ihwal kesehariannya setelah dilantik menjadi Menteri Agama sejak Rabu lalu. Dalam tiga hari terakhir ini, pria yang akrab disapa Gus Yaqut itu memulai kerjanya dengan sowan ke sejumlah ulama.

"Saya tiga hari ini jalan dari Pantura Timur sampai menjelang subuh tadi pagi baru tiba di Jakarta," ujar Yaqut.

Di antaranya, Yaqut mengunjungi KH Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus, KH Ahmad Najieh atau Gus Najieh dan KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha di Rembang, Jawa Tengah. Putra dari KH Muhammad Cholil Bisri itu juga bersilahturahmi ke pondok pesantren AlFadlu Wal Fadlilah, Kaliwungu, Kendal mengunjungi Kiai Dimyati Rois serta sejumlah ulama lainnya.

Sesampai di Jakarta subuh tadi, Menteri Agama Yaqut lanjut mengumpulkan beberapa pejabat di Kementerian Agama pagi ini. "Saya bilang ke mereka, kerja dengan saya, enggak ada hari libur. Jadi kalau saya undang, datang silakan, enggak datang mau libur juga silakan," ujarnya.


DEWI NURITA

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus