Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Jangan Seperti Sakit Gigi

Presiden dipastikan akan mengganti satu-dua menterinya. Partai politik berebut menjajakan kadernya.

14 November 2005 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SAMPUL majalah ini, edisi 24 Oktober, rupanya menarik perhatian Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Sampul itu secara khusus disebut Yudhoyono ketika bersilahturahmi dengan para wartawan, Rabu pekan lalu. ”Seperti itu kan mengganggu pikiran rakyat, ada apa dengan pimpinan kita?” kata Yudhoyono.

Pernyataan itu terkait dengan rumor yang menyebut hubungan Presiden dengan Wakil Presiden tidak harmonis. Kendati membantah kabar itu, Presiden mengaku akan menata kembali hubungan tersebut. ”Saya tidak ingin ada spekulasi Wapres bekerja lantas dianggap terlalu dominan, padahal bekerja atas arahan saya,” katanya.

Kemudian, seperti sudah ditunggu-tunggu, Presiden menyinggung reshuffle kabinet. Menurut Yudhoyono, dalam waktu dekat beberapa menteri akan dicopot. Langkah itu ditempuh setelah melakukan evaluasi kinerja pembantunya itu selama setahun terakhir. ”Bukan karena ada desakan ataupun unjuk rasa,” kata Presiden.

Belakangan, gelombang usulan reshuffle kabinet memang datang silih berganti. Kenaikan harga bahan bakar minyak diikuti harga kebutuhan pokok, inflasi yang membubung, serta sulitnya hidup, membuat banyak kalangan ”geram” dengan kinerja para menteri Kabinet Indonesia Bersatu.

Partai Golkar, pemilik kursi terbesar di DPR, malahan sudah sibuk menyiapkan sejumlah kandidat. Ketua Departemen Organisasi dan Kaderisasi Golkar, Yuddy Chrisnandi, menyebut sejumlah nama yang siap, antara lain Theo L. Sambuaga, Syamsul Muarif, dan Muladi. ”Namanama itu sudah kami sodorkan ke Ketua Umum untuk direkomendasikan ke Presiden,” kata Yuddy.

Golkar, yang kini partai pendukung pemerintah, juga meminta jatah sedikitnya enam menteri. Menurut Yuddy, jumlah itu sesuai dengan jumlah kursi Golkar di parlemen. ”Kalau di kabinet ada 35 menteri, jatah Golkar ya 25 persennya,” katanya.

Menurut Wakil Ketua Golkar, Agung Laksono, usulan reshuffle memang belum secara resmi dibahas partainya. Namun secara pribadi Ketua DPR itu setuju, malah mengusulkan agar semua menteri di kabinet diganti saja. ”Jangan seperti sakit gigi, hanya dicabut satu-dua yang sakit,” kata Agung Laksono.

Resmi atau tidak, keinginan merombak kabinet memang sedang menggemuruh di partai-partai yang kadernya masuk kabinet. Partai Persatuan Pembangunan, misalnya, tegas mendesak Yudhoyono agar segera mengganti para pembantunya itu. Menurut Ketua Fraksi PPP di DPR, Endin J. Soefihara, peranan para menteri dari partai politik tidak maksimal. ”Seharusnya mereka menjadi duta besar partai di eksekutif,” katanya.

Sumber Tempo menyebutkan, pekan lalu Ketua Umum PPP Hamzah Haz mengirim surat ke Presiden. Isinya, meminta agar Sugiharto (Menteri Negara BUMN) dan Suryadarma Ali (Menteri Negara Koperasi dan UKM) diganti. Kedua menteri itu selama ini dikenal sebagai ”wakil” PPP di kabinet. Tidak jelas apakah usul ini terkait dengan adanya ”persoalan” Hamzah Haz dengan mereka atau murni karena kinerja para menteri itu. Suryadarma Ali sendiri pernah dicopot sebagai pengurus PPP.

Partai Kebangkitan Bangsa kubu Abdurrahman Wahid juga memberikan desakan yang sama. Mereka mengusulkan agar Yudhoyono mencopot menteri bidang ekonomi dan kesejahteraan rakyat. Menurut Ketua Umum PKB, Muhaimin Iskandar, kinerja para menteri itu kalau dinilai tidak sampai angka lima. ”Dana bencana Rp 1,3 triliun tidak tersalur dengan baik,” kata Muhaimin, menyasar Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Alwi Shihab.

Perombakan tim ekonomi kabinet SBY-JK juga diusulkan Partai Amanat Nasional. Partai ini mempunyai dua wakil di kabinet: Menteri Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo dan Menteri Perhubungan Hatta Rajasa. Ketua Umum PAN Soetrisno Bachir bahkan mengaku sudah membisikkan itu kepada Yudhoyono, ketika bertemu di kediaman Presiden di Cikeas, beberapa waktu lalu. ”Pertemuan itu pertemuan empat mata antara saya dan Presiden,” katanya kepada Tempo.

Dalam urusan ganti-mengganti anggota kabinet, Yudhoyono juga bertukar pendapat dengan Akbar Tandjung. Menurut mantan Ketua Umum Partai Golkar itu, dalam beberapa kali pertemuan, Presiden menyiratkan akan melakukan reshuffle. ”Saya sarankan kepada beliau untuk tidak ragu merombak kabinet,” katanya kepada Philipus Parera dari Tempo.

Kendati tidak menyodorkan nama, Partai Keadilan Sejahtera juga menyuarakan hal yang sama. Bahkan PKS sudah melontarkan sinyal akan menarik dukungan kepada Yudhoyono jika tidak ada pergantian anggota kabinet. ”Kami sudah memanggil tiga menteri PKS, supaya mereka siap mental kalau tiba-tiba partai menarik dukungan,” kata Sekretaris Jenderal PKS, Anis Matta.

Namun keputusan akhir soal dukungan, kata Anis, ada di tangan Majelis Syuro. Keputusan itu rencananya dikeluarkan pada akhir November ini. Sumber Tempo menyebutkan, PKS tidak pernah mempersoalkan jika kadernya diganti. ”Yang penting komposisi keterwakilan partai kami tidak berubah,” katanya.

Usul merombak kabinet juga tidak disia-siakan Partai Demokrat. Partai ”milik” SBY itu malah mengusulkan jatah Partai Demokrat ditambah. Paling tidak, mereka mengusulkan empat menteri. Saat ini, ada dua wakil Demokrat, masing-masing Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Taufiq Effendi dan Menteri Negara Kebudayaan dan Pariwisata Jero Wacik.

Menurut Wakil Ketua Partai Demokrat, Ahmad Mubarok, Yudhoyono sudah mengantongi nama-nama menteri usulan partainya. Bahkan, ”Sebagian sudah dipanggil beliau,” katanya kepada Maria Ulfah dari Tempo.

Benarkah Yudhoyono sudah mengantongi nama-nama menteri pengganti? ”Tidak ada satu parpol pun yang mengirim nama menteri pengganti maupun minta tambahan kursi,” kata Presiden. Memang, kata dia, banyak Sms dan curriculum vitae yang dikirimkan pihak lain kepadanya untuk ”melamar” menjadi pembantunya. Saat ini evaluasi kinerja para menteri masih terus dilakukan.

Meski mengganti menteri adalah hak prerogatif Presiden, Yudhoyono mengaku akan berkonsultasi dengan partai politik yang anggotanya ada di kabinet. ”Ini soal etika politik,” ujarnya. Presiden memastikan tidak akan merombak kabinetnya secara besar-besaran. ”Paling satu-dua menteri,” katanya.

Spekulasi tentang para menteri yang dicopot memang bertebaran. Disebut-sebutlah nama Menteri Koordinator Perekonomian Aburizal Bakrie, Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Alwi Shihab, Menteri Keuangan Jusuf Anwar, Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, Menteri Perindustrian Andung A. Nitimihardja, dan Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono. Tetapi sejauh ini pihak Istana Kepresidenan berhasil menjaga kerahasiaan pergantian itu. Kecuali ”satu-dua menteri”, seperti yang dikatakan Presiden.

Johan Budi S.P., Mawar Kusuma, Deddy Sinaga, Muhamad Nafi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus