Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DENGAN demikian ketua angket adalah Dr Idrus Marham," kata Wakil Ketua DPR RI Priyo Budi Santoso. Pengumuman ini disambut tepuk tangan anggota Panitia Khusus Hak Angket Bank Century, dan teriakan ”huu” dari tribun di ruang rapat DPR yang dipenuhi wartawan. Jumat tengah malam pekan lalu, rapat pertama Pansus Century untuk memilih ketua berakhir antiklimaks bagi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Meski menjadi inisiator gerakan Panitia Khusus Century, jago mereka, Gayus Lumbuun, terkapar.
Idrus, yang malam itu mengenakan batik lengan panjang berwarna emas, mendapat 19 suara dalam voting tertutup, sementara Gayus cuma tujuh. Dua kandidat lainnya: Mahfudz Siddiq dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera dan Yahya Sacawiria dari Fraksi Partai Demokrat, masing-masing cuma mendapat tiga dan satu suara. Ketiga calon yang kalah diangkat menjadi wakil ketua.
Meski ramai dan memakan waktu berjam-jam, hasil sidang malam itu tak mengejutkan. Idrus memang sudah disebut-sebut bakal memimpin Panitia Khusus Century, paling tidak sejak dua hari sebelumnya. Dia diajukan Golkar sebagai jalan tengah untuk mengatasi tarik-menarik antara Partai Demokrat dan PDIP, yang bersikeras ingin menempatkan anggotanya di kursi ketua.
Dalam rapat pimpinan di kantor pusat Lenteng Agung, Ketua PDIP Megawati Soekarnoputri menegaskan partai banteng mulut putih itu harus mendukung Gayus sebagai kandidat. Itu disampaikan Mega kepada Gayus, Ganjar Pranowo, Maruarar Sirait, Hendrawan Supratikno, dan Eva Kusuma Sundari, Rabu siang pekan lalu. ”Ketika itu sedang diselenggarakan rapat pimpinan. Lalu kami dipanggil ke Lenteng Agung,” kata Hendrawan Supratikno. Keesokannya, PDIP secara terbuka mengumumkan pengajuan Gayus sebagai calon. Dan mereka berlima yang dipanggil siang itu—termasuk Gayus—akhirnya resmi diusulkan menjadi anggota.
Malamnya, para pemimpin fraksi yang berkoalisi dalam pemerintah Yudhoyono bertemu di Hotel Darmawangsa, Jakarta. Dalam pertemuan itu Demokrat menyatakan mundur dari laga memperebutkan kursi Ketua Panitia Khusus, dan mengalihkan suara kepada Sekretaris Jenderal Golkar Idrus Marham. Priyo Budi Santoso, yang ditanya mengenai pertemuan itu, tak membantah. ”Tidak apa-apa kan orang berkoalisi?” katanya.
Demokrat diduga menunjuk Idrus karena ia dianggap bakal ”jinak” sehingga tidak mengusut Yudhoyono. Idrus dan Yudhoyono memang dikenal berkawan baik. Ketika Idrus menikah, Yudhoyono menjadi saksi. Ketika dimintai dikonfirmasi, Idrus cuma tertawa. ”Itu berarti orang meragukan saya. Bagus, itu tantangan,” katanya.
Keberhasilan kader PDIP—Maruarar Sirait dan kawan-kawan—menggaet dukungan dari berbagai fraksi di Dewan untuk hak angket Century mulanya dianggap pukulan keras bagi koalisi. Presiden Yudhoyono sampai mengumpulkan sejumlah menteri koalisi di Wisma Negara untuk mengingatkan mereka tentang ikatan politik di antara partai-partai itu dan Demokrat.
Namun, sepanjang pekan lalu, koalisi berhasil melakukan serangan balik. Ini menjadi jelas dalam rapat paripurna pada Jumat pekan lalu. Dari 30 anggota panitia khusus, beberapa inisiator justru tak masuk daftar. Di antara mereka yang tersingkir itu adalah Effendy Choirie dan Lily Wahid dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa. Padahal, sebagai pelopor angket di Fraksi PKB, keduanya diharap masuk di panitia angket. Nyatanya PKB malah mendaftarkan Anna Mu’awanah dan Marwan Ja'far. Padahal, sebagai ketua fraksi, Marwan bersama wakil Demokrat dan Partai Persatuan Pembangunan dalam rapat Badan Musyawarah pada November lalu pernah menolak angket.
Di PPP, Ahmad Kurdi Moekri juga tersingkir. Yang masuk Romahurmuzy dan Ahmad Yani. Menurut sumber Tempo di partai berlambang Ka'bah itu, sampai awal pekan lalu Kurdi sebenarnya masuk daftar yang akan diusulkan. Namanya dicoret satu-dua hari sebelum paripurna karena dianggap terlalu ”jauh” terlibat dalam Tim Sembilan. ”Dia sudah diimbau untuk tidak aktif di Tim Sembilan, tapi jalan terus,” kata sumber itu. Yang sering disebut Tim Sembilan adalah sembilan anggota Dewan yang dianggap menjadi pelopor gerakan angket Century. Selain Kurdi, mereka adalah Maruarar Sirait (PDIP), Bambang Susatyo (Golkar), Ahmad Muzani (F-Gerindra), Akbar Faisal (F-Hanura), Andi Rahmat (FPKS), Mukhamad Misbakhun (FPKS), Candra Tirta Wijaya (FPAN), dan Lily Wahid (FPKB).
Kurdi, yang ditanyai soal ini, menolak berkomentar. Dia cuma menyesali pimpinan partainya yang menurut dia meragukan kader mereka sendiri. ”Ini ada apa?” katanya.
Chandra Tirta Wijaya, insiator lainnya, juga mulanya tak masuk daftar. Dalam rapat tertutup Fraksi PAN di Gedung Nusantara I DPR RI, sehari sebelum paripurna namanya diganti Asman Abnur, Ketua Fraksi PAN. Dalam rapat itu ikut hadir Amien Rais, ketua majelis pertimbangan partai matahari biru itu. Namun, menjelang sidang pertama dengan agenda pemilihan ketua panitia khusus akan digelar, nama Chandra masuk lagi. Dia menggantikan Asman, yang hingga Jumat sore itu belum pulang dari Tanah Suci.
Tapi masuknya Chandra ternyata tak mengubah peta kekuatan barisan Gayus. Dua suara tambahan untuk Gayus dalam voting di panitia khusus berasal dari Gerindra dan Hanura. Inisiator lainnya setia pada garis partai.
PDIP mencoba ”menggugat” kredibilitas Idrus dengan mempertanyakan keterlibatannya dalam kasus impor beras Vietnam pada 2003, yang pernah dianggap bermasalah itu. Konon Idrus menjadi saksi penandatanganan kerja sama antara Induk Koperasi Unit Desa dan PT Heksatama Sinindo. Namun itu tak menggoyahkan posisi Idrus. Dia sendiri membantah terlibat. ”Tidak ada yang perlu diklarifikasi. Tidak ada keterkaitan. Tidak ada masalah,” katanya.
Meski demikian, terpilihnya Idrus tak membuat PDIP patah semangat. ”Kami akan mengawal terus,” kata Maruarar Sirait. ”Apalagi sudah disepakati rapatnya akan terbuka.” Rapat yang terbuka membuat masyarakat bisa ikut mengawasi. Kalau ini terus berlangsung, menurut Maruarar, ketua panitia sekalipun akan sulit bertindak macam-macam.
Menurut tata tertib DPR, Pansus akan bekerja dua bulan—kalau dianggap perlu bisa diperpanjang dengan persetujuan rapat paripurna. Karena itu, agar efektif, menurut Hendrawan Supratikno, PDIP telah menyusun daftar nama sumber yang akan mereka usulkan untuk segera dipanggil. Misalnya Jusuf Kalla; salah seorang pemegang saham Bank Century, Rafat Ali Rivki; mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Markas Besar Polri Komisaris Jenderal Susno Duadji; Deputi Gubernur Bank Indonesia Siti Fadjriah; serta mantan Deputi Gubernur Senior BI Miranda Goeltom dan Aulia Pohan. Malah, Gayus Lumbuun di forum Panitia Khusus menegaskan PDIP tak akan segan-segan memanggil Presiden Yudhoyono jika ada informasi yang mengarah kepadanya.
Ini ditanggapi positif oleh Idrus. Menutup rapat Jumat tengah malam itu, dia berjanji Pansus akan menuntaskan kasus Century secepatnya. Soalnya, menurut dia, di samping dukungan yang besar dari anggota Dewan, hampir semua data yang dibutuhkan sudah ada. ”Tinggal pendalaman saja,” katanya. Cuma, kalau PDIP ingin memanggil orang dan lembaga untuk ditanyai, Idrus mengatakan akan memulai dengan data. ”Kalau datanya nanti menunjuk orang tertentu, baru kita panggil,” katanya.
Philipus Parera, Munawwaroh
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo